Tantiana Pov.
Tidak, ini tidak boleh terjadi. aku tidak bisa tidur dengan ayah sahabatku. Ini seolah menjadikan aku pengkhianat persahabatan. Setidaknya itulah yang diucapkan oleh malaikat dalam hatiku. Sangat berbeda dengan apa yang diucapkan iblis di otakku.
Iblis dalam otakku berkata agar aku melupakan semua etika. Mereka semua seolah kompak agar aku menerima semua tawaran dari sang pria panas.
Aku memang ingin melakukannya dengan pria yang mempertontonkan tato tribal yang melingkar di lengannya. Sungguh tato yang seksi, aku melihat itu berakhir di lehernya, itu tato yang seperti sebuah segel. Oh sangat seksi. Aku merasakan air liurku menetes.
"Percayalah, kau akan menyukainya. "
Sialan, suaranya hampir membuatku mencapai puncak. Dia benar- benar seolah diciptakan untuk menaklukan wanita. Padahal Gerald sama sekali tidak sepanas ini.
"Aku... "
Beribu keraguan melekat di otakku dan akhirnya aku memutuskan untuk tidak boleh terlena meskipun sangat menginginkan Mr Blackfire. Aku yakin malam ini akan menangis karena menyesal telah menolaknya. Dan aku beruntung karena otakku masih waras. Meski semua godaan ini membunuhku tapi aku enggan jatuh dalam rayuan pria ini.
"Tidak tuan, tolong tunjukkan rasa hormatmu. "
"Aku bisa membeli rasa hormat itu. Jangan menolak, Sayang. Aku tidak menginginkan melakukan cara dengan kekerasan meskipun aku ingin mencoba sadomasokis. "
Glek.
Sadomasokis...
Wow itu menggiurkan...
Tapi tidak untuk pengalaman pertamaku.
"Sepertinya kau tertarik... "
'Ini gawat.'
Mr Edvand semakin maju ke arahku. Mata hitamnya jelas penuh dengan kilatan hasrat yang terpendam. Aku pun terjatuh di ranjang dan dia melihatku dengan pandangan yang geli. Ya, wajahnya mengejek sekaligus membakar.
Ini saatnya untuk panik, aku mendorong tubuhnya sekuat tenaga. Memang tidak berhasil tetapi bisa menahannya agar tidak bertindak lebih jauh.
"Tidak, aku tidak mau..."
"Kenapa, padahal aku tadi lihat ada orang yang mengintip."
Ternyata aku ketahuan. Sangat menjengkelkan mendapati dirimu ketahuan mengintip seseorang dan kabur. Seharusnya aku tadi lebih hati - hati.
"Oh, kau begitu cantik saat mengintipku tadi air liurmu pasti menetes. "
Aku sudah tamat...
Tantiana Pov End.
Normal Pov.
"Hentikan Dad. Jangan menggantinya, dia temanku."
Sebuah suara hadir seolah datang dari surga untuk menyelamatkan Tantiana.
Tantiana menoleh ke arah pintu. Dia bersyukur karena suara itu berasal dari Gerald yang datang yang menyelamatkan dirinya.
Edvan menyeringai. Dia perlahan bangkit dan memberikan ucapan perpisahan pada Tantiana.
"Kau sendiri yang akan datang menyerahkan tubuhmu padaku, Sayang. "
Jelas sekali dia serius dengan ucapannya. Kilat matanya adalah satu-satunya bukti jika dia merencanakan sesuatu padaku. Lalu ia berpaling pada putranya.
"Gerald, kita perlu bicara. "
"Aku bicara denganmu nanti. Setelah aku membawa temanku jauh darimu. "
"Kau bisa membawanya. Tetapi dia akan segera menemuiku. "
Gerald menegang, "Hentikan ancamanmu, Dad. Berhentilah bersikap b******k. "
"Begitu? Cobalah untuk menghentikanku, bocah. "
Gerald menarik nafas kasar dan menggendong Tantiana yang berbalut selimut ranjangnya.
"Ingat Sayang. Datanglah padaku. "
Tantiana hanya meringkuk di pelukan Gerald. Tidak ada yang ia inginkan selain pergi dari kamar ini. Gerald melalukannya__dia membawanya ke mobil dan menghidupkan benda itu untuk menuju ke apartemen Louis.
"Aku minta maaf Tany, aku tidak menyangka Daddy datang lebih awal. Paman Iru memberitahuku dan aku menuju ke rumah secepat yang aku bisa. "
"Hei, lupakan. Aku baik-baik saja. "
Tidak, aku tidak baik-baik saja. Aku bahkan menyesal telah menolak pria berferomon dasyat itu. Oh Tuhan... Aku melewatkan kandidat terbaik untuk melepas keperawananku.
