Peringatan Tegas

1722 Kata
Happy Reading. Arabella berhasil lolos dari gangguan Lukas. Tanpa mau tahu kemana hilangnya lelaki itu tiba-tiba, Arabella memutuskan langsung pergi hendak meninggalkan sekolah. Mayudi sudah terlebih dulu pulang, sebab sahabatnya itu pun memiliki perkerjaan paruh waktu di tempat lain. Langkah Arabella ringan ketika melewati gerbang sekolah, siap bekerja lagi untuk siang ini, dia hanya berjalan ke halte depan dan menunggu kendaraan umum. Arabella sedikit gelisah, cemas mengingat waktunya yang tidak cukup sehingga dia bisa saja terlambat sampai ke tempat kerja seperti yang kemarin. Tapi Arabella mencoba berpikir positif, mungkin saja kendaraan umum akan datang lebig cepat dari sebelumnya, sehingga dia bisa mengejar waktu. Ketika Arabella keluar dari gerbang, sebuah mobil hitam tiba-tiba membunyikan klaksonnya. Arabella tersentak kaget, lalu menoleh ke arah suara tetapi mobil itu sudah berada tepat di sampingnya. Kening Arabella berkerut, menatap mobil yang tampak familiar itu dengan penuh antisipasi. Langkahnya menjadi kaku, sedikit menjauh karena takut. Sepertinya aku pernah melihat mobil ini, tetapi dimana? Kaca mobil gelap itu diturunkan, dan wajah Lukas yang sangat dibencinya langsung tampak disana, membuat Arabella memutar mata lalu pergi. “Hai… asia. Mau kemana kau.” Lukas menyapa ramah, lalu melajukan mobilnya pelan-pelan, mengikuti Arabella. “Tidak ada kendaraan umum sayang, yang ada mobil mewah milikku. Ayo naik, biarkan aku yang mengantar mu pulang.” Kalimat Lukas itu begitu keras, memekakan telinga Arabella dan membuatnya kembali menjadi pusat perhatian semua orang. Arabella menghela napas panjang, berusaha untuk sabar menghadapi tingkah Lukas. “Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk menjauh? Kenapa kau masih saja menggangguku.” Ujarnya ketus. Lukas mengkat bahu, bersikap tak acuh di depan Arabella. “Aku tidak peduli apa katamu. Yang ku tahu kau adalah kekasihku.”Lukas menjulurkan tangan dari balik kemudi dan membukakan pintu samping untuk Arabella. “Naiklah, kalau kau masih bersikeras untuk menunggu kendaraan umum, kau bisa terlambat dan Jonathan akan memecatmu.” Akan tetapi Arabella masih bertekad mengikuti keras hatinya. Mengabaikan permintaan Lukas, dia kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda. Lukas menggertakkan gigi, kesal setengah mati melihat kelakuan Arabella. Sambil mendumal, dia melajukan mobilnya lagi, mengikuti Arabella dari belakang. “Naik Arabella.” Geramnya tertahan, setengah menunduk untuk menatap Arabella. “Tidak. Terimakasih, tapi aku tidak membutuhkan bantuanmu.” Sahut Arabella dingin. Lukas mencengkram stir mobilnya, menahan emosinya supaya tidak meledak. “Aku bilang naik Arabella. Naik atau aku akan mencium mu!” seru Lukas setengah membentak, mengeluarkan kalimat tegas yang membahana. Suara Lukas yang terdengar marah membuat Arabella langsung menghentikan langkahnya. Dia tidak lagi berkutik akan ancaman lelaki itu. Kepalanya menoleh ke arah Lukas, dan dengan hati yang ragu Arabella akhirnya melunakkan dirinya. Dibebani oleh keraguan bercampur kekesalan, Arabella kemudian melangkah memasuki mobil Lukas, menutup pintunya dan menatap lurus ke depan. “Pakai sabuk pengaman mu sayang. Aku akan sedikit mengebut nanti.” ucap Lukas riang, senyum lebar menghiasi bibirnya, puas ketika melihat Arabella tunduk kepada perintahnya. Dan setelah memastikan Arabella mengenakan sabuk pengamannya dengan baik dan benar, Lukas lalu menjalankan mobil menembus keramaian. “Aku tidak tahu kalau ternyata kau bisa memakai sabuk pengaman itu. Dilihat dari caramu tadi, aku bisa menyimpulkan sepertinya kau sudah biasa menaiki mobil.” Dengan penuh rasa ingin tahu, Lukas bersuara, membelah