Happy Reading. Sampai di detik jenuh menyentuh titik kesabarannya, Kenzo masih berdiri tegak sambil melepas napas gusar berulang kali. Dia tidak pernah mengira akan menginjakkan kaki di bandara ini hanya demi menuruti keinginan ayahnya. Kenzo mau tidak mau merelakan jam istirahatnya karena sudah tidak punya alasan lagi untuk menolak. Percuma saja dia mencari-cari alasan untuk menghindar dari permintaan ayahnya. Semuanya sia-sia, sebab lelaki paruh bayah itu sama sekali tidak mau mendengarkan dirinya. Dalam kebosannya, Kenzo terlihat menyibukkan pikirannya akan Arabella. Setidaknya bayangan wajah perempuan itu bisa mengurangi sedikit rasa jenuhnya. Permukaan wajah Kenzo memerah seketika saat teringat akan kelembutan kulit Arabella yang menyentuh kulitnya. Arabella mengobati lukanya begitu