Rania yang sudah begitu lelah tidak bisa menutupi wajah pucatnya dengan make up maupun senyum terindah dari bibirnya. Walau begitu, ia tetap saja mencoba dan terus berusaha, agar Elo tidak curiga terhadap sikapnya yang tiba-tiba berubah.
Setelah memasang pewarna bibir cerah, Rania bergerak cepat ke arah luar kamar. Wanita itu langsung menyambut suami dan orangtuanya. Bersama sapaan hangat, ia menyapa dan memeluk sang mama, lalu disusul dengan papanya.
Sementara, Elo yang berdiri di sisi pintu, tampak menyeringai jahat seolah merasa berhasil menutupi kebusukannya dengan sikap dan tindakan tepat, malam ini. Jika dilihat dari cara Rania bersikap, tampak jelas bahwa istrinya itu sudah kembali tenang dan berada di dalam genggaman tangannya.
Sekali lagi, laki-laki berkulit putih tersebut merasa menang meskipun sejatinya ia juga tidak mendapatkan apa yang sudah dirancang dan diinginkannya sejak lama. menurut Elo, kesempatan bisa tercipta kapan saja. Apalagi jika seandainya Kalila bersedia untuk bergabung di perusahaan papanya. Saat ini bagi Elo yang terpenting adalah kembali mendapatkan kepercayaan dari semua orang, terutama Rania.
Bukan tanpa sebab, rupanya Elo memiliki seorang mata-mata di dalam rumah tuan Husain ini. Dia adalah asisten rumah tangga yang bekerja mengurusi kebersihan di setiap ruangan.
Perempuan ini adalah rekrutan Elo yang sebelumnya sudah mengajaknya untuk bekerjasama sebagai kaki tangan dalam memantau kondisi di dalam kediaman mewah tersebut. Tugas utamanya adalah memata-matai Rania, serta tuan Husain. Demi kerja sama itu, Elo selalu memberikan gaji tambahan kepadanya. Tak tanggung-tanggung, Elo juga memberikan fasilitas lebih, dan menyimpan nomor ponselnya secara rahasia.
Sutini, ialah orang yang menjadi mata kedua bagi Elo di dalam keluarga ini. Saat Rania heboh dengan sikapnya yang dipenuhi dengan kecemburuan dan rasa sakit hati, wanita yang satu ini terus membuntuti, sehingga mengetahui bahwa Rania melakukan sesuatu yang membahayakan bagi tuannya.
Saat itulah, Sutini memberikan informasi kepada Elo sehingga ia bisa menyusun siasat baru untuk mengelabui istrinya. Hari ini, laki-laki berkulit putih itu sangat merasakan manfaat dari kehadiran mata-mata yang satu ini.
"Sayang!" sapa Elo setelah Rania memeluk kedua orangtuanya. "Untukmu," bisiknya seraya mengeluarkan sekotak coklat kesukaan sang istri dari dalam jaket berwarna hitam yang mengkilap.
"Buat aku?" Rania terkejutnya, hatinya langsung berbunga-bunga.
"Tentu saja."
"Makasih," ucap Rania dengan raut wajah kaku.
Ketika Rania memutar kursi roda dan kembali menemani kedua orangtuanya melangkah lebih dulu, si asisten kepercayaan Elo langsung tersenyum di balik pintu dapur, sesaat setelah kontak mata antara dirinya dan tuannya terjadi.
Detik ini, Elo sangat bersyukur karena memiliki perempuan peliharaan seperti Sutini. Sebenarnya mereka sudah bekerjasama cukup lama, namun belum mendapatkan hasil dari tujuan akhir mereka.
Tuan Husain menghentikan langkah, lalu menatap Rania. "Kakakmu?"
"Kak Lila sudah tidur, Pa. Tadi sih sama Rania terus. Tapi sekarang kalau dibuka pintu kamarnya, sudah gak bisa lagi."
"Iya, itu artinya kakakmu sudah tidur."
"Apa ada yang penting, Pa? Kalau iya, biar dibangunin."
"Tidak, besok saja! Tadi Papa pikir, dia keluyuran lagi."
"Papa ... jangan emosi! Nanti sakit loh. Mana sedang capek banget lagi." Nyonya Husain mengusap punggung suaminya dan mengajak untuk ke kamar mereka. "Ayo, kita istirahat saja!"
"Iya, Ma. Baiklah."
"Papa nggak mau makan dulu?"
