Kepanikan Daniel 

1293 Kata
Di tempat lain. Sore hari, pukul 16.00 WIB. Akhirnya pesta itu pun berakhir dan Daniel pun menghela napas lega, karena akhirnya dia terbebas dari acara yang menurutnya sangat membosankan dan juga, sangat menekan dirinya. Sehingga, saat itu pula. Daniel yang masih berada di pelaminan segera beranjak pergi dan berjalan meninggalkan tempat itu, karena hatinya masih terus mengkhawatirkan Amelia yang saat ini, entah dia tidak tahu sedang apa dia sekarang. "Amel! Kamu sedang apa sekarang?" Gumam Daniel yang bergegas meninggalkan tempat acara yang ada di lantai bawah rumahnya dan dia pun berniat mencari Amelia. Melihat itu, ibunya Daniel langsung terkejut melihat sikap Daniel yang terlihat acuh dan pergi begitu saja, tanpa berkata apapun kepadanya. "Dan! Kamu mau ke mana? Pesta baru saja selesai dan kenapa kamu langsung mau pergi begitu saja?" Tanyanya yang segera berjalan untuk mengejar Daniel yang sudah pergi lebih dulu. Mendengar suara ibunya yang bertanya kepadanya. Daniel pun menghentikan langkahnya dan dia segera menoleh ke arah ibunya yang kini, berada di belakangnya. "Bukankah aku sudah menyelesaikan semuanya di sini dan ... Tolong jaga dia serta calon cucumu dengan baik," ucap Daniel yang kemudian memutar kepalanya dan bersiap untuk pergi lagi. "Dan! Tapi kalian baru saja menikah, tidak baik jika kamu ...." Belum selesai ibunya bicara, Daniel segera menyelanya. "Aku tidak peduli dengan pernikahan yang sebenarnya tidak aku inginkan dan karena demi pewaris keluarga ini, aku rela melakukannya. Tapi ... Mama harus ingat! Wanita yang aku cintai sudah aku korban demi semua ini. Jadi ... Tolong biarkan aku menemui dia dan izinkan aku melihat keadaan dia sekarang juga!" Ucap Daniel yang segera berjalan pergi tanpa menoleh ke belakang, membuat ibunya tidak bisa bicara apapun lagi, karena dia juga sudah merasa puas karena Daniel mematuhi keinginannya dan kini, dia tidak bisa melarang Daniel untuk pergi menemui Amelia yang dia tahu, jika Daniel sebenarnya sangat mencintai dirinya. "Baiklah! Temui saja dia! Wanita mandul yang tidak berguna itu! Setidaknya aku tidak perlu merasa khawatir akan penerus keluarga ini lagi!" Ucapnya sambil tersenyum puas, lalu berbalik arah menuju tempat sang mempelai wanita yang saat ini sedang duduk sendirian di atas pelaminan. ... Sementara itu. Daniel mencari Amelia di setiap sudut lantai bawah dan dia tidak menemukan sosoknya sama sekali, sehingga rasa panik mulai menghampiri hatinya saat ini. "Amel! Kamu ada di mana? Kenapa kamu ... Tidak ada di mana pun?" Gumam Daniel yang mulai merasa resah. "Mungkin saja dia ada ... Di atas! Ya, mungkin saja dia ada di atas mengurung diri di dalam kamarnya," ucap Daniel yang kemudian tersenyum karena dia sangat yakin, jika Amelia pasti ada di dalam kamarnya, karena selama ini dia terus berada di dalam kamarnya dan tidak mau melihat dirinya sama sekali. Sehingga, Daniel pun segera berjalan menuju lantai atas dan menaiki setiap anak tangga dengan langkah yang sangat cepat. "Amel! Maafkan aku! Maafkan aku yang sudah bersikap kejam padamu! Ini semua aku lakukan demi keluargaku dan juga untuk kita juga! Aku harap kamu mengerti posisi aku mel? Aku ... Aku tahu kalau kamu adalah wanita yang sangat baik dan sangat pengertian terhadap ku! Apalagi wanita itu juga bukan orang lain, jadi seharusnya kamu juga mengerti dengan apa yang aku lakukan tanpa harus aku menjelaskan padamu!" Ucap Daniel yang menambah kecepatan langkahnya, sehingga pada akhirnya dia pun sampai di lantai atas dan secepatnya, Daniel berjalan ke arah pintu kamar Amelia. Lalu, Daniel pun mengetuk pintu kamar Amelia sambil memanggilnya. "Mel! Buka pintunya!" Panggil Daniel dengan suara lembut. Namun, tidak ada respon sama sekali dan Daniel mengetuk pintu lagi. "Mel! Buka pintunya!" Panggil Daniel lagi dengan suara lebih keras. Namun, masih belum ada respon dari dalam. Membuat Daniel menjadi panik, karena tidak terdengar suara Amelia sama sekali. Sehingga, Daniel mengetuk pintu lebih keras dan berteriak kasar saat itu juga. "Amelia! Cepat buka pintunya! Kalau kamu tidak membuka pintu, maka aku akan mendobrak pintu ini!" Teriak Daniel yang sudah kehilangan kesabarannya. Tapi, tetap tidak ada respon dari dalam. Membuat Daniel sudah