"Biasanya Daddy ramah, tapi terkadang dia sangat dingin dan liar seperti tadi. Aku bahkan bingung, sebenarnya yang mana sifat Daddy-ku yang asli. "
"Kau terlalu tegang Gerald. Diamlah, satu-satunya yang kubutuhkan adalah pakaian dari pada selimut yang aku kenakan ini. "
"Oh kau benar. "
...
Edvan menyesap cerutu Cuba yang berada di balik kotak berwarna emas. Gumpalan asap keluar dari bibirnya dan kemudian membentuk sudut melengkung.
"Selidiki siapa gadis itu! " Perintah Edvan pada pria yang berada di balik kegelapan. Ada banyak rahasia yang ia miliki. Dan tidak seorangpun tau rahasianya yang terbesar.
"Hentikan bermain-main dengan wanita, Edvan. "
"Tidak, aku tidak bermain - main. Hatiku sangat gatal ketika melihatnya, rasanya dia adalah kandidat yang cocok untuk menutupi skandal kita, " jawabnya.
"Apa sebenarnya yang dimiliki gadis itu, kurasa dia sama saja dengan wanita yang lain."
"Tidak, dia tidak sama. Kurasa dia sangat polos jadi kita tidak perlu khawatir jika ia akan menyebarkan skandal. "
"Aku tau... "
.
Edvan Pov.
Aku gila, yah aku tau. Suasana hatiku selalu buruk karena memiliki anak yang tiba-tiba muncul dan tidak bersahabat. Aku marah karena ada hal yang tidak sesuai dengan kendaliku dan itu sedikit menganggu.
Namun melihat gadis berambut pirang sedikit merah, setengah telanjang dan basah rupanya mampu mengalihkanku dari rasa marah. Pikiranku yang biasanya terfokus pada kebencian, darah dan strategi bisnus teralihkan pada gadis itu. Aku ingin sekali menekannya dibawah tubuhku. Lalu menghancurkan dirinya yang rapuh dan polos.
Pasti menyenangkan...
"Informasi apa yang kau dapatkan, Mike. " anak buahku sekaligus pria yang masih kerabatku datang membawa kertas.
"Tantiana Taylor? Putri Brian Taylor. Baiklah... "
Saatnya kau datang pada ku, gadis kecil.
.
Normal Pov.
"Tantiana, sayang... Ini gawat, ayahmu ditahan kepolisian. " Lilian terburu-buru mendatangi Tantiana yang ada di kantor
.
"Apa yang terjadi, Bu?" tanya Tantiana.
"Ayahmu ditugaskan untuk memberikan uang ke bagian pembelian, tiba-tiba dia dirampok dan perusahaan tidak percaya. Mereka meminta ayahmu bertanggung jawab. Dari mana kita dapat uang sebesar itu hiks, " ucap Lilian panik. Dia begitu pandai berakting hingga Tantiana tidak menyadari seringai kejam di wajah Lilian.
Tantiana memeluk ibunya. Dia panik mendengar ibunya yang menangis cegukan. Tetapi ia sama sekali tidak melihat seringai di bibir ibunya yang menangis.
Aku ingin putrimu. Yakinlah kau akan mendapatkan kemewahan yang belum pernah kau nikmati selama ini.
'Maaf Tantiana, sudah waktunya ibu menikmati hasil membesarkanmu selama ini. '
"Sayang, apa yang harus kita lakukan?" tanya Lilian. Wajah dan hidungnya merah. Matanya bengkak. Dia sengaja menetesi dirinya obat menangis.
"Aku -ibu tenang dulu. Aku akan berusaha mencari pinjaman. Berapa uang yang dirampok itu?" Tanya Tantiana.
"Dua ratus ribu dolar."
Oh rasanya Tantiana ingin pingsan saat ini juga. Uang sebanyak itu dari mana ia harus dibayar.
"Ibu tenang dulu. Aku akan menenangkan cara."
"Tanty, aku khawatir dengan kondisi ayahmu. Segera dapatkan uangnya."
"Yah, aku akan berbicara dengan atasanku."
Lilian mengangguk. Dia tau jika perusahaan tidak akan mengeluarkankan dana. Penyebab semua ini sudah diatur oleh pria yang sudah menawarkan harga untuk putrinya. Diapun membalikkan dan meninggalkan Tantiana yang segera berlari ke dalam kantor.
Tbc