keheningan yang sempat melanda mereka. “Jonathan sering mengantarku pulang setelah selesai bekerja.” Arabella menyahut tetapi pandangannya mengarah keluar, menatap jalalanan yang dipenuhi kendaraan. Lukas mengepalkan tangan, tiba-tiba merasa jengkel akibat perkataan Arabella itu. “Mulai sekarang dan seterusnya, aku yang akan mengantar dan menjemput mu kemana pun kau hendak pergi. Tidak boleh yang lain, karena aku tidak suka.” Dengan cepat Lukas menyahut, suaranya berisi penekanan yang tegas dan dilumuri api kecemburuan yang membakar sampai ke ubun-ubun. Sambil mengangkat alisnya, Arabella menoleh pada Lukas. “Kau dan aku tidak memiliki hubungan apapun. Jadi berhentilah bersikap seolah-olah aku ini adalah milikmu.” Arabella merendahkan suaranya menjadi sedikit mendesis. Lukas menggertakkan gigi, menatap Arabella sekilas dengan dingin. “Kau itu memang millik ku Arabella. Milikku! Milikku! Milik Lukas seorang!.” Tubuh Arabella menegang sesaat setelah mendengar teriakan Lukas itu. Matanya membeliak dan mulutnya menganga, menunjukkan bahwa keterkejutan yang amat sangat tengah menghantamnya keras sehingga dia hanya bisa terpaku diam dan tak mampu berbicara. “Aku sudah mengatakannya berulang-ulang kali tetapi kau selalu saja keras kepala. Kau itu hanya milikku Arabella, suka atau tidak kau adalah milikku. Aku tidak peduli bagaiamana perasaan mu padaku, tapi yang ku tahu, aku menyukaimu.” Lukas menyambung, kali ini suaranya sedikit melembut tetapi tetap saja meninggalkan keterpanaan pada Arabella. Kedua tangan Arabella yang berada di atas lututnya mengepal, air matanya ditahan sekuat tenaga supaya tidak terjatuh. “Berhenti.” Arabella berucap perlahan, merasa sesak berada di dekat Lukas terlalu lama. “Aku bilang berhenti Lukas.” “Jangan menguji kesabaranku Arabella. Hentikan sikap kanak-kanak mu ini…” “A-apa? Kanak-kanak katamu?” Arabella mengeluarkan pertanyaan yang dipenuhi rasa tidak percaya, suaranya terdengar parau dan bergetar, “Lalu aku harus bagaimana. Menerima begitu saja ketika kau mengklaim kalau aku ini adalah kekasihmu? Sungguh tidak masuk akal, bagaimana kau bisa seegois ini. Semua wanita ingin dicintai dan tidak ada yang menyukai sebuah hubungan karena paksaan.” Lukas menipiskan bibirnya. “Bukankah wanita sangat menggilai ketampanan dan uang? Aku sudah memiliki segalanya, kenapa kau masih saja jual mahal. Jangan mencoba menipu dirimu sendiri Arabella, seharusnya kau bersyukur, diantara semua gadis yang tergila-gila padaku, aku malah memilihmu. Padahal kau sama sekali tidak masuk dalam kriteria wanita idaman ku…” “Kalau begitu turunkan aku.” Napas Arabella begitu sesak, jantungnya seperti diremas akibat kata-kata Lukas yang tajam, menusuk hingga ke relung jiwanya. “Berhenti sekarang juga.” Sambungnya menahan tangis. Lukas menatap Arabella tajam, kemudian meminggirkan mobilnya dengan wajah mengeras dipenuhi amarah. “Keluar. Aku tidak akan menahan-nahan mu lagi. Kau boleh pergi.” Perintahnya dengan suara dingin menusuk yang menebarkan nuansa menyeramkan di dalam mobil itu. Kesedihan langsung menyusup di benak Arabella tiba-tiba. Matanya yang berkaca-kaca menoleh pada Lukas. Sayangnya lelaki itu terlihat dengan sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain. Arabella menelan kekecewaannya bulat-bulat. Entah kenapa mendengar pengusiran Lukas secara terang-terangan seperti ini hatinya mendadak sakit. “Terimakasih.” Ucapnya singkat, kemudian membuka pintu keluar dari mobil Lukas dan menutup pintunya. Lukas mengcengkram kemudinya erat-erat sampai membuat buku-buku jemarinya memutih dan otot-otot lengannya menonjol keluar. Tentu saja Lukas marah,sikap Arabella benar-benarmenyinggungnya. Perempuan itu lain kali harus diberi pelajaran