kehilangan kesabarannya. "Amelia! Jika kamu tidak mau membuka pintu dan masih tetap dengan keras hati kamu! Maka jangan salahkan aku mendobrak pintu ini dan malam ini ... Kamu harus tidur denganku!" Ancam Daniel dengan suara kasar dan sengaja membuat Amelia takut kepadanya. Tapi, masih tidak ada respon dari dalam yang membuat Daniel kehilangan kesabarannya. "Baiklah! Karena kamu benar-benar tidak mau membuka pintu, maka aku akan mendobrak pintu ini! Amelia, lihat saja! Aku sudah tidak bisa memberi toleransi lagi sama kamu!" Teriak Daniel yang kemudian menekan knop pintu, lalu saat ditekan dan hendak di dorong dengan tubuhnya. Pintu itu terbuka dan tidak terkunci sama sekali. Membuat Daniel langsung terkejut saat itu juga. "Ini! Kenapa pintu ini tidak terkunci dan Amelia ... Apakah Amelia sudah tidak marah lagi padaku?" Gumam Daniel yang kemudian tersenyum sendiri, dengan penuh percaya diri. "Sepertinya dia sudah tidak marah padaku," ucap Daniel yang kemudian masuk ke dalam kamar Amelia. "Amel! Aku masuk ya!" Ucapnya dengan senyuman penuh kebahagiaan dan berjalan masuk ke dalam kamar itu. Namun, saat sudah di dalam. Daniel tidak menemukan sosok Amelia dan malah melihat lemari Amelia terbuka lebar dengan sebagian pakaiannya sudah tidak ada lagi di dalam lemari itu serta di atas meja rias, semua alat kecantikan serta barang miliknya sudah tidak ada di tempat itu. Membuat Daniel langsung terkejut dan hatinya langsung panik saat melihat itu semua "Ini! Kenapa bisa pakaian Amel dan semua ... Semua barang-barang miliknya tidak ada?" Ucap Daniel yang segera memeriksa semuanya dan dia sudah melihat semua tidak ada. "Tidak! Tidak mungkin! Amel! Dia tidak mungkin pergi kan? Dia tidak mungkin pergi meninggalkan aku kan?" Ucap Daniel yang langsung panik dan secepatnya dia memeriksa lemari yang menyimpan koper. "Amel! Kamu tidak mungkin pergi meninggalkan aku! Tidak mungkin kan?" Ucap Daniel yang segera membuka lemari itu. Lalu, saat Daniel melihat jika koper itu tidak ada di dalam lemari, seluruh tubuhnya Daniel terasa sangat lemas dan tanpa terasa, Daniel jatuh terduduk menatap lemari kosong tanpa ada barang apapun di sana. "Tidak! Tidak mungkin! Amel kamu ... Kamu sungguh meninggalkan aku? Kamu ... Kamu mengatakan kalau kamu sangat mencintai aku? Tapi kamu ...." Daniel merasakan hatinya sangat hancur dan tubuhnya gemetar hebat, karena dia kini benar-benar merasakan kehilangan Amelia yang awalnya dia pikir, tidak akan pernah bisa melakukan hal segila itu dan Daniel mengira jika cinta Amelia yang sangat buta terhadapnya, tidak akan membuat Amelia memiliki tekad sebesar itu. "Amel! Kamu benar-benar pergi? Kamu ... Kamu pergi meninggalkan aku?" Ucap Daniel sambil mengusap kasar wajahnya serta air mata yang mulai jatuh membasahi pipinya. "Amel! Kamu ... Kenapa kamu bisa melakukan ini padaku? Kamu tidak bisa melakukan ini Amel! Kamu tidak bisa! Kamu itu istriku yang aku nikahi secara sah! Jadi tidak mungkin kamu ... Kamu bisa lari meninggalkan aku!" Ucap Daniel yang masih berpikir jika dirinya tidak bisa dicampakkan begitu saja. Sehingga, dia masih memiliki pikiran arogan jika Amelia akan tetap menjadi istrinya untuk selamanya dan hanya dia yang boleh, memiliki keputusan tentang pernikahan mereka itu. Daniel pun berusaha menenangkan hatinya dan masih berpikir jika Amelia pasti akan kembali ke sisinya dan kepergian dia pasti hanya sebentar saja, untuk menenangkan pikirannya yang saat ini masih terluka karena pernikahan dirinya dengan wanita baru yang tidak lain adalah saudara sepupunya itu. Sehingga, Daniel pun tersenyum kembali dan bangun dari posisi duduknya dengan penuh percaya diri. "Amel! Kamu pasti sedang marah saja, ya kan? Aku tahu kalau kamu pasti akan kembali lagi, jadi aku akan membiarkan kamu pergi sebentar saja," ucap Daniel yang kemudian berjalan ke arah tempat tidur dan duduk di sisinya sambil menyentuh bantal serta guling, yang sering dia gunakan secara bersama. "Amel! Aku sangat merindukanmu dan aku ingin malam ini kita ...." Belum Daniel selesai bicara. Tiba-tiba saja. Dia melihat sebuah berkas berada di atas meja dekat tempat tidurnya dan berkas itu terlihat asing baginya. Membuat Daniel merasa penasaran saat melihat berkas itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN