Krisan menatap penuh serius setiap benda-benda yang ada di dalam apartemen tersebut. Benda-benda yang dia pikir tidak akan berharga biar dijual sekalipun. Lalu, dia melangkahkan kakinya kembali berjalan lebih dalam lagi memasuki apartemen tersebut. Dia berjalan menuju jendela utama untuk melihat pemandangan di luar apartemen itu. Saat dia membuka tirai jendela, senyuman menyudut langsung terlukis di wajahnya. Karena pemandangan yang dia harapkan tidak sesuai dengan ekspektasinya. “Pantai.” Serunya, berdecit pelan. “Indah bukan?” Raga membalas dengan seruan yang sama. “Kamu mengatakan pantai itu indah, sama seperti mereka yang tidak memiliki trauma seperti aku.” “Trauma? Apa kamu trauma dengan pantai?” “Iya, aku sangat benci pantai, lebih tepatnya aku takut melihat pantai.” “Hal a