Kata Devan, 'Jika panas, keringkan lukamu. Jika hujan, nikmati rindumu. Jika gelap, biarkan harapan menuntunmu. Tenang, sebab mentari akan selalu terbit, begitu juga dengan senyummu.'
Namun itu dulu, ketika Kalila masih menjadi gadis yang hatinya dipenuhi oleh cinta dan kebahagiaan masa muda.
Sambil merapikan kemeja dan rok panjang yang menempel sempurna di tubuhnya, Kalila memoleskan lipstik kesukaannya yang berwarna dan beraroma kopi, itulah pilihannya pagi ini.
Meskipun ia mengenakan warna gelap pada setelah pakaiannya, Kalila tidak selera untuk menempelkan pewarna merah di bibirnya. Hitam dan apa saja yang muram, adalah warna favorit Kalila saat ini. Semua terjadi sejak runtutan kejadian buruk yang menimpa hidupnya, ia seakan melupakan warna lain yang lebih indah dari pada warna pekat tersebut.
Wajar saja, perempuan yang satu ini, sudah dua kali diterpa tragedi besar dan kenangan menyakitkan di dalam hidupnya. Pertama, ketika kekasihnya Devan mati di dalam pelukannya sesaat sebelum prosesi ijab kabul. Dan kedua, hal serupa juga terjadi kepada calon suami lain yang diberikan oleh mamanya (Dijodohkan), satu tahun yang lalu.
Memang, tidak ada satu pun yang bisa menghindari hal dan hari buruk. Menderita adalah harga yang harus dibayar karena hidup di atas dunia yang keji dan penuh dengan tipu daya ini.
Robekan rok setinggi lutut, terlihat jelas pada bagian kanan kaki Kalila. Bersama high heels bewarna senada dengan lipstik dan tasnya, Kalila menuruni anak tangga. Seketika, aroma semerbak dari kumpulan bunga dan susuu, memenuhi ruang makan. Semua mata teralihkan kepada wanita cantik betlesung pipi dalam tersebut..
"Selamat pagi semuanya," sapa Kalila lembut, seperti sutra dari India.
"Pagi," jawab yang lainnya, lalu melanjutkan sarapan dengan roti tawar bertopping keju dan coklat yang lezat.
"Kamu mau ke mana, Ka?" tanya papa sambil menatap tajam.
"Refreshing, Pa. Apa tidak boleh? Atau harus memikirkan semuanya dalam kondisi bersemedi?"
"Ha ha ha ha ha. Bagus-bagus, itu baru anak Papa. Lakukan apa saja yang kamu inginkan! Asalkan," ujarnya sambil menyoroti manik mata putrinya yang tampak berkilauan. "Jawabannya adalah iya!" Lalu tuan Husain kembali menyambung tawanya. Ia terlihat sangat bahagia pagi ini.
"Papa ini, jangan terlalu menekan perasaan Kak Kalila dong! Lagipula, kan masih ada Elo di kantor," tutur Rania dalam senyum.
Rania adalah adik satu-satunya milik Kalila. Ia sangat perduli serta sayang terhadap kakaknya. Selain itu, ia juga tidak ingin Kalila tertekan. Baginya, apa yang menimpa hidup Kalila sangatlah berat dan menyakitkan.
"Baiklah, kamu selalu menjadi sayap bagi kakakmu itu. Heran, tidak ada yang mendukung Papa di rumah ini," gerutu tuan Husain sambil menikmati suapan roti kegemarannya yang berada di atas piring saji miliknya.
"Mama dukung Papa kok, tenang saja!" jawab sang mama sembari menepuk lembut punggung tangan kiri suaminya.
"Hanya Mama saja yang selalu setia." Papa memuji, lalu menyuap makanan ke dalam mulutnya.
"Papa ... ," gumam Rania yang merasa bahwa papanya sering bersikap kekanak-kanakan, akhir-akhir ini.
"Sudah-sudah, ayo sarapan dulu!" potong sang mama yang melihat putri sulungnya hanya berdiam diri di meja makan.
"Iya, Ma."
Setelah 15 menit, "Kalila berangkat dulu ya, semuanya?"
"Oh iya, Ka. Sore ini, Papa dan Mama akan ke Kanada. Ada undangan pesta pernikahan dari rekan bisnis Papa di sana. Kamu mau ikut?"
"Jangan pesta pernikahan, Pa!" tolaknya, lalu pergi begitu saja.
"Hmmm," keluhnya. "Jangan bilang! Papa salah ucap lagi," sesal tuan Husain yang menyadari bahwa Kalila trauma dengan aroma pernikahan.
"Kita harus menemukan pria yang tepat untuk Kalila, Pa! Seperti saat mendapatkan Elo untuk Rania." Mama mengutarakan pendapatnya dengan wajah muram. Sepertinya, kondisi Kalila ini sudah menggerogoti senyumnya.
"Ma, Pa, Rania dan Kakak itu berbeda. Rania cacat seperti ini, makanya nggak mampu mencari calon suami yang baik seorang diri. Sementara kakak, ia begitu sempurna. Sayang, nasibnya saja tidak seberuntung seperti Rania."
Rania mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya, sejak kecelakaan ketika tengah melakukan pariwisata bersama teman-teman dan guru saat SMA di daerah Jawa. Bus yang mereka tumpangi, ditabrak dan masuk ke jurang. Dari 25 siswa serta guru di dalamnya, hanya ada tiga orang saja yang selamat. Rania adalah salah satunya.
Namun semenjak kejadian naas itu, ia kehilangan manfaat dari sepasang kakinya. Selain itu, Rania juga kehilangan rasa percaya diri serta senyumnya.
Di saat-saat tertekan dan buruk tersebut, Kalila selalu ada, dan memberikan support, serta kebahagiaan terhadap adik satu-satunya tersebut.
Semua ulah nakal dan kejutan yang diberikan oleh kakaknya, selalu saja terbayang pada memori Rania yang merasa tidak mampu melakukan apa pun, ketika Kalila berada pada titik terburuk di dalam hidupnya.
Penyesalan pun kerap kali datang menyinggahi hatinya, tapi Rania tetap saja tidak mampu berbuat apa-apa dan hanya berusaha untuk mendukung Kalila serta berjanji untuk memberikan senyum terbaik miliknya untuk sang kakak.
Di dalam mobil, Kalila hanya berputar-putar di jalanan besar tanpa arah dan tujuan. Sama persis seperti hidupnya dan ia hanya menjalani tanpa keinginan.
Bagi Kalila, jika ada lelaki yang memutuskan untuk mendekati dan menikahinya, itu sama saja dengan meletakkan nyawa mereka di tengah jalanan yang padat dan ramai kendaraan.
Laki-laki seperti itu, pasti tidak takut mati atau memang berencana untuk bunuh diri. Sebab, setiap lelaki yang benar-benar ingin menikahinya, maka ia akan meregang nyawa sebelum kata "sah" itu terdengar.
Sementara di sisi lain, Ken yang baru saja tiba di makam kakaknya. Masih duduk terdiam di samping Pusara. Ia juga seperti sebuah patung bernyawa dan terus aja menyalahkan diri atas keterlambatannya.
Padahal, bukan itulah yang menyebabkan kakaknya tiada. Melainkan luka tembak itu memang sudah berhasil menembus jantung saudara kandungnya tersebut sebanyak dua kali.
Ken menelan air liurnya dalam-dalam dan berusaha menegakkan tubuhnya yang kekar, untuk meninggalkan saudaranya. "Aku harap, Abang tenang di sana, bersama papa dan juga mama. Jangan memikirkan aku lagi! Aku sudah dewasa," kata Ken dengan suara yang tercekat, lalu memasang kacamata kesayangannya.
Tak ingin meninggalkan ajaran kakaknya untuk terus berjuang, bertahan, dan menjalani hidup dengan baik, Ken memutuskan untuk melanjutkan aktivitasnya dengan perasaan yang hampa.
Ketika memasuki mobil miliknya dan memperhatikan sisi samping kursi depan, ia melihat bros milik perempuan yang tampak elegan dan bernilai tinggi, terletak di bawah, tidak jauh dari tempat susunan kaki diletakkan.
Ken menunduk untuk mengambilnya, lalu ia memperhatikan setiap detil hiasan pakaian wanita tersebut. Spontan, wajah Kalila yang cantik, langsung terbayang di matanya. Begitu juga dengan aroma tubuh Kalila yang wangi dan menenangkan.
Saat ini, Ken sangat menyesal karena ia tidak tahu siapa nama perempuan tersebut, dan di mana ia tinggal, ataupun bekerja. Namun hatinya mulai mengusik dan menarik untuk mengajak pria berwajah oriental tersebut untuk menjelajahi kota, demi menemukan perempuan tersebut.
Ken kembali menelisik jalanan. Tujuan utamanya adalah lokasi di mana ia bertemu dengan Kalila. Setibanya di depan restoran, ia memarkirkan kendaraannya di sisi jalan, di mana ia mengotori pakaian perempuan asing itu. Lalu memasang kamera kecil di dalam matanya untuk mengintai.
Sore menjelang, Ken belum juga mencium aroma tubuh Kalila. Detik ini, ia harus meninggalkan tempat itu untuk mempersiapkan acara pengajian, demi almarhum kakaknya. Tapi ia berjanji di dalam hati, akan kembali memulai pencariannya, esok.
Ken tidak ingin menghabiskan waktu bagaikan pecundang yang lalai dan terus tersesat. Wanita itu berada di dalam titik fokusnya dan ia mulai terlibat di dalam pencarian jiwa.
Baru saja Ken memutar setir mobilnya, Kalila muncul bersama kendaraan berwarna hitam dan memarkirkan mobil tersebut, tepat di tempat parkiran yang sama, sisa Ken sebelumnya. Mereka hanya berselisih waktu sekitar tiga menit saja. Namun hal itu membuat keduanya tidak dapat bertemu.
Bersambung.
Jangan lupa tab love, tinggalkan komentar, dan follow Tinta Emas ya. Kelanjutan n****+ ini, setelah signed. Makasih...