"Antar saja ke kamar ya, Sayang!" Mama menjawab dengan cepat karena suaminya tampak malas kali ini. "Katakan saja begitu kepada bibi, oke?"
"Oke, Ma. Selamat istirahat!"
Nyonya Husain tersenyum, sementara tuan besar langsung masuk ke dalam kamar. Beliau tampak padat pikiran dan ingin sekali berbicara banyak hal kepada Kalila. Hanya saja, tuan Husain menyadari bahwa apa yang dikatakan oleh istrinya adalah benar. Dia harus istirahat karena sangat lelah.
Setelah percakapan ringan tersebut, semua orang langsung masuk ke kamar masing-masing. Para asisten rumah tangga pun bergegas untuk menyiapkan makan malam dan membagi untuk diantar ke masing-masing kamar majikan mereka. Sepertinya, semua orang yang tengah lelah, hanya ingin menikmati makan malam tanpa berkumpul.
Setibanya di dalam kamar, Rania menyingkap tirai kamarnya. Sementara Elo tengah sibuk mengganti pakaian di dalam kamar mandi. Sambil menikmati cahaya bulan, Rania membuka kotak coklat susuu favorit yang baru saja dibelikan oleh suaminya. Tanpa menunggu sang suami, Rania menikmati kepingan pertama dari coklat tersebut sambil menutup kedua mata.
Saat ini, rasanya, ia ingin merelaksasi pikiran dan hatinya yang sempat berkerut beberapa jam terakhir. 'Mana boleh terus menekuk wajah seperti ini! bisa-bisa, Elo benar-benar mencari perempuan lain yang bisa membahagiakan, serta memuaskan dirinya.' Kata Rania tanpa suara. 'Lalu, bagaimana dengan busana dalam itu? Apa mungkin milik perempuan lain yang memiliki aroma parfum sama dengan kakak?"
Tampaknya, kecurigaan Rania terhadap Kalila langsung terbantahkan setelah percakapan diantara keduanya. Namun pikiran buruk kepada Elo, masih saja terasa kental di dalam bilik jiwanya yang paling dalam. Meskipun hati bagian luar dari Rania terus menepis semua pikiran buruk tersebut, tetapi tetap saja muncul begitu saja dan berulang, seolah memberikan sinyal waspada kepada dirinya.
Elo mendekati Rania, hanya dengan mengenakan celana boxer berwarna coklat. "Sayang ... ," bisiknya terdengar merayu. "Masih ngemil ya?" Elo melalukan kontak mata yang terkesan nakal, dengan ekspresi seolah-olah begitu mencintai dan menginginkan istrinya.
"Ini enak, makasih ya."
"Sama-sama, Sayang," jawab Elo dalam senyum dan ia juga menciumi punggung tangan Rania yang tampak melemah.
'Dia, lemah dan pucat sekali. Apa bisa membunuhnya dengan cara seperti ini?' Pikir Elo tanpa suara, saat memikirkan sesuatu yang keji melalui sentuhan brutal. 'Hahaha. Seperti berita viral akhir-akhir ini. Seorang istri meninggal dunia karena kelelahan dan lemas saat bercinta. Apalagi, kondisi Rania memang sedang tidak baik-baik saja. Mungkin, aku harus mencobanya!' Kata Elo sambil tersenyum manis dan terus menatap Rania.
"Aku pikir, kamu ke mana tadi? Soalnya, baru kali ini kamu keluar rumah tanpa berpamitan."
"Hm, aku hanya sangat buru-buru. Soalnya papamu sudah menelepon dan membentak," timbal Elo kembali berbohong. "Kamu tahu sendiri kan bagaimana beliau kalau sedang marah? Bahkan setibanya di rumah pun, papa masih marah-marah." Elo memberi alasan yang terus saja bisa menutupi kejahatannya.
Sebab, awalnya Elo pergi dari rumah ini memang karena ingin bersenang-senang. Tetapi setelah mendapat informasi dari Sutini, ia langsung bergegas dan memutar otak demi menyusun rencana baru, agar semua masalah dapat dikendalikan dalam satu sentuhan. Benar saja, malam ini laki-laki berkulit putih ini kembali menang.
Bersambung.
Bagaimana dengan rencana Elo malam ini? Akankah ia berhasil untuk menyingkirkan Rania dengan cara yang manis? Jangan lupa untuk meninggalkan komentar, tab love, dan follow aku ya, makasih.