Hal lain

588 Kata
"Lee Joana ..." Joana terbelalak seketika. Dia ingin melarikan diri. Namun, Wooseok menahan tangannya cukup erat. Hingga dia tak bisa bergerak, "Kau mau apa?" tanya Wooseok lagi. Membuat Joana semakin gugup. "P-Panda ... kau belum tidur?" "Bagaimana aku bisa tidur, sementara seseorang memperhatikan aku? kau mau apa? mau membunuhku sementara aku tertidur?" "Dasar bodoh kau pikir aku pembunuh?" Joana ingin beranjak. Namun, Wooseok berdiri sambil menatap Joana lekat. "Nona, Lee Joana ..." "K-Kau ini kenapa? lepaskan aku." "Bagaimana bisa ..." "A-Apanya?" Wooseok melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Joana, lalu memeluk Joana erat. Joana terdiam, hatinya seketika membuncah dan seperti akan melompat keluar, "Bagaimana aku bisa berakhir mencintaimu? padahal.aku ..." Wooseok menghela nafas, lalu makin mengeratkan pelukannya, "Padahal aku ingin balas dendam dengan cara membuatmu menyukaiku. Tapi semua malah berakhir begini," batin Wooseok. Joana melepaskan pelukan Wooseok darinya, lalu mendorong Wooseok menjauh, "Dasar gila. Aku mau tidur!" Joana segera beranjak ke tempat tidur lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Wooseok menatap Joana dari sofa, lalu tersenyum, "Aku benar-benar sudah gila," gumamnya. *** Keesokan harinya, Joana dan Wooseok canggung setiap saat. Mereka saling menghindar, dan tak berani menatap wajah satu sama lain. Tuan Lee yang melihat mereka menjadi heran. Namun, dia maklum saja, mungkin ada sesuatu diantara mereka berdua yang tak boleh diketahui orang lain. Karena Joana belum masuk kantor, maka dia terus di rumah. Wooseok berusaha bersikap seperti biasa, mengingatkan Joana untuk minum obat, dan menyiapkan makanan Joana, walau dia masih belum berani menatap wajah Joana. Kembali ke malam hari, Wooseok tampak gelisah di sofanya. Dia berbaring ke kanan dan ke kiri, tak bisa tidur sama sekali. Sementara itu Joana yang berpura-pura membaca buku, terus memperhatikan Wooseok dari tempat tidurnya. "Aku tak bisa tidur. Joana sedang apa, ya? ya ampun aku ingin mendatanginya. Tapi apa itu tidak aneh?" Wooseok memejamkan matanya erat. "Si Panda itu sedang apa? kenapa masih di sofa padahal aku sudah mengaku menyukainya, dasar laki-laki tak punya kepekaan. Apa aku yang harus ke sofa? sialann, mana mungkin," Wooseok akhirnya duduk. Dia menundukkan kepala sambil mengepalkan tangannya. "Jo ..." , "Seok ..." Joana dan Wooseok memanggil bersamaan. "S-Seok ... dia memanggilku Seok?" Wooseok tersenyum sambil terus menunduk, "Ehem ... a-apa?" ucapnya kemudian. "Kau sendiri mau bicara apa? duluan saja." "Tidak. Kau saja yang duluan." "Hmm ... bekas operasiku sudah sembuh. Sudah tak sakit lagi." "Ah, syukurlah ..." "Syukurlah? dia hanya menjawab itu? apa aku harus memukulnya? mengesalkan sekali," Joana menghelas nafas, "Kau sendiri mau bicara apa?" "A-Aku ..." Wooseok ragu-ragu. Beberapa detik kemudian, dengan satu tarikan nafas dia langsung berdiri dan menghampiri Joana, "Joana!" "Kau ini kenapa? jangan meninggikan suara rendahmu. Sangat berisik, aku tidak tuli." "M-Maaf ..." Joana dan Wooseok kini saling pandang. Joana menggenggam selimut di bawah tangannya. Sementara Wooseok mengepalkan tangannya erat. "Ada apa?" tanya Joana dengan wajah datarnya. Wooseok menarik nafas panjang, "Hah ... Joana ... boleh minta ciuman seperti terakhir kali? aku tidak bisa tidur!" Wooseok bicara cepat dengan nada suara yang hampir melengking. Joana terdiam sejenak, Wooseok yang tadinya bicara sambil menutup mata, mengintip dengan sebelah matanya. "Pfftt ... hahaha dasar idiottt," Joana tiba-tiba terkekeh. "A-Apa ... kenapa?" telinga Wooseok memerah, dan wajahnya panas karena menahan malu, "A-Apa aku berlaku tidak sopan? m-maaf ..." "Bodoh, sudah kubilang, kan? bekas operasiku sudah sembuh," "I-Iya, aku tahu. Hmm ... s-selamat, karena lukamu sudah sembuh," Wooseok semakin malu, dia akhirnya memilih beranjak kabur dari depan Joana. Namun, ketika Wooseok berbalik, Joana menangkap tangannya hingga Wooseok terhenti. "Karena bekas operasiku sudah sembuh ... jadi kita bisa melakukan hal lain, lebih dari sekedar ciuman," berkedip. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN