Dara tersenyum lebar kepada lelaki di hadapannya, ia tidak henti-hentinya mengedipkan matanya ke arah lelaki di hadapannya. Membuat lelaki itu mendengus kesal melihat sikap Dara yang terkesan centil itu.
"Bu Dara, bisa kita lanjutkan meeting kita?" Lelaki itu mulai bersuara saat tidak juga mendapatkan kesepakatan dari wanita centil di hadapannya.
"Saya setuju dengan persyaratan anda," ujar Dara sembari mengedipkan sebelah matanya pada lelaki di hadapannya, Dara tidak peduli lagi dengan semua orang yang berada di dalam ruangan itu, ia tidak peduli lagi dengan tatapan jengah mereka yang ditujukan padanya. Ia hanya mempedulikan satu hal, lelaki di hadapannya, ia menginginkan lelaki itu.
"Baiklah kalau begitu, kita sudah menemukan kesepakatan." Lelaki itu mengulurkan tangannya kepada Dara, dan uluran tangan lelaki itu segera di sambut oleh Dara.
***
Dara menarik tangan lelaki yang akan berjalan meninggalkannya itu, Dara tidak mau mengalah lagi pada sang takdir, ia tidak mau terus berharap tanpa kepastian, ia tidak mau menjadi seorang pengejar bayangan, ia menginginkan lelaki itu dan ia harus mendapatkan lelaki itu.
Lelaki itu menatap Dara penuh tanya, Dara hanya bisa tersenyum lebar, menit demi menit berlalu dan akhirnya ruangan itu hanya tersisa dirinya dan lelaki itu.
"Ada apa ya bu?ruangan sudah sepi nih bu," ujar lelaki itu sembari tersenyum jengah.
Dara tersenyum manis. "Tuan Robert, will you marry me?" tanpa basa-basi lagi Dara segera memulai aksinya untuk mendapatkan lelaki di hadapannya.
Robert terkekeh geli, ia tertawa terbahak-bahak begitu mendengarkan lamaran yang keluar melalui mulut Dara, sungguh luar biasa aneh wanita yang berdiri di hadapannya ini.
"Anda salah makan obat?"
Dara mengerucutkan bibirnya, ia merasa di tolak secara tidak langsung oleh lelaki di hadapannya itu. "Saya tidak sedang sakit, saya sadar dengan ucapan saya barusan, saya ingin anda menjadi suami saya," ujar Dara sembari tersenyum manis.
Robert menatap nanar wanita yang di anggapnya gila itu. "Maaf, saya bahkan tidak mengenal anda secara pribadi, saya tidak mungkin menikah dengan wanita yang tidak saya kenal bukan?"
Dara terkekeh pelan. "Baiklah kalau gitu mari kita berkenalan." Dara mengulurkan tangannya kepada Robert, "Namaku Andara Gabriella Dominique, aku berusia dua puluh delapan tahun, hobbyku shopping, obsesiku adalah kamu." Dara tersenyum manis.
Robert menautkan kedua alisnya, sungguh ia tidak mengerti apa yang salah dengan otak wanita di hadapannya itu. "Maksud saya bukan itu nona."
Dara menarik tangan Robert untuk menjabat tangannya. "Kita bisa saling mengenal lebih jauh mulai hari ini." Dara tidak akan menyerah sebelum ia mendapatkan lelaki yang di inginkannya, tidak pernah ada kata menyerah di dalam kamusnya, bila kemarin perasaan cinta telah membuatnya lemah, tapi tidak saat ini, karena ia telah memasang 'Attack mode on', bila ia sedang dalam mode menyerang seperti ini maka ia akan terus-menerus menyerang targetnya secara agresif, ia akan mengejar targetnya itu tanpa mengenal rasa lelah.
"Maaf, saya rasa ini semua salah." Robert menepis tangan Dara dan tersenyum canggung.
"Tuan Robert." Dara kembali menarik tangan Robert dan membuat lelaki itu berhadapan dengannya.
