Chapter 1
Dheerandra Aadhira, gadis cantik bererawakan asia yang kini tengah berjalan diantara kerumunan orang-orang yang tengah sibuk menari di lantai dansa. Dheera mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang guna mencari seseorang. Kebisingan yang memekakkan telinga diikuti dengan suara hentakan musik yang mengalun keras dan mendebam berusaha di abaikannya.
Mata hitamnya membulat begitu dia melihat satu meja yang berisi teman yang mengajaknya ke tempat yang sangat asing ini. Claretta Victoria, teman sekaligus sepupu adalah salah satu orang yang membawa Dheera ke tempat asing ini.
“Dheera.” Panggil Clara saat melihat Dheera yang hanya berdiri tidak jauh dari meja mereka.
Dhera berjalan menuju Clara dengan bibir yang maju sepanjang 5 cm. “Kok Bella ninggalin Dheera sih tadi?” tanya Dheera sesaat setelah sampai di hadapan teman-temannya.
Bella, Areilla Bella adalah teman Clara yang belakangan ini merangkap menjadi teman Dheera. Wanita itu hanya cengengesan melihat kemarahan Dheera yang sedang mengomel dengan wajah kesal.
“Maaf kali Dhee, habis lo lama sih," ujar Bella tanpa rasa bersalah.
“Bukan Dheera yang lama, emang lo aja yang pengen ketemu Darel, pengen nempel-nempel.” sahut Clara ikut kesal pada Bella.
Bella menjentikkan tangannya pada Clara dengan wajah sumringah. “ Nah itu tau," balas Bella.
Dheera mengendus sebal pada jawaban Bella.
“Udah-udah gak usah ribut," ujar Arga menengahi ketiga wanita itu. "Oh ya, Dheera kenalin ini temen gua Keenan.” lanjut Arga sambil menunjuk seorang laki-laki beraura dingin yang ada di sebelahnya.
Arga, Gracio Arga adalah satu-satunya laki-laki yang dikenal Dheera di meja itu. Dheera mengenal Arga karna kebetulan Arga adalah pacar Clara, sepupunya. Selama ini beberapa kali Arga datang ke apartemen mereka dan membuat Dheera mengenal pacar sepupunya itu.
“Ken, kenalin ini Dheera, sepupu Clara," sambung Arga pada temannya yang bernama Ken.
Dheera menoleh pada Keenan dan tersenyum tipis padanya, sedangkan Ken menoleh menatap Dheera dengan wajah dingin. Keenan Aldric adalah pria tampan dengan wajah tegas dan tatapan dingin. Bahkan jika dilihat-lihat, tidak ada yang berani menatap dan berurusan dengan pria itu.
Dheera menatap bingung Ken yang tidak berniat untuk membalas senyumnya. Namun hal itu tak berlangsung lama, atensi Dheera langsung teralih saat Bella mulai berbicara.
“Gaes, barbaque party yuk,gua bosen clubbing mulu.” ajak Bella.
“Boleh tuh, gua suka nih yang gini-gini.” Jawab Dean.
Dean, Deandra Wally adalah salah satu komplotan Ken dan Arga. Manusia yang hanya menyukai clubbing dan party.
“Jelas suka lah lo, malah aneh kalau manusia doyan party kayak lo gak suka.” Ucap Darel.
Darel, Darell Bastian, adalah komplotan terakhir di meja itu. Darel adalah pria bucin yang sepanjang hari kerjaannya hanya menempel pada pacarnya. Darel adalah pacar Bella, ya mereka cukup mirip dari segi hobby, suka menempel pada pasangannya.
“Hahaha, tau aja lo," ujar Dean tersenyum lebar pada Darel. "Jadi kapan nih? hayuk lah untuk hal seperti ini disegerakan," lanjut Dean lagi.
“Weekend gimana?” Usul Clara.
“Gua oke kapan aja.” Bangga Dean.
“Gua oke kalau ibu negara oke.” Ucap Darel sambil menatap Bella yang berada di pangkuannya.
“Gua juga oke kalau bapak negara oke.” Ucap Bella sambil tersenyum menatap Darel.
“Emang dasarnya bucin jadi susah.” Sindir Dean.
“Gua juga oke.” Ujar Arga sebelum Darel membalas ucapan Dean.
“Dhee, lo ikut kan?” Tanya Clara sambil menoleh pada Dheera yang sedari tadi hanya diam dan menyimak.
Dheera bergumam sambil menatap Clara dengan mata yang berkedip berulang kali, tak tau harus menjawab apa. Dia ingin mengatakan tidak pada ajakan ini, tapi dia tau Clara akan memaksanya untuk ikut, seperti hari ini. Pergi ke club bukanlah kebiasaan Dheera, Dheera tak menyukai hal ini namun Clara mengajaknya dengan dalih tak bisa membiarkan Dheera sendirian di apartemen.
“I—ya.” Ucap Dheera akhirnya.
“Ken gimana?” Tanya Arga.
“Skip, gua malas,” jawab Ken dengan wajah malas.
“Ahh lo mah gak seru Ken.” Kesal Darel.
“Tau lo! Ayok kali Ken!” ajak Dean tak mau kalah.
Ken diam tak menggubris ajakan yang dilontarkan ketiga temannya. Ketiga orang tersebut diam sambil menatap Ken intens, menuntut jawaban iya dari mulutnya. Merasa terintimidasi karna tatapan ketiga orang temannya yang tak berpindah dari dirinya, akhirnya Ken bergumam sebagai tanda setujunya untuk bergabung pada barbaque party itu.
“Good, jadi weekend ini ya.” Terang Bella.
“ Jangan ada yang gak datang!” Ujar Clara setelahnya.
===
==
=
Hari berlalu dengan sebagaimana mestinya. Hari ini adalah hari di mana mereka melaksanakan barbaque party yang diagendakan beberapa hari yang lalu. Saat ini Clara, arga dan Dean tengah sibuk mengurus hal-hal yang berhubungan dengan barbaque party mereka sedangkan Dheera yang juga berada di situ hanya diam menatap ketiganya.
“Diam mulu lo Dhee," ujar Arga melihat Dheera yang menutup mulutnya rapat-rapat dari tadi.
“Ya habisnya Dheera gak tau mau ngomong apa,” sahut Dheera menghela nafas panjang.
“Kebiasaan lo Dhee.”
“Eeh btw si Ken mana? Jadi datang gak sih dia? Jam segini belum muncul juga anaknya," tanya Dean menatap jam tangannya.
“Paling bentar lagi.” sahut arga membuat Dean mengangguk pelan.
Ketiganya kembali diam dan melanjutkan kesibukan mereka. Satu jam berlalu, Dheera masih disibukkan dengan aksi diamnya sambil menatap layar ponselnya. Arga dan Clara saling berbicara satu sama lain, sedangkan Dean sibuk menatap dan memperhatikan Arga dan Clara yang pacaran di hadapannya.
“Sorry lama.” Ujar Ken yang baru saja tiba dan bergabung dengan keempat temannya yang sibuk masing-masing.
Dheera yang tak sengaja bertemu pandang dengan Ken tersenyum tipis pada pria itu, namun sama seperti sebelumnya, Ken hanya menatap Dheera dengan tatapan datar.
“Panjang umur ni orang, baru ditanya langsung muncul,” ujar Arga membuat Ken mengalihkan pandangannya dari Dheera.
Ken menaikkan alisnya sebagai tanda bingungnya akan ucapan Arga. Arga menggedikkan bahunya singkat membuat Ken berdecak kesal. Setelahnya Ken memperhatikan sekelilingnya dan mengernyit heran.
“Darel mana? Belum datang?” tanya Ken sambil menatap Arga dan Dean bergantian.
“Udah datang dari tadi," jawab Dean.
"Mana orangnya?" tanya Ken lagi.
"Biasa, kelonan sama Bella di kamar,” ujar Clara menjawab asal pertanyaan Ken.
Ken berdecih pelan. “Mau di panggil?” tanya Arga.
“Panggil lah!”
Arga menoleh pada Clara. “Beb tolong.” Pinta Arga lembut pada Clara.
“Biar Dheera aja.” Ujar Dheera menawarkan diri.
“Big no Dheera!” tegas Clara cepat.
“Kenapa?” tanya Dheera dengan wajah polosnya.
“Mereka pasti lagi berbuat yang aneh-aneh. Otak lo yang masih suci bisa keganggu kalau manggil merea.” jawab Clara memberi penjelasan singkat pada Dheera.
“Udah lo berdua gak usah rebutan manggil ahli maksiat, biar gua aja yang manggil.” Ujar Dean sembari berdiri dan pergi menuju kamar di mana Darel dan Bella berada.
Tak berselang lama dari Dean kembali dengan diikuti oleh Darel dan Bella dibelakangnya. Bella duduk di sebelah Dheera dengan wajah kesal.
“Isss ganggu aja lo pada!” kesal Bella.
“Heee yang ngajak siapa buat kayak gini?!” balas Ken tak kalah kesal sembari melempar botol bir yang baru saja diteguknya. Bella hanya terkekeh kecil sambil menunjukkan deretan giginya.
“Kenapa Ken?” tanya Darel yang baru saja tiba.
“Apa?” tanya Ken bingung.
“Kenapa lo manggil gua?” tanya Darel memperjelas pertanyaannya.
“Gak ada yang manggil lo."
Darel menaikkan alisnya, Darel dengan jelas mendengar jika Dean mengatakan Ken memanggil dirinya saat dia sedang menerima jatahnya dari Bella.
"Tad----
“Biar gak kelonan aja lo berdua!” sambung Ken.
“Sirik aja lo!” ujar Bella sambil menatap Ken kesal. “Harus nya lo cari biar lo gak gangguin orang!” sambung Bella lagi.
“Udah tadi!” jawab Ken yang tersulut emosi karna ucapan Bella.
“Siapa? Pacar?” tanya Darel serius.
“Gak lah!” ujar Ken tanpa beban.
“Ck, gua kirain pacar.”
“Udah gak usah ribut lo karna masalah jatah. Mending kita main games aja.” Ujar Dean menengahi.
“Games apa?” tanya Bella dengan kedua alis yang menyatu.
“Truth or dare?” tanya Dean sambil menatap Ken dan temannya. Beberapa menganggukkan kepala setuju dan sebagian tidak perduli dengan apa yang akan di mainkan.
“Setuju gak setuju main.” Ujar Arga sambil mengambil botol minum yang sudah kosong di atas meja dan memutarnya. Arga tersenyum miring melihat ke arah mana botol itu berhenti.
“So, truth or dare Dean?” tanya Arga dengan wajah tak sabar ingin mengerjai Dean.
“Truth!” jawab Dean dengan lantang.
“Cemen lu!” ejek Bella.
“Bodo, yang penting gua aman dari hal-hal yang buruk.” Ujar Dean dengan bangga.
“Kapan lo terakhir nge-s*x?” tanya Arga frontal
“Anjir baru awal udah frontal aja pertanyaannya.” Ujar Dean sambil menatap tajam Arga.
Arga hanya menggedikkan bahunya sebagai tanda penolakannya pada aksi protes Dean.
“Kemarin?” jawab Dean dengan yakin tak yakin.
“Sama siapa?” tanya Bella berniat memperpanjang daftar pertanyaan untuk Dean.
“Ngapain lo nanya nanya? Cemburu lo?” tanya Dean tak berniat menjawab dengan siapa dia berbuat s*x di hari kemarin.
Bella hanya mendelik tak suka atas jawaban Dean, Dean mengabaikan hal tersebut dan memutar botol yang digunakan sebagi cara memilih orang dalam permainan mereka.
Sama seperti Arga, Dean tersenyum bahagia saat mendapati orang yang ditujunya pas dengan orang yang diharapkannya. Dean tidak sabar ingin mengerjai orang ini.
“Truht or dare Clara?” tanya Dean dengan wajah tak sabaran.
Clara menoleh pada Arga dan Dean bergantian, kedua orang itu terlihat sangat menanti apa yang dipilih oleh Clara.
“Da- hmm, truth.” Ujar Clara dengan nada ragu.
Dean tersenyum jail, namun dengan cepat dia menetralkan senyumnya. “Udah ngapain aja lo sama Arga?” tanya Dean sambil menatap Clara penuh arti.
Clara diam sejenak sebelum kembali berbicara, “Gua udah ngira kalau lo bakal nanya ini.” Ujar Clara.
Dean hanya tertawa renyah, dia memang terlalu mudah ditebak oleh seorang Clara. Warning! Jika ada masalah atau apapun pada Dean, jangan minta tolong pada Clara karna masalah itu akan cepat teratasi oleh wanita itu.
“Having s*x?” jawab Clara dengan nada bertanya dan tatapan mata yang tertuju pada Arga.
“Uuuuu..” ujar Dean menggoda Clara.
“Gak usah lebay lo!” cerca Clara tegas membuat Dean tertawa semakin keras.
Clara menyentuh botol dan memutar botol tersebut. Berbeda dengan 2 orang sebelumnya, Clara menghela nafas berat saat melihat pada siapa botol tersebut berhenti.
“Truth or dare Dheera?” tanya Clara sambil menatap Dheera. “Truth aja biar cepat!” sambung Clara saat melihat Dheera bergumam sambil berfikir.
“Dare lah biar seru.” sahut Dean pada Dheera membuat Clara menatap tajam pada Dean.
“Truth deh," ujar Dheera membuat Clara tersenyum tenang.
“Lo pernah pacaran apa enggak?” tanya Clara membuat Dean dan yang lain memutar matanya malas.
Mereka tau jika Clara pasti memberi pertanyaan tak berguna pada Dheera. Tanpa diberitahu juga semua orang tau jika sudah memasuki usia 20-- kebanyakan orang pasti pernah berpacaran bukan?
“Enggak, belum pernah,” jawab Dheera sambil menggelengkan kepalanya.
“Gua juga ta----- what?” pekik Dean kaget. "Lo jawab apa?" tanya Dean dengan mata yang membelalak kaget.
Dheera adalah seorang wanita dewasa, umurnya sudah lebih dari 20 tahun. Sangat tidak mungkin seorang wanita dewasa di jaman sekarang tidak pernah pacaran. Tidak punya pacar saja, sesuatu hal yang aneh, apalagi tidak pernah pacaran.
"Belum pernah," ujar Dheera mengulang ucapannya.
Dean mengedipkan matanya berkali-kali sambil menatap Dheera. “Sini pacaran sama gua aja?” sambung Dean menawarkan diri.
“Jangan mau Dhee, dia playboy!” ujar Bella pada Dheera.
Dean mengendus sebal dan menatap Bella tajam karena sudah merusak citranya. Dan yang lebih menyebalkan lagi, Dheera malah menganggukkan kepalanya setuju sebelum dia memutar botol yang mengarah padanya sebelumnya.
Atmosfer berubah menjadi sangat dingin, ketika botol tersebut berhenti tepat didepan Ken. Dheera diam sambil menatap bingung Ken, Dheera tidak punya pertanyaan atau sebuah tantangan untuk Ken. Ken yang merasa sedang diperhatikan menoleh, menoleh pada botol yang menunjuk dirinya adan menatap ada Dheera menunggu wanita itu memberinya pertanyaan.
“Truth or dare?” tanya Dheera.
“Truth banci!” ujar Dean lantang tepat sebelum Ken menjawab pertanyaan Dheera.
“Ck! Dare! Gua gak banci kayak lo yang jawab truth,” jawab Ken mantap.
Jawaban yang sungguh membuat seorang Dean kesal namun tak bisa berbuat apapun. Ken adalah salah satu spesies manusia yang aneh di muka bumi. Ken adalah orang yang tidak bisa ditantang dan tidak suka di remehkan.
Dheera dia sambil berfikir tantangan apa yang harus diberikannya pada Ken. Memakan saos yang ada di meja mereka tanpa minum air atau meminum 1 botol miras? Tapi itu terlalu kekanak-kanakan bukan?
“Cium 1 orang yang ada di sini.” ujar Dean disaat Dheera masih memikirkan tantangan yang tepat.
Ken menunjukkan smirk-nya, ini adalah tantangan yang di harapannya. Ken berdiri dari duduknya dan berjalan menuju seseorang yang ada di sana. Semua yang berada di tempat itu terkejut melihat yang dilakukan ken, tak terkecuali Dheera yang masih bersikeras berpikir apa yang akan dijadikannya dare untuk Ken.
Ken menunduk dan meraih wajah kecil Dheera dan mengecup bibir tipis Dheera. Dheera yang terkejut atas apa yang dilakukan Ken padanya hanya bisa diam dan membelalakkan matanya.
Ken menatap dingin manik mata Dheera yang masih terkejut atas apa yang dilakukannya pada wanita itu. Detik selanjutnya Ken melepaskan tangannya yang berada di tengkuk Dheera dan kembali ke kursi di mana dia duduk sebelumnya.
Atmosfer dingin kembali menyelimuti mereka, semua masih terlalu kaget dengan apa yang dilakukan oleh Ken pada Dheera. Dheera yang mulai kembali pada kesadarannya memegang bibir tipisnya.
“My first kiss,” batin Dheera dengan nada kecewa.
Bersambung...