Dulu setelah aku meninggalkan Rissa, aku tidak pernah lagi melewati taman ini. Kalau masih ada banyak jalan, kenapa harus lewatin jalan ini supaya nggak teringat masalalu?
Tetapi pengecualian malam ini. Setelah kembali bertemu Rissa, ini pertama kalinya aku memberanikan diri melewati taman itu. Alasannya cuma satu. Dulu setiap Rissa bersedih, dia selalu ingin menyendiri disini.
Awalnya aku ragu mau kesana. Tetapi hatiku terus-terusan menuntunku agar kesana hingga akhirnya aku menemukannya.
Apapun yang terjadi padanya, di mataku dia tetap sama seperti dulu. Tak perduli meskipun status kami sekarang sudah berubah. Dan aku pernah mencintainya karena dia menjadi dirinya sendiri.
"Maaf soal Shafira yang di telepon tadi." ucapku sekali lagi.
Aku memberanikan diri mendekatinya bahkan menghadang jalannya. Lalu aku terkejut melihat pipinya yang memerah. Seperti bekas tamparan.
Rissa tetap diam membisu. Sejak tadi dia sibuk berusaha merapatkan penutup hoddie yang dia pakai agar bisa menutupi bagian pipinya. Rissa itu pakai jilbab, kenapa dia harus repot-repot nutupin kepalanya?
"Siapa yang sakitin kamu Riss?"
Bukannya menjawab. Rissa malah pergi bahkan langsung menaiki motornya. Rissa terlihat seperti menyembunyikan sesuatu agar tidak terlihat olehku. Ntah itu apa.
Aku harus menahan diri supaya tidak mencari tahu tentangnya lagi. Mungkin ini menyiksa batin. Tetapi itu lebih baik daripada terus melakukannya.
"Maaf Riss, aku pikir kita itu benar-benar sudah selesai. Ternyata ini cuma masalah waktu yang sempat terjeda di antara kita."
****
Rissa : Pagi Boss. Saya izin nggak masuk kerja. Saya sakit.
Aku masih diam menatap layar ponselku. Rissa baru saja mengirim pesan singkat. Katanya dia sakit. Kalau sudah begini, jiwa keperdulianku sama dia meronta-ronta. Apalagi tadi malam aku menemuinya di taman. Aku yakin, ada hal yang sedang tidak baik-baik aja sama Rissa.
Aku menggeleng cepat. Tidak Keenan. Tidak..
Cukup.
Aku menghela napas. Berharap otak dan ketikan tanganku masih waras pada tempatnya.
Boss : "Memangnya kamu sakit apa?"
Lagi, aku menggeleng. Masa cuma gitu balasnya? Akhirnya aku menghapus pesan itu dan mengetik ulang.
Boss : "Oke, saya... "
Aku terdiam sejenak. Saya? Saya apa lagi lanjutannya?
Ck!
Dasar gaje kamu Keenan...
Tinggal balas doang apa susahnya sih?
Aku kembali menghapus ketikan itu.
Boss : "Boleh saya jenguk.. "
Bentar? Kok malah jenguk sih?
Nggak lama kubanting aja nih hp! Argh! Bisa-bisa makin stress kalau gini caranya. Rissa jahat banget sudah bikin aku terombang ambing nggak jelas.
Boss : "Oke moga cepat sembuh."
Send.
Akhirnya aku bernapas lega. Cuma mau bilang cepat sembuh aja ribet banget. Emang paling bener aku harus alihkan pikiranku supaya tidak teringat mantan.
Padahal dulu aku yang mutusin kenapa jadi aku yang uring-uringan gini?
Setelah aku selesai dengan semua itu. Aku mencoba konsentrasi bekerja. Aku memulai menghitung jumlah uang yang ada didalam mesin kasir.
"Kak Lukman ya?"
Aku langsung mengangkat wajahku. Kulihat ada seorang wanita didepanku dengan raut wajahnya yang ceria.
"Maaf?"
"Kak Lukman, Kan?"
"Lukman?"
"Iya. Salam kenal ya. Aku Kia."
Aku sedikit terkejut. "Maaf Kak, mungkin Kakak salah orang."
"Anda pemilik toko kue ini kan?"
"Iya bener."
"Tapi Kata Mbak kasir waktu itu. Nama anda Lukman."
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Ya ampun, aku baru ngeh!
Dalam hati aku kesal. Ini pasti ulah Rissa. Waktu itu kalian masih ingat kan yang kata Rissa ada fans yang nitipin kue ke aku? Aku curiga fans yang di maksud Rissa itu si mbak yang ada didepan mata ini.
Akhirnya aku tersenyum ramah meskipun sedang menahan rasa dongkol sama Rissa.
"Maaf Kak. Saya Keenan. Bukan Lukman."
Dia langsung terdiam bingung. Sedikit berpikir ntah apa isi otaknya. Setelah itu dia ikut tersenyum ke arahku.
"Yaudah deh, maaf ya kak. Mungkin waktu itu dia sengaja samarin nama Kakak karena dia cemburu dan takut saya deketin Kakak. Sorry ya Kak, saya nggak tahu."
Tiba-tiba dia langsung pergi. Aku sampai terheran-heran. Hari gini masih ada cewek yang berani terang-terangan mau deketin cowok. Aku menyebutkan cantik dan berani.
Aku mencoba tetap tidak terpengaruh sama ucapan Mbak tadi. Nggak mungkin Rissa cemburu. Itu hal yang mustahil! Emang dasarnya dia aja yang terniat ngerjain aku di belakang. Akhirnya aku langsung mengirim pesan singkat sama dia.
Boss : "Kamu pikir bercandanya lucu?"
Send.
Dalam hitungan detik dia langsung membalas pesanku.
Rissa : "?"
Boss : "Nggak usah ngeles. Udah ketahuan masih nggak mau ngaku."
Rissa : "Kalau ada dendam pribadi jangan di lampiaskan ke saya Boss."
Boss : "Kamu kan yang nyebut nama saya Lukman ke salah satu pengunjung toko kue ini? Sengaja ya kamu!"
Rissa : "Sengaja."
Boss : "RISSA.. "
Rissa : "Namanya memang cocok buat anda."
Boss : "Mulai besok turun atau saya potong gaji kamu!"
Rissa : "Lukman = Lupa pakai pengaman"
Detik itu juga aku langsung melongo seperti orang bego.
Lupa pakai pengamanan? Jangan bilang...
Aku langsung mengepalkan salah satu tanganku antara kesel dan pengen ngakak. Bisa-bisanya dia menyebutku seperti itu ?
Tapi iya sih, dulu waktu aku sama dia emang lupa makai..
****
???
Maaf ya yg namanya Lukman, ini cuma bercanda kok ??
Makasihh sudah baca. Sehat selalu buat kaliannn ✨
With Loved, Lia
Instagram : lia_rezaa_vahlefii