Jam dinding berdetik, jarum pendeknya menunjuk pukul 5 dan suasana di luar masih gelap gulita. Seperti biasa, keadaan ranjang di salah satu kamar hotel, tampak kusut berantakan, teracak-acak oleh pergerakan rusuh dari manusia yang terlelap di permukaan kasurnya. Helaian-helaian hitamnya tampak semrawut bak rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar ladang, matanya setengah terpejam, hidungnya menghirup udara dengan ritme santai, sementara bibir tipisnya terkatup rapat dengan dihiasi cairan beraroma tak sedap yang mengucur dari sudut-sudut mulutnya. Gaya tidurnya terlentang dengan dua lengan terbuka lebar, itu adalah kebiasaannya yang bahkan tak ia sadari. Dan itulah Paul. Lelaki berbadan kekar yang terlelap di kasurnya, tak berpakaian, memamerkan perut kotak-kotaknya yang cukup tebal