Ikatan Takdir

1791 Kata
Happy Reading. Maaf. Aku tidak bisa menunggumu. Begitu Arabella membaca isi pesan Mayudi, bibirnya langsung mengulas senyum tipis. Padahal sejak tadi dia sudah melarang perempuan itu untuk menungguinya sampai selesai bekerja. Sayangnya Mayudi keras kepala dan tetap ingin memaksakan kehendaknya. Tapi syukurlah, itu berarti Mayudi pulang dengan selamat. Dia sempat khawatir ketika tidak melihat Mayudi berada diantara pengunjung lainnya. Namun setelah mengetahui bawah sahabatnya itu sudah terlebih dulu pulang, Arabella merasa tenang. Arabella lalu menghela napas panjang seolah-olah ingin melepaskan penatnya disana. Malam sudah semakin larut, jalanan mulai kosong dan sepi membuat batinnya sedikit cemas. Rumahnya memang tidak terlalu jauh dari tempatnya bekerja. Akan tetapi tetap saja harus melalui gang-gang kecil nan sempit yang rawan akan bahaya. Sekali lagi Arabella menghela napas kali ini tekadnya sudah bulat. Dia pasti bisa sampai ke rumah kontrakannya dengan selamat. Yah. Aku hanya perlu berlari dan berteriak kencang jika ada orang jahat yang ingin mengganggu. Arabella mulai beranjak, hendak meninggalkan kafe lalu menuju ke jalan utama. Tangannya yang kurus terlihat mencengkram tasnya sebagai satu-satunya bentuk perlindungan yang dia punya. Kemudian langkah Arabella semakin cepat, di dorong oleh rasa panik dan takut yang tiba-tiba menyusup di jiwanya. Arabella tidak berani menoleh ke sisi kiri dan kanan, matanya hanya lurus memandang ke depan, berusaha untuk tetap berpikiran positif. Semuanya aman. Tidak ada sesuatu dibelakang. Arabella merapal kalimat itu di dalam benaknya berulang kali. Langkahnya bertambah cepat seperti kesetanan ketika merasa ada sesuatu yang tengah mengikutinya dari arah belakang. Sayangnya, langkah Arabella yang terburu-buru membuatnya tersandung oleh kakinya sendiri. Tubuh Arabella oleng, kehilangan kendali dan nyaris terjatuh membentur aspal. Di detik itu juga, sebuah tangan yang kokoh langsung menangkap lengannya, menarik kuat kemudian dipaksa berbalik. Arabella memekik terkejut, tubuhnya yang masih kehilangan orientasi tanpa sadar membuatnya langsung terlempar cukup kuat hingga dahinya menabrak sebuah permukaan yang keras dan kokoh. Keheningan membentang seketika. Arabella membeku kaku, belum menyadari apa yang baru saja menimpa dirinya. Sampai kemudian, dia akhirnya tersadar bahwa tubuhnya kini sedang berada di pelukan seseorang. Aromanya sangat manis, dan menenangkan. "Hati-hati. Aku tidak ingin melihat mu terluka." Arabella tercekat, perlahan dengan penuh ketakutan dia menarik tubuhnya. Lalu mendongak ke atas, ingin melihat siapa gerangan yang tengah memeluknya sekarang ini. Jantung Arabella berdegup di luar kendali tiba-tiba. Mata hijau hazelnya beradu dengan mata coklat itu. Parasnya menawan, wajahnya dingin namun dibingkai dengan rahang yang keras. Mata Arabella memindai seolah menilai. Tatapan lelaki itu menusuknya, menembus ke sanubarinya hingga membuat Arabella tidak bisa berkata-kata. Arabella ingin bergerak tetapi tubuhnya mendadak seperti patung. Mulutnya pun hendak berucap tetapi suaranya tercekat, berkumpul di pangkal tenggorokan, seolah mencekiknya. Sementara Lukas sendiri hanya diam. Menyapukan matanya yang awas di wajah Arabella, mengamati setiap inci. Perempuan mungil di hadapannya ini memiliki bulu mata panjang nan lebat. Mata hijau hazelnya bulat dan besar membuatnya tampak seperti anak kucing yang menggemaskan. Wajahnya kecil, seukuran dengan telapak tangannya. Mata Lukas beralih ke bibir Arabella, menatapnya lekat-lekat sebelum kemudian dia menundukkan wajahnya, mendekatkan bibirnya ke bibir Arabella. "Sadarlah." Sapuan udara panas yang menerpa permukaan bibirnya membuat Arabella langsung tersentak dari keterpanaan. Dia mengerjap, tersadar dari apa yang baru saja dilakukannya. Dan ketika melihat jarak wajah dengan Lukas sangat dekat, hampir mempertemukan bibir mereka, Arabella panik. Kemudian menjauhkan wajahnya dengan sigap lalu menatap tajam pada Lukas. "Dasar m***m. Apa yang kau lakukan!" hardiknya dengan nada tinggi, melangkah mundur hendak mencari jarak aman. Umpatan yang terlontar dari bibir mungil Arabella membuat senyum Lukas terulas. Sekali lagi Lukas menatap dengan lekat berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengulurkan