"Manusia bodoh itu, sejak kapan wajahnya berubah menjadi menarik?" Joana menggelengkan kepalanya agar otaknya tak terfokus dengan Wooseok.
"Kita mau terus disini, Nona?" tanya Sekretaris Kang, karena mereka sudah berhenti cukup lama.
"Jalankan mobilnya!" perintah Jo dengan wajah jutek.
"Baik, ayo jalan," bisik Sekretaris Kang pada supir di sebelahnya.
Sesampainya di depan rumah, Joana keluar dari mobil dengan gaya khasnya. Dia memasang wajah sombong, dengan tambahan kacamata hitam besar. Joana menaikkan dagunya lalu berjalan dengan elegan kearah Wooseok dan Seulgi.
"Jo, kau sudah pulang?" Wooseok menatap Joana sambil tersenyum. Dia berusaha bersikap seramah mungkin, agar rencana yang teelah dia rancang bisa berjalan dengan lancar.
"Selamat siang, Eonni," ucap Seulgi ikut tersenyum.
"Eonni?" Joana tersenyum, namun senyuman itu adalah senyuman yang sangat tidak ramah, "Kau temannya Panda kan? memangnya berapa umurmu?" tanya Joana kemudian.
"Iya Eonni, aku Seulgi temannya Wooseok, umurku dua puluh tujuh tahun, kenapa tiba-tiba nanya umur?"
"Dua puluh lima? Sialann, si Panda lebih muda dariku, dan dia lebih muda dari si Panda, berarti ... dia jauh lebih muda dariku? aishh!" Jo menarik nafas, lalu menatap Seulgi dengan sinis dari balik kacamata hitamnya, "Kenapa kau disini?" tanyanya lagi.
"Seulgi menjemput Ibu, Ibu sedang di dalam bersama Handi, tadi Ayah mengundang Ibu untuk makan siang. Seulgi, tunggu sebentar, Oppa panggilkan Ibu, ya ..." ucap Wooseok sambil tersenyum manis kepada Seulgi
"O-Oppa? Panda sialann," Entah mengapa hati Joana terasa panas, "Tak perlu! Panda, tidak perlu memanggil ibumu, namamu Seulgi kan?" Jo menunjuk kearah Seulgi, "Nona Seulgi, sebaiknya kau pulang saja, aku yang akan mengantar ibu mertuaku pulang nanti," ucap Joana, dia sengaja menekankan pada kata Ibu Mertua. Dengan tujuan untuk memberi tahu Seulgi bahwa Ibu Wooseok adalah mertuanya.
"Tak apa Eonni, aku sudah terbiasa menjemput Ibu, dan ..."
"Ibu Mertuaku akan di sini hingga makan malam, jangan menunggunya, pulanglah,"Joana melepaskan kacamatanya, dan menatap kearah Wooseok. Wooseok mengerti arti dari tatapan itu. Jika Seulgi masih bersikeras di sini, takutnya Seulgi akan pulang dengan rambut yang berantakan karena Jo akan menghajarnya.
"S-Seulgi, kau pulang saja, jangan menunggu Ibu, Joana baru saja pulang dari luar kota, jadi Ibu harusnya disini hingga makan malam, Oppa minta maaf karena sudah merepotkanmu,"
"T-Tapi Oppa ..."
"Tak apa, pulang saja, kau masih banyak urusan, kan? sekali lagi maaf telah merepotkanmu.
"Hmm, ya sudah kalau begitu ... aku akan pulang terlebih dahulu," ucap Seulgi agak kecewa.
"Hati-hati ya. Ah iya, terimakasih makanannya."
"Hah, hati-hati katanya? perhatian sekali," Jo menyilangkan tangannya, rasanya ada kerikil kecil di hati Joana, yang membuatnya merasa tak nyaman melihat Wooseok bertingkah baik pada Seulgi, "Good, Sekretaris Kang, ayo masuk, kita harus menyapa ibu mertuaku," Joana memberi kode pada Sekretaris Kang untuk mengikutinya masuk ke dalam.
"Baik, Nona," Sekretaris Kang berjalan di belakang Jo, lalu menyenggol bahu Wooseok sambil menyilangkan jari di keningnya, Wooseok tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Sekretaris Kang.
"Oppa, kenapa Eonni memanggilmu panda?"
Mendengar pertanyaan Seulgi, seketika Jo berhenti dan berbalik, "Itu panggilan sayangku padanya, apa kau mengerti?" Jo menatap ke arah Wooseok, lalu berbalik meninggalkan mereka.
Wooseok hampir saja tersedak mendengar perkataan Jo, "Panggilan sayang? hah, entah mengapa kata sayang yang seharusnya enak didengar, jadi terdengar menakutkan dan sangat buruk setelah keluar dari mulut wanita itu." batin Wooseok.
***
"Terimakasih atas makan siangnya Besan, kami harus pulang, Seulgi sudah menunggu diluar," Ibu Wooseok membungkuk kepada Tuan Lee untuk berpamitan.
"Seulgi sudah pulang. Ibu disini saja hingga makan malam, nanti pulangnya akan diantar Sekretaris Kang," Semua terkejut seketika mendengar suara Joana. Joana melangkah dengan sikap tegas, dia memasang wajah tersenyum yang sangat dipaksakan. Namun, bukan karema dia tak ingin tersenyum kepada Ibu mertuanya, hanya saja dia tak terbiasa bersikap ramah kepada orang lain, hingga wajah tersenyumnya saja manghadirkan aura kengerian tersendiri.
"Eonni!" Hanbi yang dari awal memang sangat kagum dengan gaya dan kecantikan Joana berlonjak kegirangan saatelihat Jo masuk ke ruang tamu, "Eonni baru pulang kerja? wuahh! Eonni cantik sekali," seru Hanbi, dia melihat Joana dengan takjub sambil membuka mulutnya.
"Jo, kau sudah pulang?" Tuan Lee tersenyum menatap putrinya.
"Iya Ayah, selamat sore, Ibu," Jo menundukkan kepalanya sedetik lalu menatap Ibu Mertuanya.
"Oh, s-selamat siang menantu, kau sehat?"
"Iya, aku sehat, terimakasih telah bertanya,"
"Senang mendengarnya. T-Tapi kami sudah terlalu lama disini, Ibu baru saja mau pulang,"
"Tinggallah disini hingga makan malam, Seulgi sudah pulang dari tadi."
"Ah, benarkah? api kami tidak ingin merepotkan,"
"Besan, tidak masalah. Lagipula Jo baru pulang dan kita belum pernah makan bersama sebelumnya, tinggallah hingga makan malam," ucap Tuan Lee kepada Ibu Wooseok.
"Bu, kita tinggal saja hmm, Hanbu suka di sini," Hanbi merengek kepada Ibunya, lalu dia kembali menatap Jo sambil tersenyum.
"Kalau begitu baiklah, kami akan tinggal," Sambung Ibu Wooseok.
Jo menatap Hanbi dengan heran, karena Hanbi dari tadi tidak berkedip dan terus saja menatapnya, "Hanbi? kau kenapa?" bukannya menjawab Hanbi malah makin terpaku menatap Joana, "Hmm ... kau mau ikut aku ke kamar?" tanya Jo lagi.
"Yang benar? Hanbi boleh masuk ke Eonni?" tanya Hanbi sambil berlonjak.
"Kalau kau mau," Hanbi mengangguk dengan cepat sambil mengepalkan kedua tangannya di bawah dagu.
"Permisi dulu, aku ingin memperlihatkan kamarku ke Hanbi,"Jo membungkuk dan memberi kode agar Hanbi mengikutinya, Hanbi dengan senang hati mengekor di belakang Jo sambil melihat kesekitar.
"Wah! kamar Eonni luas sekali, boleh Hanni duduk di tempat tidur?" Jo mengangguk. Hanbi langsung gerak cepat menuju tempat tidur Joana dan duduk sambi menepuk-nepuk kasur di bawah tangannya, "Aaa! empuknya. Eonni, Oppa tidur disini, kan?"
"T-Tuntu saja Oppamu tidur disana, memangnya mau di mana lagi?"
"Hah, Oppa enak sekali. Ada sofa, dan kamar mandi di dalam, juga ada bunga-bunga harum. Eonni kau sangat hebat, kau idolaku," Hanbi mengacungkan jempolnya, membuat Jo tersenyum dan tersipu.
"Kau ingin lihat yang lebih bagus? ikut aku," Jo membawa Hanbi ke sebuah pintu lalu membukanya.
"Wah! luar biasa. Eonni ini lemarimu, ini sebesar kamarmu di rumah!" Hanb berlari kesana kemari, menatap sekumpulan sepatu, baju-baju, dan berbagai pernak penik lainnya.
