Pemakaman Anwar dilakukan keesokan harinya. Krisan yang berdiri di samping Raga bisa melihat duka yang sangat dalam yang Raga rasakan atas kepergian ayahnya, tanpa Krisan tahu kalau Raga hanyalah anak angkat Anwar. “Ayo, Ga. Kita pulang!” Ajak Krisan sambil meraih bahu Raga. Tapi, Raga tidak menjawabnya. Dia hanya duduk diam di depan makam Anwar yang masih basah sambil menatap kosong makam tersebut. Di sampingnya, ada Alde yang masih setia menemani sahabatnya itu. “Pulanglah duluan, Kris. Biar saya yang akan antar Raga pulang nanti.” Krisan mengangguk kecil. Lalu, dia menatap lirih Raga sesaat, setelah itu dia pergi meninggalkan Raga dengan ditemani oleh pelayannya. “Ga, kamu boleh saja berduka atas kepergian ayahmu, tapi jangan berlarut. Om Anwar pasti tidak akan bahagia melihat ka