Ayah yang mendengar hanya bisa menarik napas panjang dan menggelengkan kepala. Nyonya besar melihatku, ia menoleh ke arah ayah. Ia pun menjawab, “Ya, baiklah. Kamu boleh mengobatiku, dan kita akan membicarakan hal penting hanya antara ibu dan anak” jawabnya sembari mengulurkan tangannya padaku. Aku pun mulai menyentuh tangan Nyonya besar yang terkilir, tangan yang telah di perban. Aku mulai mengobatinya dengan kemampuan yang kumiliki. Mengalirkan kesembuhan, kemampuan yang kumiliki sejak kecil. Sembari mengalirkan penyembuhan, aku mengajak Nyonya besar bicara. “Nyonya, yah.. maaf. Maaf ya aku tidak bisa memanggil Anda sebagai ibuku. Tapi kita akan melakukan kesepakatan jika Nyonya setuju. Sebelum aku pergi kemari, dan waktu yang telah kulewati. Aku mengalami banyak hal menarik yang tid