Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Tidak lama kemudian kami tiba di stasiun kereta api Ochayama. Aku segera menuju ke loket untuk membeli tiket. “Maaf, aku ingin membeli tiket. Apakah masih bisa?” ucapku melihat ada tulisan yang tertempel di kaca, sebuah pengumuman ketentuan baru dari stasiun ini. Stasiun ini tidak lagi menjual tiket kereta api tetapi mereka akan membuatkan kartu yang bisa diisi ulang dengan uang seperti layaknya kartu debit bank sebagai ganti tiket kereta api. “Maaf, tidak bisa. Seperti yang kamu lihat di kertas itu” jawab seorang perempuan dengan ramah sembari menunjuk ke kaca tepat dimana kertas pengumuman tertempel. “Aku belum punya kartunya, bisa dibuatkan? Aku harus segera pulang” “Oh tentu, tidak sampai lima menit akan selesai. Punya kartu tanda pengenal?” “Ya tentu!” ucapku segera mengambilkan