"Yank, kamu jadi balik kampung?" Dani memeluk Reni dari belakang, meniup-niup leher istrinya itu, hingga Reni merasa geli. Meski banyak pertanyaan yang ingin dia lontarakan, tetapi Reni memilih untuk menahannya terlebih dahulu. Dia harus benar-benar membuktikan semuanya.
"Iya, Yank. Aku udah kangen ama mereka—bapak dan ibu Reni—aku mau di sana seminggu, ya?" Reni berbalik menatap suaminya, dia tampilkan senyum semanis madunya, meski nyatanya hatinya ingin menjerit.
"Baiklah ...." Jawaban dari Dani tak seperti yang dibayangkannya. Biasanya dia akan protes dan dalam dua hari pasti sudah menjemputnya. Tapi, kini dengan mudahnya berkata baiklah. Reni benar-benar kecewa dengan jawaban Dani.
"Boleh?" Sekali lagi ingin memastikan jawaban yang keluar dari bibir Dani, kini matanya menatap lurus ke arah mata suaminya.
"Hu um." Dani mengangguk seraya memeluk istrinya. Tapi, sekilas tadi Reni dapat melihat jika suaminya itu tak berani menatap wajahnya. Reni tersenyum getir, dari sini sebuah kesimpulan dapat dia ambil.
Ingin rasanya dia menangis tapi mati-matian ditahannya. Enggan dia menumpahkan air mata untuk pengkhianat sepertinya.
"Mau dianter kapan?" Apakah cuma perasaan wanita itu, atau memang benar adanya? Dani terlihat begitu antusias kali ini. Bahkan sampai menawarkan diri.
Jelas sekali sebuah senyuman merekah di bibir Dani, tak seberat biasanya, yang akan terus merajuk jika ditinggal lama-lama.
"Bagaimana kalau sekarang?" ucap Reni dengan bibir bergetar. Rasa kecewa sudah menjalar ke seluruh pori-pori tubuhnya. Saat ini, rasanya benar-benar muak saat berdekatan dengan Dani seperti ini.
"Ya sudah, kemasi barangmu. Aku mandi dulu." Dani segera beranjak dari dari sisi Reni, meninggalkan istrinya yang masih mematung sepeninggalnya.
Reni terduduk lemas di tepi ranjang, cairan hangat mulai menjalar menetes di pipi. Bahkan perubahan sekecil apa pun dari sikap suaminya, Reni bisa mengetahuinya.
"Tidak! Aku tidak boleh kalah dan lemah." Akhirnya, wanita itu bangkit dan segera memasukkan beberapa lembar pakaiannya ke dalam tas. Untuk beberapa waktu, mungkin dia bisa menenangkan hatinya yang tengah bergemuruh.
Akhirnya ... ada waktu lumayan lama untuk Tari. Aku nggak bakal nyia-nyiain kesempatan ini. Kami berdua sudah cukup lama memendam semua ini. Harus segera dituntaskan. Dan akan kubuktikan bahwa aku tidak bermasalah. Jika hati telah tertutup nafsu, maka rasa bersalah sudah tidak ada lagi. Hanya pembenaran akan setiap kesalahannya.
Setelah mengantar Reni, aku harus segera menghubungi Tari. Sudah nggak sabar untuk bercocok tanam di lahan yang subur sepertinya. Bayangan liar sudah menguasai pikiran dan hati Dani. Tak peduli jika suatu saat akan ada hati yang tersakiti.
"Sudah siap, Yank?" Dengan wajah penuh senyum, Dani menatap istrinya yang sedari tadi duduk di tepian ranjang mereka. Entah kenapa senyuman Dani terlihat begitu melukai wanita berumur dua puluh tujuh tahun itu.
"Eh, i—iya," jawab Reni dengan tergagap. Hatinya remuk redam. Ingin rasanya dia bertanya tentang pesan itu dan sikap Dani yang berubah 180 derajat itu, tapi dia belum menemukan cukup bukti.
Meski pesan dari seseorang kemarin sudah dia foto di ponselnya, tapi bukti itu belum cukup kuat. Bisa saja suami tak terlalu tampannya itu mencari berbagai alasan untuk mengelak.
Kalau begitu pasti dia akan lebih berhati-hati agar perselingkuhannya tidak tercium olehnya.
Dengan motor matic yang kreditannya masih belum lunas, Dani mengantar Reni untuk mengunjungi kedua orang tua Reni yang rumahnya berjarak dua jam perjalanan.
Sepanjang jalan, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir Reni, padahal biasanya perjalanan begini, mereka banyak berbincang dan bercanda-canda.
Dani pun sepertinya pikirannya sudah tak sabar ingi menemui pasangan haramnya itu. Dia merasa memiliki lebih banyak waktu yang akan dihabiskan bersama Tari.
"Mas langsung pulang, ya, Dek ...?" Reni benar-benar terkejut. Begitu mudahnya suaminya itu pamit pulang, tidak menginap dulu seperti biasanya.