"Wah! tas, kalung, aksesoris, tapi! Eonni, ini semua milikmu?"
"Kau suka fashion?" tanya Joana. Hanbi mengangguk beberapa kali dengan kecepatan cahaya.
"Pilih saja semua yang kau suka. Nanti akan kusuruh Bibi Kim membungkusnya."
"Benarkah? barang-barang bermerk mahal ini, aku boleh memilih yang aku suka?"
"Hmm," ucap Jo, Jo menaikkan dagunya membanggakan semua yang dia punya.
"Terimakasih Eonni!" seru Hanbi, lalu memilih barang dengan hati-hati.
"H-Hanbi ... i-itu ... wanita bernama Seulgi, apa dia dekat dengan Oppamu?"
"Oh, Seulgi Eonni? he eh mereka dekat. Seulgi Eonni sangat baik, dulu Oppa sangat menyukai Seulgi Eonni, dia adalah cinta pertama Oppa. Tapi Seulgi Eonni punya pacar lain, akhirnya oppa menyerah," ucap Hanbi lalu menunggu reaksi dari Joana.
"C-Cinta Pert ...!" menyadari ada Hanbi, Joana terhenti, padahal dia hampir saja mau meledak, "M-Menurutmu apa sekarang Oppamu masih menyukainya?"
Hanb diam sejrnak, lalu cekikikan, "Hehehe, apa Eonni cemburu? Aiih, tentu saja tidak, setahuku sekarang Oppa hanya menganggap Seulgi Eonni sebagai sahabatnya. Oppa tidak mungkin berpaling dari wanita secantik Jo Eonni, hahaha,"
"S-Siapa yang cemburu?," Joana memasang wajah jutek, "Aku akan mandi. Kau pilih semua yang kau suka. Ingat, pilih yang rapi, jangan berantakan."
"Siap, Eonni!"
***
Empat puluh lima menit kemudian, Wooseok merasa cemas karena Hanbi belum juga keluar dari kamar Joana. Wooseok akhirnya masuk ke kamar untuk mencari Hanbi.
"Hannbi!" Wooseok memanggil, dia khawatir Hanbi melakukan sesuatu yang buruk dan membuat Jo naik darah. Wooseok berkeliling kamar dan menemukan pintu lemari Jo terbuka. Wooseok bergegas masuk ke dalamnya,
"Hanbi? kau sedang apa? ya ampun Jo bisa marah, ini kawasan pribadinya, ayo keluar!" Wooseok kaget menemukan Hanbi tengah menyentuh barang-barang milik Joana.
"Oppa, Eonni menyuruhku memilih yang kusuka dan membawanya pulang, Oppa lihat? sebagian barang, merknya masih menempel, belum pernah dipakai. Eonni hebat sekali."
"Aih, kau jangan main-main. Mana mungkin Jo membiarkanmu menyentuh barang-barangnya. Ayo cepat keluar!"
"Oppa, Hanbi tidak bohong, Eonni benar-benar ... "
Wooseok menggeser duduk Hanbi, dan menaruh kembali barang-barang yang di ambil ke tempatnya Setelah melakukan itu, Wooseok kemudian menarik tangan Hanbi, "Kau benar-benar mau cari masalah, ayo keluar sekarang!"
"Hanbi, kau sudah selesai memilih?" tiba-tiba Jo berdiri di depan pintu lemari, memakai kemeja putih sepaha dengan celana pendek, tangannya sibuk mengeringkan rambut dengan handuk, Wooseok menelan ludahnya dan tanpa sadar menatap Jo, menatap rambutnya yang basah, bibirnya, lehernya, selama ini Wooseok hanya melihat Jo yang angkuh dengan kacamata hitam, bibir merah, dengan dandanan tebal nan glamor. Jika mereka di kamar, Wooseok tak pernah mempehatikan Jo, bahkan mereka tidak pernah saling melihat. Tapi, kini kesan angkuh yang sering dilihat Wooseok saat menatap Jo seketika hilang. wajahnya polos tanpa sapuan riasan tampak begitu bersih, bibirnya tampak begitu lembut, semua jauh dari kesan glamor, kini yang dilihat Wooseok hanya wanita lembut yang sedikit rapuh. Wanita anggun dengan aura yang bersinar.
"C-Cantik sekali,"
TBC