SUARA SIULAN YANG BERADA DI TENGAH KESUNYIAN HUTAN

2761 Kata
Setelah bertemu dengan Olivia, Haru melanjutkan perjalanannya. Kali ini dia hendak melewati hutan yang cukup aneh, kalau   “Hmm… kenapa aku merasa jika masuk ke hutan ini aku pasti akan mengalami hal buruk!” Haru memperhatikan hutan yang hendak dia lewati. Hutan itu terlihat seperti hutan biasa, tetapi hutan itu memiliki kesunyian yang menakutkan, sehingga Haru merasa akan ada hal buruk jika dia masuk kedalam sana.   Haru merenung sejenak, “Jika aku masuk pasti akan terjadi hal aneh, tetapi aku tidak mungkin kembali karena akan memakan waktu!” Lalu Haru berkata, “Terserahlah akan ku lewati saja.”   Setelah cukup lama merenung dia pun mengambil keputusan untuk terus melanjutkan perjalanannya. setelah berjalan cukup jauh masuk kedalam hutan tiba-tiba terdengar suara “Fiuu…” sebuah suara siulan entah dari mana datangnya.   “Suara apa itu? ‘Fiuu…’ Mmm… siulan?” Haru menengok ke arah sekelilingnya. “Dari mana suara itu berasal!” Haru merasa bingung karena di tengah hutan yang sunyi tiba-tiba terdengar suara siulan yang cukup nyaring. Haru coba untuk mencari tahu asal suara siulan itu.     “Kenapa huh… semakin aku mengikuti suara itu semakin menjauh.” Haru mengikuti suara itu hingga dia merasa berjalan sudah cukup jauh, tetapi suara siulan itu masih tidak bisa dia temukan sumbernya. Akhirnya Haru memutuskan untuk istirahat sebentar.   ‘Fiuuu…’ suara siulan itu masih terdengar ketika Haru istirahat, tetapi Haru sadar dia tidak mungkin bisa menemukan sumber suara siulan misterius itu.   “Lebih baik aku kembali saja!” Karena sudah capek mengejar suara siulan itu, kemudian Haru memutuskan untuk kembali lagi untuk melanjutkan perjalanannya.   “HUH… kenapa aku kembali lagi ke sini.” Haru sedikit kaget karena dia sudah pasti kembali menuju jalan yang sebelumnya, tetapi dia malah kembali ke tempat terakhir kali dia mengejar suara siulan itu. Haru mencoba sekali lagi, tetapi dia terus kembali ke titik yang sama.   Haru coba mencari ide, dia coba membuat tanda di pohon-pohon ketika melaluinya. Tetapi tidak berhasil dia masih kembali ke tempat itu.   “Hmm… Aneh sekali, aku sama sekali tidak bisa keluar dari hutan ini.” Karena sudah capek Haru kemudian duduk dan merenung di atas batu yang kebetulan ada di sana.   “Berpikir lah Haru! Apa penyebab kau bisa terjebak di sini? Pertama suara siulan, sejak aku berada di tengah hutan siulan itu terus terdengar hingga sekarang. Kedua aku tersesat setelah mengejar suara siulan itu.” Haru berpikir untuk bisa keluar dari hutan, lalu dia teringat sebuah hal. Dia langsung membuka bukunya, dan menemukan sebuah halaman. Di dalam halaman itu di jelaskan bahwa keadaan yang Haru alami terjadi karena ada huta yang bisa membuat suara siulan untuk menyesatkan hewan maupun manusia ketika masuk kedalam hutan. Haru menemukan cara untuk bisa keluar dari hutan, pertama cari sumber suara itu tetapi akan sangat sulit untuk di temukan, dan kedua jangan pernah terpancing niat untuk melangkah.   “Hm… Aku mengerti syarat pertama, tapi untuk yang kedua apa maksudnya!” Haru setelah membaca buku itu. Sedikit bingung dengan kata-kata yang ada di dalamnya.   “Apa maksudnya. ‘Jangan pernah terpancing niat untuk melangkah.’ Hm…” Haru masih merenungi kata-kata itu, dan akhirnya dia berjalan perlahan sambil merenungi kata-kata itu. Dengan tangan memegang dagu dan pandangan tertunduk Haru memikirkannya dengan serius hingga dia lupa bahwa sedang berjalan.   Tiba-tiba saat dia sedang merenung, tanpa disadarinya dia sudah keluar dari hutan.   “Huh… kenapa aku bisa keluar?” Setelah Haru sadar bahwa dia sudah keluar hutan, itu membuatnya bingung, “Tunggu sebentar ini kah yang dimaksud dengan. ‘Jangan pernah terpancing niat untuk melangkah.’ Hm… padahal aku tidak melakukan apa-apa.”   Haru sedikit bingung dengan kejadian yang dialaminya. Lalu kemudian melanjutkan perjalanannya.   Setelah keluar dari hutan itu dia tiba di sebuah desa yang tidak jauh dari lokasi hutan. Di sana ada beberapa warga yang menatap aneh ke arah Haru.   “Kenapa mereka menatap ku seperti itu?” ucap Haru dalam hatinya ketika dia melihat banyak orang yang menatapnya. Lalu datang seorang perempuan muda, yang mendekati Haru dengan wajah yang heran.   “Maaf apakah kau datang dari hutan yang ada di sana.” Wanita itu bertanya dengan wajah yang cemas.   “Iya, benar aku datang dari dalam hutan disana.” Jawab Haru, di dalam hati Haru dia jadi penasaran kenapa wanita itu bertanya seperti itu.   “Hahh… Benarkah!” Wanita itu terkejut ketika Haru mengatakan bahwa dia datang dari dalam hutan, lalu wanita itu terdiam dengan wajah yang sedih.   “Memangnya kenapa!” Haru semakin penasaran kenapa wanita itu berkata seperti itu.   “Apakah kau melihat seorang anak laki-laki ketika berada di dalam sana?” Wanita itu bertanya kepada Haru dengan wajah yang sedih.   “Anak laki-laki? Tidak, aku tidak bertemu dengan siapa pun ketika berada di hutan itu. Memangnya kenapa?” Haru heran kenapa wanita itu bertanya tentang anak laki-laki.   “Sebenarnya dia adalah adik ku, dia tersesat di hutan itu sekitar satu tahun yang lalu di musim yang sama seperti ini,” ungkap wanita itu.   “Kenapa adik mu bisa terjebak dalam hutan.” Haru mencoba mencari informasi tentang hutan yang dia lewati tadi.   “Sebenarnya di desa ini ada sebuah aturan yang tidak boleh dilanggar, yaitu di larang masuk kedalam hutan yang memiliki siulan aneh. Larangan ini sudah di wariskan turun temurun, dan siapa saja yang melanggarnya dan nekat masuk kedalam hutan pasti mereka akan tersesat selama-lamanya,” jelas wanita itu.   Penjelasan wanita itu membuat Haru sedikit terkejut, itu artinya Haru merupakan orang yang berhasil selamat dari hutan itu. Dari penjelasan itu Haru dapat menyimpulkan bahwa adik dari wanita itu melanggar aturan desa dan nekat masuk ke dalam hutan, kemudian tidak bisa lagi di temukan.   “Begitu rupanya! Saat aku di dalam hutan aku memang tersesat tapi aku tidak menemukan ada anak laki-laki di sana. Cuma suara siulan yang aneh dan misterius.” Haru menjelaskan kepada wanita itu bahwa dia tidak bertemu dengan siapa pun ketika berada dalam hutan.   “Ooh… Begitu ya!” Wanita itu sedikit kecewa karena Haru tidak bertemu dengan adiknya.   “Tetapi kemungkinan adik mu sudah mati karena terjebak di dalam sana sudah selama satu tahun!” Haru langsung mengatakan hal yang kemungkinan terjadi pada adik dari wanita itu   Wanita itu terkejut dengan kata-kata Haru, dan dia hanya bisa terdiam dengan wajah yang sedih.   “Akan tetapi jika seandainya adik mu bisa menemukan cara untuk keluar mungkin dia sudah ada disini,” ungkap Haru dengan wajah yang serius.   “Apa maksud mu?” Mendengar ucapan Haru barusan, wanita itu menjadi sedikit bingung.   “Iya, sebenarnya ada dua cara untuk keluar dari hutan itu, pertama menemukan sumber suara siulan itu dan kedua jangan pernah terpancing niat untuk melangkah!” Haru mengatakan kepada wanita itu cara untuk keluar dari hutan tetapi wanita itu masih bingung dengan kalimat akhir Haru.   “Artinya?” tanya wanita itu.   “Dengan kata lain bahwa jika orang yang tersesat di hutan itu tidak terpancing dengan suara siulan itu dan tidak memperhatikannya makan orang itu bisa keluar tanpa harus menunggu lama. Aku baru sadar ketika aku memikir kan kalimat yang aku ucapkan tadi.” Haru menjelaskan cara yang bisa di pakai untuk keluar dari hutan itu.   Wanita itu semakin terheran-heran dengan penjelasan Haru. “Begitu rupanya kalau begitu aku bisa mencari adik ku jika cara yang kau katakan itu benar.” Ucapan wanita itu cukup mengejutkan Haru.   Haru tidak menyangka dia akan berani mengatakan hal itu. “Jangan ceroboh siulan yang ada di dalam hutan itu bisa menarik perhatian siapa saja yang mendengarnya, dan orang yang terus-terusan mendengarnya akan sulit untuk berkonsentrasi.” Haru coba untuk menjelaskan kepada wanita itu untuk tidak ceroboh.   “Begitu rupanya. Kalau begitu aku permisi dulu.” Setelah itu wanita itu langsung pergi meninggalkan Haru.   Di saat wanita itu perlahan berjalan menjauh, Haru berkata dalam hatinya. “Aku akan mengawasi wanita itu supaya tidak melakukan hal yang ceroboh.”   Haru beristirahat di desa itu untuk sementara demi memulihkan tenaganya karena dia capek saat mencari jalan keluar dari hutan.   Di saat hari mulai sore wanita yang bertemu dengan Haru, berjalan menuju hutan. Haru melihatnya dari kejauhan dan mengikutinya secara diam-diam. Dan wanita itu berhenti tepat di depan hutan yang berisi suara siulan misterius itu. Dia terdiam untuk mengumpulkan keberaniannya, di saat yang bersamaan Haru terus mendekatinya.   “Sudah kuduga kau akan datang ke sini!” ucap Haru. Ucapan Haru membuat wanita itu terkejut karena Haru tiba-tiba muncul dan berkata tanpa sepengetahuannya.   “Huh… kau rupanya!” Wanita terkejut dengan kedatangan Haru. “Iya aku sudah membulatkan tekat ku bahwa aku akan menemukan adik ku.” Wanita itu berbicara dengan wajah yang serius demi menemukan adiknya yang tersesat.   “Yang benar saja wanita ini berkata serius, dia tidak tau resiko seperti apa yang akan dia alami!” mendengar ucapan itu Haru sedikit terkejut. “Huh… kau ini tidak mengerti apa-apa jika kau masuk kedalam sana kesempatan mu untuk keluar kurang dari 10% apa kau tahu itu?” Haru coba untuk membuat wanita itu mengerti dengan kemungkinan terburuk jika dia masuk kedalam hutan.   Dengan wajah yang sedih wanita itu berkata, “Aku tahu tapi, aku ingin sekali bertemu dengan adik ku dan aku ingin memastikan dia masih hidup atau sudah mati! Jadi tolong jangan halangi aku.”   Haru merasa tidak tega jika membiarkan wanita itu pergi sendirian. “Huh… baiklah! Tapi kau harus aku temani.” Haru memutuskan untuk menemani wanita itu meskipun dia tahu kemungkinan terburuknya mereka tidak akan bisa keluar lagi dan tersesat selama-lamanya.   “Iya.” Wanita itu berkata dengan senyuman dan sambil mengangguk.     Dan setelah itu mereka masuk kedalam hutan. Beberapa saat mereka berjalan masuk kedalam hutan suasana hening dan sepi membuat keadaan sangat mencengkam.   Kemudian suara siulan itu mulai terdengar ‘Fiuuu…’ tepat setelah matahari terbenam.   “Akhirnya suara siulan itu keluar juga.” Di saat siulan itu mulai terdengar di telinga, Haru mulai siaga dan berhati-hati karena dia tahu setelah siulan itu terdengar makan mereka akan tersesat.   Sementara wanita yang berada di samping Haru, menjadi ketakutan. “Suara apa itu?” Dia menjadi ketakutan ketika suara siulan itu tiba-tiba muncul.   “Itu adalah suara siulan misterius yang menyesatkan. Mulai dari sini jangan jauh-jauh dari ku.” Haru berkata dengan wajah yang serius kepada wanita itu demi kebaikannya sendiri supaya tidak tersesat dan menyusahkannya.   