Meski pulang sangat pagi karena dia harus masuk kerja, Dani menyempatkan menginap di rumah mertuanya dulu. Dia tidak pernah terburu-buru seperti ini, karena masih ingin berlama-lama bersama istrinya itu.
"Nggak ... nginep, Mas?" tanya Reni lebih tepatnya untuk meyakinkan dirinya sendiri.
"Takut, besok telat masuk kerja, Sayang. Dan juga capek nantinya Mas." Ada saja alasan orang untuk berbohong. Kalau begini Reni sudah tidak bisa mengganggu keputusan suaminya itu.
"Mas pamit sama bapak, ibu dulu, ya?" Dani segera mencari keberadaan mertuanya itu untuk segera pamit.
Mertuanya sama terkejutnya dengan Reni, tidak biasa-biasanya menantu kesayangannya itu buru-buru pulang.
Dengan jurus seribu alasan, akhirnya Dani dapat terbebas dari pertanyaan-pertanyaan mendetail dari mertuanya. Reni hanya terdiam berusaha agar tangisnya tidak keluar. Meski rasa sesak dan sakit merayapi hati kecilnya yang rapuh.
***
"Aku seneng akhirnya kita beneran bisa kayak gini." Seorang wanita bergelayut manja di d**a seorang pria yang bukan suaminya. Wajahnya menatap menggoda pada sang pria. Ada banyak rasa yang berkecamuk dalam dadanya, tetapi yang paling jelas adalah perasaan sangat ingin bercinta.
Sang pria pun merasakan tubuhnya sudah mulai terbakar oleh nafsu dan gairah melihat tubuh setengah telanjang dari wanita selingkuhannya. Betapa memang yang tidak halal itu akan terlihat lebih baik dan menggoda, karena ada campur tangan setan di dalamnya.
Mereka berdua adalah Dani dan Tari yang janjian check in di hotel. Tak butuh alasan bagi Tari untuk tidak tidur di tempatnya. Sebenarnya rumahnya tidaklah jauh dari tempat kerja mereka, tapi dia memilih kos dan meninggalkan anaknya bersama kedua orang tuanya.
Tari seorang janda, bercerai dengan suaminya dua tahun lalu, dengan alasan sang suami selingkuh. Miris memang mengingat apa yang akan kedua insan bukan pasangan sah ini akan lakukan.
Apakah Tari tidak berfikir bahwa mungkin istri dari Dani akan terluka, sama seperti dirinya ketika tahu suaminya selingkuh.
Dani sendiri benar-benar sudah terbujuk rayuan setan. Mungkin karena hatinya yang gersang karena tidak pernah ibadah hingga dengan mudahnya bercengkerama mesra dengan wanita yang jelas-jelas bukan istrinya itu.
"Aku juga, Sayang. Aku sudah sangat tidak sabar ingin segera ...." Dani menggantung ucapannya dan memilih untuk tersenyum nakal dan menaik turunkan sebelah alisnya.
Keduanya bertatapan penuh gairah, setan telah menutup mata batin keduanya, hingga tak ingat lagi dengan adanya dosa.
"Tapi, janji ya, Mas. Kalau aku beneran hamil kamu bakal nikahin aku?" Tari ingin memastikan tentang ucapan Dani beberapa waktu lalu. Hamil atau tidak, melakukan zina seperti ini bukankah sama saja berdosa?
"Iya, Sayang. Istriku sudah lama tidak bisa mengandung. Aku yakin rahimnya bermasalah. Aku janji akan nikahin kamu jika kamu beneran hamil." Laki-laki memang penuh muslihat untuk menjerat mangsanya. Sang wanita juga dengan mudahnya menyerahkan dirinya tanpa ada ikatan halal.
Sebesar apa pun masalah dalam rumah tangga orang lain, bukan hal benar jika kita masuk dan merusak hubungan yang telah diikrarkan di hadapan Tuhan.
Apalagi menjadi murahan hanya untuk mendapat belaian seorang lelaki. Jangan biarkan orang lain memandang rendah status janda karena perbuatan harammu itu.
"Tapi, kamu mau 'kan kalau jadi yang kedua?" Dani berusaha meyakinkan lagi bahwa wanita di sampingnya itu akan menerima statusnya kelak.
Tari mengangguk mantap, baginya saat ini adalah dia mendapat belaian dari orang lain. "Tapi ... kenapa Mas tidak nuntut cerai istri Mas saja? Kan terbukti dia yang nggak bisa ngasih keturunan?" Tari berusaha meracuni pikiran Dani. Walau bagaimanapun, dia juga ingin menjadi yang pertama.
"Kalau itu ... lebih baik kita mulai saja. Aku benar-benar sudah tidak sabar ingin segera menghasilkan Dani Junior." Tari hanya tergelak mendengar ajakan Dani. Baginya terdengar sangat lucu dan menggoda.
Keduanya pun akhirnya tenggelam dalam aktivitas haram yang tidak patut dicontoh. Yang hanya ada setan di antara mereka.
Melupakan hati wanita lain yang mungkin sedang menangis sendirian. Kamar hotel itu menjadi saksi kekejian mereka menodai sebuah ikatan sakral yang bernama pernikahan.