supaya tahu cara berterimakasih dengan cara yang benar. “Sial.” Lukas mendesis kejam sambil memukul stirnya karena emosi. “Perempuan itu selalu saja menguji kesabaranku.” *** “Apa yang kau lakukan disini.” Mia terlonjat kaget setengah mati ketika mendengar suara yang muncul tiba-tiba. Dia langsung membalikkan badan dan keterkejutannya semakin menjadi-jadi saat melihat Kenzo sudah berdiri tepat di depannya. Mia menghembuskan napas kasar, kemudian berusaha untuk menenangkan degup jantungnya yang sempat berdetak kencang seperti ingin pecah. “Kenzo?” tanyanya sambil mengangkat alis, lalu memasang ekspresi datar untuk menutupi kegugupannya. Kenzo mengangguk tipis. “Aku sedang bertanya. Apa kau tidak dengar?” Suara kelam Kenzo yang menusuk terdengar kembali menohok sampai ke sanubari Mia. Tetapi dia tetap memasang wajah tenang, tidak memberikan celah sedikitpun untuk Kenzo menaruh curiga. “Aku hanya berkeliling saja. Sudah lama aku tidak mengunjungi ruangan ini.” Jawabnya dengan lancer, lalu menampilkan senyum renyah. Bibir Kenzo segera membentuk senyum tipis penuh ironi. Sementara matanya berpendar, menatap keseluruhan ruangan itu dengan menilai. Sampai kemudian pandangannya terjatuh ke arah loker yang bertuliskan nama Arabella dan berada tepat di belakang Mia. Di detik itu juga Kenzo langsung bisa menyimpulkan bahwa Mia tidak hanya sekedar berkunjung melainkan tengah merencanakan sesuatu yang jahat untuk Arabella. “Aku tidak suka menyakiti wanita. Tapi bukan berarti aku tidak bisa melukai seorang wanita.” Kenzo berujar tenang, tapi matanya penuh peringatan yang tajam ditujukan jelas kepada Mia. Mia menatap Kenzo dengan bingung. “Apa maksdumu.” Kenzo menggulirkan senyum misterius dibibirnya yang membuat bulu kuduk Mia langsung berdiri. Sementara jantungnya tiba-tiba berdetak penuh antisipasi. “Menjauh dari Arabella. Ini adalah peringatan pertama dan terakhir mu. Berhenti mengganggunya, jangan membuat ku marah.” Desisnya kemudian. “Kenapa?” Mia tersenyum mengejek, meloncatkan pertanyaan yang dilumuri rasa penasaran yang kental. “Selama ini kau tidak pernah peduli dengan perempuan miskin itu. Kenapa sekarang kau berubah seolah-olah ingin menjadi pahlawan baginya.” Kenzo menyipitkan mata, menatap Mia dengan tatapan mengancam. “Turuti saja perkataanku dan jangan banyak tanya jika kau ingin selamat.” “Kau pikir aku peduli.” Mia menyahut cepat, mengangkat dagunya tinggi-tingi seperti ingin menunjukkan bahwa dia tidak takut akan ancaman Kenzo. “Perempuan sialaan itu sudah mempermalukan ku di hadapan semua orang. Dan aku tidak akan tinggal diam begitu saja. Dia harus diberi pelajaran.” Mata Kenzo yang tajam mengawasi perubahan-perubahan ekspresi Mia dengan dalam. Lalu tangan kanannya tiba-tiba bergerak sigap, mencengkram rahang Mia kuat lalu menusukkan matanya ke mata perempuan itu. Lelaki itu memaksa Mia untuk mendongak padanya, dan tersenyum puas menikmati sinar ketakutan di mata perempuan itu. "Ma-mau apa kau." ucap Mia dengan wajah pucat, suaranya bergetar dipenuhi ketakutan yang amat sangat Kenzo melototkan matanya, mengawasi Mia dengan tajam sebelum berucap kemudian. “Jangan berani menantangku Mia. Sekali lagi kau mengusik Arabella, kau akan tahu akibatnya. Camkan itu di otakmu.” Desisnya memperingati. Hai... Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE. Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB. Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya? Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan. Hai... Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE. Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB. Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya? Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN