Emosi yang meledak-ledak, aku redakan dengan lekas mandi dan membasuh tubuh ini dengan air dingin. Mengabaikan kondisi tubuh yang belum seberapa sehat. Aku kesal, aku marah dan aku tak habis pikir dengan isi kepala Mas Agam. Empat tahun sudah kami berpisah. Selama empat tahun ini pula lelaki yang menjadi mantan suamiku itu telah abai dengan tanggung jawabnya menafkahi anak-anaknya. Ya, memang Mas Agam masih sering menjumpai anak-anak. Tapi tidak dengan mencukupi semua kebutuhan mereka. Dan dia pun membiarkan aku sebagai satu-satunya tulang punggung keluarga yang harus mencukupi semua kebutuhan. Tak hanya untuk makan tapi juga biaya pendidikan. Pasca perceraian kami pun, Mas Agam sama sekali tidak pernah menjaga perasaanku. Dengan enteng dia bergonta ganti pasangan. Menunjukkan kebebasann