"Saya tidak meminta jawaban anda sekarang, saya hanya ingin anda tahu akan satu hal, mengejar bayangan anda adalah rutinitas baru saya, memikirkan anda adalah hobi baru saya, dan mendapatkan hati anda adalah tujuan hidup saya." Dara tersenyum manis dan mengecup kedua pipi Robert sebelum ia berlalu meninggalkan lelaki itu. Robert melebarkan kedua matanya, merasa terkejut dengan pengakuan wanita gila yang baru dikenalnya itu, bila ia tidak memerlukan proyek dengan wanita itu, ia akan segera mendorong jauh wanita yang menurutnya gila itu. Robert terpaku memandang punggung Dara yang lama-kelamaan mulai menghilang dari pandangannya.
'Sial banget hari ini, kenapa gue bisa ketemu wanita gila kayak dia,' gumam Robert di dalam hatinya.
***
"Selamat pagi tante, saya mau ketemu Robert." Dara tersenyum manis kepada seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usia senjanya.
Wanita itu mengerutkan keningnya dan menatap Dara pernuh tanya. "Saya Andara, biasa di panggil Dara tante, saya rekan bisnis Robert," ujar Dara sembari tersenyum manis untuk yang kesekian kalinya.
"Oh.. Maaf..tante kirain kamu siapanya Robert?kirain Robert sudah punya pacar yang cantik seperti kamu." Wanita paruh baya itu terkekeh pelan. "Masuk dulu yuk, Robert lagi sarapan," ujar wanita itu sembari menarik tangan Dara untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Memang Robert belum punya pacar ya tan?" Tanya Dara dengan berbisik.
Wanita itu tekekeh pelan. "Belum, sudah capek tante jodohin dia sama wanita pilihan tante, tapi nggak ada yang cocok."
Dara tersenyum lebar saat menyadari ia masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan hati lelaki pujaannya itu.
"Kalau saya yang jadi pacarnya Robert tante setuju nggak?" Tanya Dara sembari tersenyum semanis mungkin, entah jaringan otaknya yang manakah yang telah putus sehingga ia tidak merasa segan sedikitpun untuk menanyakan pertanyaan yang memalukan itu kepada wanita yang diyakininya adalah ibu dari pujaan hatinya.
Wanita itu terkekeh geli. "Tante setuju saja kalau Robertnya setuju."
"Tante adalah ibu paling baik sedunia." Tanpa sadar Dara memeluk tubuh wanita paruh baya itu dengan erat.
"Ada apa ini ma?" Robert menatap nanar kedua wanita yang tengah berpelukan sembari tersenyum manis itu, ia menautkan kedua alisnya saat ia menyadari wanita manakah yang memeluk ibunya itu. "Anda ngapain ke sini?" Tanya Robert kepada Dara, Dara melepaskan pelukannya pada tubuh wanita paruh baya itu dan tersenyum manis ke arah Robert.
"Mau jemput kamu,"ujar Dara sembari tersenyum manis ke arah Robert. Robert menautkan kedua alisnya, ia tidak menyangka paginya yang cerah akan berubah menjadi suram dalam seketika.
"Saya nggak perlu di jemput." Robert mendengus kesal, Dara dan ibu Robert hanya bisa terkekeh geli melihat wajah kesal lelaki itu.
"Jangan jutek gitu sama wanita cantik," ujar wanita paruh baya itu kepada Robert, "Kita belum saling berkenalan bukan? Kenalkan nama saya Andien, saya ibu Robert." Andien mengulurkan tangannya ke arah Dara, Dara tersenyum manis dan menyambut tangan wanita paruh baya itu.
"Saya Dara tante, senang berkenalan dengan anda, calon mertua saya." Dara tersenyum manis, sedangkan Robert menatap nanar ke arah Dara. Andien hanya bisa terkekeh pelan melihat sifat percaya diri Dara.
Lengkap sudah penderitaan Robert, hidup Robert yang selalu terasa membosankan itu tiba-tiba saja menjadi sangat mengerikan dengan kehadiran Dara ke dalam hidupnya. Wanita itu telah mengobrak-abrik kedamaian hidup maupun hatinya.