lengannya, mengusap wajah Arabella. "m***m? Memangnya apa yang ku lakukan padamu?" sambil berucap Lukas menegakkan punggungnya. Lalu melangkah maju tetapi gerakannya itu langsung membuat Arabella panik, dan berjalan mundur. "Ja...jangan mendekat. Atau.. aku akan berteriak." ancamnya mengambil sikap waspada. Arabella mengedarkan pandangan dengan kepanikan yang sangat ke sepanjang jalan. Sial. Tidak ada orang. Lukas terkekeh geli. Selama beberapa saat suasana yang melanda mereka terasa menggelikan. Bagaimana tidak, karena sikap Arabella dia merasa bahwa dirinya ini adalah seorang penjahat. Padahal Lukas hanya ingin mengikuti Arabella. Sejak pertemuan mereka tadi, dia menaruh perhatian yang sangat pada perempuan unik itu. Arabella berbeda dari wanita lain yang pernah di kenalnya. Ah tidak. Lebih tepatnya Arabella itu istimewa. Di saat wanita lain akan berlomba-lomba untuk dekat dengannya tetapi Arabella malah sebaliknya. Perempuan itu bukannya terpesona melainkan panik dan ketakutan saat melihatnya. Apa yang salah dengannya? Kenapa Arabella terlihat sangat tidak menyukainya. Sialaan. Lukas merasa harga dirinya dilukai secara tidak langsung akibat pengusiran yang dilakukan oleh Arabella. "Hei tenanglah. Aku tidak akan.. "Jangan macam-macam. Berhenti disana!" Arabella berseru ketakutan, saat dilihatnya Lukas kembali bergerak untuk mendekatinya. "Aku tidak main-main. Aku bilang menjauh dariku." Kening Lukas mengerut, matanya mengawasi dadaa yang naik turun dengan tempo cepat, berusaha menetralkan napasnya yang sesak. Perempuan itu tampaknya dilanda ketakutan yang luar biasa. Wajahnya pucat sementara matanya dilumuri kepanikan. Hati Lukas perlahan-lahan melembut, kucing mungilnya ini terlihat menggemaskan sekaligus membuatnya geram di waktu bersamaan. "Aku tidak berniat jahat. Aku hanya ingin berkenalan dengan mu." Lukas menurunkan harga dirinya dengan mengutarakan maksudnya yang sebenarnya. Tidak peduli akan reaksi Arabella yang dilumuri keterkejutan setelah mendengar kata-katanya itu. "Aku tidak berbohong. Aku benar-benar hanya ingin mengajak mu berkenalan saja." ucapnya menambahkan. "Tidak mungkin. Kau pasti ingin menculik ku." Arabella membantah dengan suara menggelegar, masih tetap memasang sikap waspada. Mendengar itu, Lukas lalu tertawa. Tidak mengerti darimana Arabella bisa mendapatkan pemikiran naif seperti itu. "Astaga... kau ini konyol sekali ya." sahutnya setengah tertawa, menatap Arabella dengan tatapan aneh. "Tetaplah disana, atau kau akan mati." dirinya sudah kehabisan sabar, tiba-tiba saja ekspresi Lukas berubah serius membuat Arabella langsung menegang. Perempuan itu tidak bergerak sedikitpun. Hanya terpaku di tempat sambil memandangi Lukas. Ketakutan yang sangat merayapi benaknya saat mendengar kalimat terakhir lelaki itu. Tidak disangka gertakan yang diberikan Lukas dianggap serius oleh Arabella. Perempuan keras kepala itu akhirnya menurut. Lukas memanfaatkan situasi ini dengan mengambil langkah lebar-lebar untuk kemudian berdiri di hadapan Arabella. Dipandanginya bola mata Arabella yang mulai meredupnya sinarnya lalu senyum sinis seketika terukir di bibirnya. "Namaku adalah Lukas Donzelo." Tangan kanannya bergerak, kemudian di ulurkan ke arah Arabella. Mata Lukas tidak beralih sedetik pun dari wajah cantik Arabella. Arabella menatap uluran tangan itu dengan takut-takut, tidak berniat untuk menyambut. Kemudian dia membuka bibirnya susah payah sebelum berkata. "Apa...apa yang kau inginkan?" Akhirnya setelah berjuang keras, Arabella berhasil mengeluarkan suaranya, serak menahan tangis dan ketakutan. "Jangan membunuhku. A...aku ini orang miskin dan tidak punya apa-apa. Aku juga tidak punya keluarga yang bisa kau mintai tebusan. Aku hidup sebatang kara, ku mohon lepaskan aku." Seluruh tubuh Arabella gemetaran ketika membayangkan orang asing di hadapannya ini akan berbuat hal buruk padanya. Seolah tak cukup sampai disitu, dia kembali memohon-mohon belas kasihan dari lelaki itu. "Ka...kalau kau membiarkan ku hidup. A..aku akan memberikan sesuatu untuk mu." sambungnya kemudian. Lukas melempar tatapan curiga, sebelah alisnya lalu diangkat sebelum menjawab. "Maksumu." tanyanya tanpa nada namun terdengar menelisik. Arabella menelan ludah. Kemudian tangannya bergerak, mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Dengan hati meragu, Arabella mengeluarkan sebungkus roti lalu menyerahkan ke hadapan Lukas. "Apa ini." Lukas menyuarakan kebingungan yang sangat, menatap roti dihadapannya dengan tatapan aneh lalu kembali menatap Arabella. "Kau sedang menghinaku." geramnya tertahan. Arabella menggelengkan kepala cepat-cepat. "Tidak tidak. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin memberikan mu makanan. Ku pikir kau lapar, karena ketika kau melihat ku, aku merasa kau seperti ingin memakan ku hidup-hidup." sambungnya mencicit, lalu melempar tatapan ke bawah tidak berani menatap mata Lukas yang kejam. Keterkejutan, tampak jelas melumuri wajah Lukas. Tadi perempuan ini mengira bahwa dirinya adalah orang jahat. Sekarang Arabella menduga kalau dia tengah kelaparan. Sebenarnya apa yang ada di dalam kepala perempuan kecil di depannya ini. Bisa-bisanya Arabella memberinya sebungkus roti. Memikirkan hal itu, kepala Lukas menjadi pusing. Tetap bukannya marah malahan dirinya senang melihat tingkah polos Arabella. Seulas senyum licik terbit di bibir Lukas. Keluguan Arabella dimanfaatkan oleh Lukas untuk mencapai tujuannya. Dan sebelum Arabella menyadari bahwa ada niat buruk yang terselip di hatinya, Lukas langsung menggerakkan lengannya, menyusup dari balik pinggul kecil Arabella untuk kemudian meraih pinggang perempuan itu dengan kasar. Arabella menjerit tertahan. Tubuhnya kini dipeluk kuat oleh Lukas. Sementara dadaanya menempel erat di dadaa lelaki itu. Arabella mencoba memberontak, di dorong oleh tekad untuk melepaskan diri, kedua tangannya yang masih bergerak bebas mencoba mendorong dadaa Lukas yang sekeras batu. "Lepaskan aku!" Arabella berteriak, rasa frustasi melandanya hingga membuat napasnya terengah ketika tidak mempu membuat tubuh Lukas bergerak seinci pun. Lalu tangannya bergerak ke atas, mencoba mencakar wajah penjahat yang tengah mencengkram kedua panggulnya kuat. "Tidak sekerang kucing mungil. Akan ada waktunya dimana kau boleh menggunakan tanganmu untuk mencakar ku." Lukas menangkap kedua lengan kurus Arabella, dengan sigap membalikkan tubuh perempuan itu supaya tak bisa bergerak lagi. Arabella tidak putus asa. Dia menggerakkan kakinya, sekuat tenaga mencoba menendang kaki Lukas. "Apa yang kau mau sebenarnya! Lepaskan aku! Apa salahku padamu!" Arabella mulai menangis, ketika tendangannya sama sekali tidak mengenai Lukas. Bahkan lelaki gila itu dengan santainya malah menempelkan dadaanya di punggung Arabella, memeluk perempuan itu dari belakang. Arabella kehabisan tenaga. Dia mulai pasrah akan nasib hidupnya yang harus berakhir di tangan lelaki asing itu. Tangis Arabella pecah, tubuhnya gemetaran tak terkendali. Arabella tidak pernah membayangkan, kalau pertemuannya dengan lelaki itu malah menjadi malapetaka mengerikan baginya. Dia hanya melakukan tugasnya sebagai seorang pelayan. Tapi entah kenapa Lukas malah terobsesi padanya. Dia juga tidak bersikap menggoda, bahkan berusaha menjaga jarak supaya interaksi mereka seminim mungkin. Akan tetapi... Kenapa lelaki ini bisa tertarik kepadanya? Lukas memanfaatkan ketidakberdayaan Arabella dengan mendekatkan bibirnya ke sisi kanan kepala Arabella. Kemudian merendahkan wajahnya disana, lalu mengigit dan menyesap leher Arabella. Meninggalkan seberkas kemerahan yang tampak kontras di kulit putih pucatnya. Tubuh Arabella tersentak, seolah-olah ada arus listrik yang mengalir di seluruh sarafnya. Dia ketakutan, bibirnya mengeluarkan suara isak tangis. Sayangnya cengkraman Lukas di kedua tangannya begitu kuat hingga membuatnya tak bisa bergerak. Lukas sepertinya tidak memiliki sedikit rasa iba ketika menyadari kepanikan Arabella. Lelaki itu kembali menghadiahkan kecupan lembut di leher Arabella, di tempat yang sama sewaktu dia meninggalkan kecupannya. Lalu, Lukas membawa bibirnya berbisik tepat di telinga Arabella. "Bekas kecupan di leher mu sebagai tanda bahwa kau adalah milikku, Arabella. Mulai detik ini sampai selamanya kau hanyalah milikku." ucapnya penuh penekanan, mengklaim Arabella dengan nada tegas tak terbantah. Hai... Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE. Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB. Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya? Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN