Alma menatap punggung Revan yang keluar dari lobi, sore itu, dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, tentu saja senang karena tidak lagi diganggu oleh makhluk yang menurutnya menyebalkan itu. Namun, di sisi lain sebenarnya ada rasa bersalah yang kini bersarang di hati. Bagaimana pun pria itu adalah atasannya. Alangkah baik jika dia menjalin hubungan baik, bukan? "Ada apa, ya, sama Si Bos? Kok kayaknya aneh gitu sikapnya. Kamu ngerasa gak, Al?" ujar Risti, bertanya pada pada sang teman yang duduk di sampingnya. Namun, karena tidak ada tanggapan apa-apa, ia pun akhirnya menoleh ke arah di mana temannya berada. "Al, dengar aku gak sih?" tanyanya sambil menepuk pundak sang teman. "Hah? Apa?" Alma pun gelagapan. "Kamu juga, kenapa sih malah ngelamun aja dari tadi?" tanya Risti. "Enggak