Setelah Haru berkata, wanita itu mendekati Haru. Untuk tidak tersesat dan kehilangan arah. Haru dan dirinya menyusuri terus masuk kedalam hutan. Hari yang gelap dan mereka hanya memakai lentera, untuk penerangan jalan di tambah suara siulan itu terus berbunyi. Membuat siapa pun yang berada di situasi itu pasti akan merinding dan ketakutan.   Mereka berdua terus melanjutkan perjalanan, menelusuri setiap tempat untuk mencari adik wanita itu. Pada akhirnya mereka menyadari sesuatu.   “Hm… coba kau lihat pohon itu! sepertinya kita berada di jalan yang benar.” Haru menghentikan langkahnya di hadapannya terlihat sebuah pohon yang cukup besar. Itu menandakan bahwa mereka tidak tersesat, karena jika mereka tersesat seharusnya mereka tidak melihat pohon itu saat berjalan menelusuri hutan.   “Memangnya kenapa?” tanya Wanita itu karena merasa aneh dengan Haru yang tiba-tiba menyuruhnya untuk melihat sebuah pohon.   “Suara siulan yang kita dengar seharusnya sudah membuat kita tersesat sekarang. Membuat kita berjalan dan kembali ke tempat yang sama, dan seharusnya pohon ini tidak bisa kita temukan dengan mudah jika kita berada dalam pengaruh siulan hutan ini. Mungkin sebentar lagi kita akan bertemu dengan adik mu.” Haru memberitahukan bahwa mereka sudah berada di jalan yang benar, kalau mereka tersesat seharusnya sudah sering kembali ke titik yang sama.   “Benarkah!” Wanita itu jadi bersemangat setelah mendengar penjelasan Haru, bahwa mereka berada di jalan yang benar dan tidak tersesat.   Mereka terus maju untuk menemukan adik dari perempuan itu. Sampai mereka tiba di sebuah tempat yang cukup mengerikan.   “Apa ini?” Haru seperti menginjak sesuatu. Setelah Haru melihatnya ternyata itu adalah sebuah tulang.   Haru coba menerangi tempat itu, dan betapa terkejutnya mereka berdua karena tempat itu di penuhi oleh tulang belulang, baik hewan maupun manusia. Haru dan wanita yang bersamanya melihat sebuah benda aneh yang berbentuk kubah yang di atasnya seperti ada benda aneh berbentuk lobak, tetapi dengan warna cokelat dan sedikit bergerak.   Haru mencoba mendekati benda itu, “Ini kan!” Haru terkejut ketika melihat benda itu. Benda itu merupakan makhluk hidup yang bernama Behoueta, makhluk yang memiliki kemampuan untuk memanipulasi daerah sekitar untuk memancing mangsanya. Dan suara siulan itu keluar dari dalam kubah kecil yang berada di bawah Behoueta.   Di saat Haru mengamati Behoueta, pandangan wanita yang ada di sampingnya teralihkan dengan sebuah kerangka yang tak jauh dari lokasi mereka berdua. Wanita itu mendekatinya dan terduduk diam lalu menangis.   “Kenapa!” Suara sedih keluar dari mulut wanita itu.   Haru yang melihat wanita itu terlihat sedih ketika mendekati tulang-tulang itu. Lalu Haru coba mendekati wanita itu untuk memastikan apa yang membuatnya menangis.   “Kenapa kau menangis?” ucap Haru ketika berada dekat dengan wanita itu yang dia lihat sudah menangis.   “Lihat ini.” Wanita itu melihat sebuah kalung yang berada di leher kerangka manusia itu. “Ini adalah kalung Adik ku, berarti dia sekarang sudah menjadi seperti ini.” Sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh wanita itu ketika melihat adiknya sudah menjadi tulang-belulang.   Haru hanya bisa terdiam karena melihat kesedihan wanita itu. Lalu dia kembali menuju tempat Behoueta, kemudian mengambil pisau yang merupakan salah satu perlengkapannya di dalam tas.   Lalu Haru menancapkan pisau itu ke Behoueta. Behoueta menggeliat dan lengkingan suara siulan keluar dari lubang-lubang kecil di bawah kubah tempat Behoueta.   “Uh… suara apa itu?” Bahkan suara itu sampai kedengaran dari desa, lengkingan siulan kuat itu bisa membuat telinga menjadi sakit. Haru lalu mencabut pisau itu dan menusukannya lagi ke tubuh Behoueta. Lengkingan siulan menjadi kuat, di saat itu Haru mencoba mencabutnya dari kubah. Dengan sekuat tenaga akhirnya Behoueta berhasil di cabut.   Ketika berhasil di cabut Behoueta menjadi layu, dan suara siulan yang melengking itu berhenti seketika.   “Huh…” Dengan napas terengah-engah Haru lalu mengambil sebuah kotak kecil untuk meletakan Behoueta yang sudah layu. Lalu Haru mendekati wanita yang sedang menangis di depan kerangka adiknya.   Wanita itu melihat Haru dengan tatapan sedikit kaget dan khawatir.   “Dengan begini tidak ada lagi yang akan menjadi korban dari Behoueta.” Haru mengucapkan itu dengan napas yang masih terengah-engah. Wanita itu hanya menatap Haru dengan tatapan yang cukup khawatir dengan keadaan Haru yang saat itu seperti kelelahan tepat setelah mencabut Behoueta.   Mereka berdua kemudian memutuskan untuk istirahat sebentar sebelum kembali ke desa.     Sekitar tiga puluh menit kemudian, mereka selesai beristirahat dan langsung pergi menuju keluar hutan. Ketika mereka keluar hutan mereka melihat sudah ada beberapa penduduk yang sudah berkumpul di luar hutan. Mereka menatap heran ke arah Haru dan wanita yang bersamanya.   “Apa yang terjadi, dan kalian bagaimana bisa keluar dari hutan ini.” Ketua Desa bertanya kepada mereka dengan tatapan heran.   “Tidak apa-apa yang jelas kami sudah berhasil menyelesaikan masalah yang ada di hutan ini.” Haru mengatakan hal itu supaya mereka tidak menjadi penasaran dan segera pergi dari tempat itu.   “Kepala Desa!” ucap Wanita yang berada di samping Haru. ”Pria ini sudah berjasa dia sudah berhasil membuat hutan yang selama ini kita takuti, menjadi hutan biasa. Dia sudah menghilangkan suara siulan misterius yang ada di hutan ini.” Sungguh mengejutkan pernyataan dari wanita itu. Dia dengan berani berkata seperti itu supaya semua orang tau bahwa hutan itu sudah hilang pengaruh siulan aneh yang selama ini bisa menyesatkan manusia dan hewan.   “Benarkah!” Kepala Desa dan warga yang ada di sana menjadi kaget sekaligus kagum dengan apa yang di ucapkan oleh wanita itu. Lalu mereka menyambut Haru dan membuat pesta kecil untuk mengucapkan rasa terimakasih, kepada Haru karena sudah membantu mereka menghilangkan larangan yang selama ini membuat mereka takut untuk pergi ke hutan.   Malam itu berakhir dengan kesenangan para penduduk. Pagi harinya Haru sudah bersiap untuk melanjutkan perjalanannya. Semua penduduk mengantarkan kepergiannya.   “Tuan Haru! Jika kau melewati daerah sekitar sini tolong mampirlah,” ucap Kepala Desa, untuk mengucapkan salam perpisahan kepada Haru.   “Tentu saja jika kalau nanti ada waktu aku pasti akan mampir ke sini!” Haru berkata dengan senyuman di wajahnya. Dan dia melihat wanita yang sebelumnya mencari adiknya, memakai kalung yang di temukan di dalam hutan.   Lalu kemudian Haru mulai berjalan untuk melanjutkan perjalanannya.   Beberapa hari kemudian, para warga mulai berani melintasi hutan itu. Dan untuk para kerangka tulang-belulang manusia maupun hewan yang ada di dalam hutan itu, mereka buatkan kuburan yang layak.   Setiap saat, setiap waktu alam memiliki kengerian tersendiri dan bagi mereka yang menantang alam tak akan punya kesempatan untuk bisa lolos dari karma.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN