Aku Suka Persaingan

888 Kata
Robert tidak tahu getaran apa yang saat ini di rasakannya, mendengar wanita itu mengatakan bahwa ia akan menjadi malaikat pelindungnya membuat Robert merasa bahagia sekaligus konyol secara bersamaan. Ia tidak percaya pada cinta maupun takdir, semua yang terjadi di dunia ini pasti ada alasan logika dibaliknya, tetapi Dara telah membuat sebuah pertanyaan terlintas di dalam benaknya. 'Inikah takdir?' *** Dara mengertakan giginya saat melihat Robert memeluk tubuh seorang wanita dengan mesra. "Aurel... aku ngantri tiket dulu ya, film horor itu kan?" Dara mengarahkan jari telunjuknya ke arah sebuah poster film bergenre horor. Aurel menganggukan kepalanya dan tersenyum lebar. Dara berjalan cepat dan mengantri di belakang Robert dan seorang wanita cantik yang sangat seksi. "Ehemm... " Dara berdehem dengan keras, Robert mengalihkan pandangannya ke balik punggungnya. Ia tersenyum kepada Dara. "Nonton Dar?" Tanya Robert. Dara mengerutkan keningnya. "Lagi main sepak bola!" jawabnya dengan ketus. Robert terkekeh pelan. "Iya aku tahu pertanyaan bodoh, udah pasti kamu mau nonton." "Siapa sayang?" Wanita di samping Robert memeluk lengan Robert dengan erat. "Temanku, Dara." Jawab Robert kepada wanita di sampingnya, "Oohh ya Dara, kenalkan kekasihku, Cella, dan kenalkan temanku, Dara." Robert saling mengenalkan kedua wanita itu. 'Dia sudah punya pacar?' Gumam Dara di dalam hatinya. Kedua wanita itu saling berjabat tangan dan mengucapkan nama mereka masing-masing. "Aku baru tahu kalau kamu sudah punya pacar," ujar Dara. Robert tersenyum manis. "Selama ini kamu nggak pernah tanya kan," Dara memutarkan kedua bola matanya dan menatap Robert dengan jengah. "Emang harus gitu ya, aku tanya kamu punya pacar atau nggak?" Dara melipat kedua tangannya pada dadanya, ia menatap Robert dengan tajam, "Yang penting belum ada cincin pernikahan yang mengikat jari kamu, selama belum ada ikatan pernikahan, kamu itu masih milik bersama." Dara tersenyum lebar. Cella menatap Dara dengan sinis dan kembali mengarahkan pandangan matanya ke arah Robert sedangkan Robert hanya bisa terkekeh geli mendengarkan perkataan Dara. "Jangan berani-beraninya ngerebut kekasih aku!" Ujar Cella dengan ketus, ia menarik kerah blazer yang Dara kenakan. Dara terkekeh geli. "Aku nggak bermaksud untuk merebut, aku akan membuat Robert menjadi suamiku." Dara menepis tangan Cella dengan kasar. "Hentikan Cella! Jangan melakukan hal yang memalukan seperti ini." Robert menarik lengan Cella dan menjauhkan wanita itu dari Dara. Dara tersenyum manis sedangkan Cella menatap Dara dengan sinis. "Maafkan Cella ya Dara..." ujar Robert. "Nggak pa-pa, aku suka persaingan." Dara mengedipkan sebelah matanya ke arah Robert. Cella mengertakan giginya dan menatap Dara penuh amarah, ia menarik tangan Robert dan berjalan menjauhi Dara. Dara hanya bisa terkekeh melihat kemarahan Cella, ia tahu Robert tidak mencintai wanita bernama Cella itu, Dara dapat melihat tatapan datar tanpa cinta yang Robert berikan kepada Cella. Semua itu semakin membuat Dara yakin bahwa ia masih bisa mendapatkan Robert. "Udah dapat tiketnya?" Aurel menepuk pundak Dara. Aurel mengeryitkan keningnya saat menatap Dara yang tampak cengengesan. "Kemasukan setan mana kamu?" tanya Aurel, ia memicingkan matanya dan menatap Dara penuh tanya. Dara menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Ada deh... Mau tahu aja atau mau tahu banget?" Dara tersenyum lebar, Aurel menatap Dara dengan jengah. "Nggak mau tahu sama sekali, udah beli tiketnya belum Dar?" "Udah... Udah... nonton yuk!" Dara menunjukkan dua lembar tiket kepada Aurel dan menarik sahabatnya untuk berjalan menjauhi loket tiket itu. Aurel hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap sahabatnya itu. *** "Dara cantik... Kita dinner yuk!" Seorang lelaki berkata dengan manja kepada Dara, Dara mendengus nafas gusar, ia semakin mempercepat langkahnya. Mantan kekasihnya yang bernama Steven itu tidak pernah mau menerima kenyataan bahwa hubungan mereka telah berakhir. "Hentikan semua ini Steve!" Dara menghentikan langkahnya saat Steven berdiri di hadapannya secara tiba-tiba. "Kamu jutek banget sih sayang." Dara memutarkan kedua bola matanya. "Berhenti memanggilku sayang!" Dara berkata dengan ketus. "Dulu kamu suka di panggil sayang." Steven tersenyum lebar. Dara menatap Steven dengan jengah. "Dulu dan sekarang itu berbeda Steve!" "Bagi aku masih sama aja," ujar Steven, ia mengusap puncak kepala Dara. Dengan cepat Dara menepis tangan Steven dengan kasar. "Aku mau pulang, lain kali aja kita makan malamnya,"ujar Dara dengan pasrah. Ia tidak mau Steven memperlambatnya untuk menemui Robert, ia tidak bisa sehari saja kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan Robert. Steven tersenyum lebar."Janji?" Ia menatap Dara penuh harap, Dara mendengus kesal dan menganggukkan kepalanya. "Ok kalau begitu, sampai jumpa sayang," ujar Steven, ia mengecup kening Dara dan segera berlari secepat mungkin sebelum ia menerima amukan seorang Dara. Dara melepaskan sebelah high heels-nya dan melemparkannya ke arah Steven. *** Dara berulang kali berjalan berputar-putar membentuk sebuah lingkaran kecil, beberapa pasang mata mulai memperhatikannya yang sedari tadi berputar-putar pada satu titik. "Aku kira kamu sudah menyerah." Dara menghentikan langkahnya dan mengarahkan wajahnya ke arah suara yang terdengar familiar itu. Dara tersenyum manis menatap wajah yang begitu di rindukannya itu. "Aku bukanlah seorang wanita yang mudah menyerah," ujar Dara sembari tersenyum manis, ia berlari pelan ke arah Robert dan bergelayut manja pada lengan lelaki itu. "Kamu wanita tangguh," ujar Robert, "Kamu nggak takut di labrak kekasihku?" Robert melanjutkan perkataannya, ia bertanya kepada Dara yang sedari tadi tersenyum manis memandangnya. Dara terkekeh geli. "Dia bukan tandingan untukku Rob, sudah kubilang sebelum ada cincin pernikahan di jarimu, kamu itu masih milik bersama dan siapa saja masih bisa merebutmu dari kekasihmu itu." Dara tersenyum manis dan mengedipkan sebelah matanya. "Mau kemana hari ini?" Dara mengetuk-ngetukkan jemarinya pada dagunya, ia tampak berpikir keras. "Kemana aja asalkan sama kamu." Dara mengedipkan sebelah matanya. Robert tersenyum manis, mereka berdua berjalan menuju parkiran mobil, Robert membukakan pintu mobilnya untuk Dara. "Ke apartemen aku aja ya, aku ada dvd baru, kita nonton dvd sambil makan malam," ujar Dara kepada Robert begitu mereka berdua sudah duduk di dalam mobil milik Robert. Robert menganggukkan kepalanya, ia mulai menyalakan mobilnya dan menuju apartemen Dara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN