Sudah dua hari, Adis mengamati rumah makan yang parkirannya tempat ia masuk ke mobil Adam.
Karena ia membutuhkan KTP nya yang ada pada Adam.
Adis menunggu Adam menghubunginya, untuk meminta ganti rugi biaya perbaikan dua buah mobil. Tapi, sudah satu bulan, Adam tidak juga menghubunginya. Adis tidak meminta nomer kontak Adam waktu itu. Tidak tahu juga tempat tinggal Adam di mana.
"Ayo berpikir, Adis! Berpikir lebih keras, ingat-ingat sesuatu yang bisa jadi petunjuk tentang Si Om itu," Adis menekan ujung telunjuk ke sudut keningnya. Ia mencoba mengingat, mungkin ada percakapan yang bisa menjadi titik terang akan keberadaan Si Om yang sudah membantunya bersandiwara.
"Lazuardi ... kalau tidak salah, namanya Adam Lazuardi. Crazy Rich Kalimantan, kata Si temannya Tante esmosian itu."
Adis langsung mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, dicari nama Lazuardi.
"Wow! Benar-benar Crazy Rich ini. Kaya sekali ...."
Adis berdecak kagum setelah menemukan info tentang keluarga Lazuardi. Ia juga sudah menemukan alamat kantor Adam.
Adis segera membawa mobilnya melaju ke kantor Adam.
"Kalau bukan karena KTP, malas banget aku ke kantor Si Om itu," gumamnya sendirian.
***
Di saat Adis sedang mencari Adam. Dinda, Mommynya mendapat telpon dari Dina.
"Apa? Calon suami Adis?" Dinda sungguh terkejut, karena Dina mengatakan kalau Weni, teman kampus mereka dulu, mengirimi foto Adis yang dikatakannya adalah calon menantu keluarga Lazuardi.
"Weni dapat info menyesatkan itu darimana?"
"Weni ikut arisan sosialita, saat arisan ada yang bergosip tentang Adam Lazuardi. Katanya, sudah punya calon istri. Terus diperlihatkan foto itu, Weni mengenali sebagai Adis. Tapi, Weni segan bertanya langsung ke kamu, Tan. Jadi, dia tanya ke aku."
"Ya Tuhan ... gosip dari mana itu. Bukan Adis barangkali."
"Adis, Tan. Ini aku kirimi fotonya."
Dinda menatap layar ponselnya. Yang terpampang memang sosok Adis putrinya. Adis sedang berdiri bersebelahan dengan seorang pria.
"Sudah lihat, Tan. Adis'kan? Pria di sebelahnya itu Adam Lazuardi. Adam mengakui Adis sebagai calon istrinya."
"Ini memang Adis, Dina. Tapi, dia tidak pernah bicara tentang Adam Lazuardi. Apa lagi bicara tentang calon suami."
"Itu yang membuat aku bingung, Tan. Aku yakin, kamu pasti akan bicara kalau memang Adis sudah punya calon suami."
"Berita ini, darimana asalnya ya, Dina?"
"Gosip ini sudah tersebar luas di kalangan pergaulan atas, Tan. Seorang Lazuardi, Crazy Rich Kalimantan. Siapa yang tidak kenal dengan keluarga Lazuardi . Siapa yang tidak tahu W & W GRUP."
"Ya Tuhan, aku harus bagaimana?"
"Kamu tanyakan saja ke Adis langsung, Tan."
"Ya sudah, Dina. Aku telpon Adis dulu. Terima kasih buat informasinya ya."
"Sama-sama, Tan. Assalamualaikum."
"Walaikum salam."
Dinda langsung menghubungi Adis. Tapi, tidak ada jawaban dari nomer Adis.
"Kemana anak ini. Ponselnya aktif, tapi panggilan tidak dijawab." Dinda mencoba lagi untuk menghubungi Adis. Namun tetap saja, tidak dijawab. Perasaan Dinda mulai gelisah, cemas akan keadaan Adis, juga gelisah dengan apa yang baru diceritakan Dina.
Soal teman pria, atau apapun yang berhubungan dengan pria, Adis selalu bercerita padanya. Karena itulah, Dinda merasa aneh saja. Saat orang lain meributkan calon suami anaknya, ia justru tidak tahu apa-apa.
"Ya Tuhan, Adis jawab dong panggilan Mommy!" Seru Dinda gusar, karena setelah sekian lama, tidak juga Adis menerima panggilannya.
Dinda menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Ia benar-benar merasa bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya. Dinda berharap, berita ini tidak sampai ke telinga kedua orang tua, dan kedua mertuanya. Kalau sampai Mommynya tahu, bisa dipastikan, Mommynya akan mengomel tanpa jeda.
***
Di rumah Adam.
Devita baru saja menerima telpon dari Aisah. Aisah menanyakan tentang kebenaran kabar soal Adam yang sudah memiliki calon istri.
"Ais tahu darimana?" Tanya Devita.
"Ada istri rekan bisnis Aa Arya yang menelpon aku, Kak Vita. Menanyakan masalah ini. Aku jawab, aku tidak tahu."
"Jadi, berita ini sudah menyebar kemana-mana ya? Ini sebenarnya tidak begitu Ais. Gadis itu hanya minta pertolongan Adam."
"Gadis itu namanya Adis, Kak Vita. Kakeknya, pemilik jaringan usaha otomotif yang cukup besar. Neneknya, Winda Putri Pertiwi, pemilik W & W Group. Bukan gadis sembarangan juga."
"Apa? Kamu tahu darimana informasi ini, Ais?"
"Dari yang memberitahu aku soal berita ini."
"Ya Allah, kenapa masalah ini jadi membesar ya."
"Sudah dulu ya, Kak Vita. Kalau ada kabar baik, kabari kami. Assalamualaikum."
"Walaikum salam. Salam buat kedua orang tuamu ya, Ais."
"Iya, nanti aku sampaikan, Kak."
Devita mematikan ponselnya. Ia sandarkan punggung ke sandaran sofa. Ia pijit keningnya yang terasa berdenyut. Devita tidak menyangka, hanya sekelumit kisah pertemuan Adam, dengan Adis akhirnya bisa menjadi berita besar yang menyebar kemana-mana.
BERSAMBUNG