Bagian XVIII : Kesedihan dan Kekacauan

2383 Kata

Aku menatap nisan di hadapanku dengan air mata yang membasahi pipiku, menutup mulutku dengan kedua telapak tanganku untuk mencegah isak tangisku kembali terdengar. Hari ini langit terlihat mendung, cuaca terasa dingin dan semua orang larut dalam suasana duka sekarang. Dedaunan pohon yang berguguran, ditambah dengan deritan ranting-ranting kayu yang ringkih seakan mendukung kesedihan kami pagi ini. Mataku sembab, tubuhku terasa lemas, dan aku masih tidak dapat mempercayai apa yang terjadi saat ini. Semua ini terasa seperti mimpi, semua tidak nyata. Maggie meninggal. Sahabatku, satu-satunya teman dekat yang kumilikki benar-benar pergi dari dunia ini. Kedatanganku kemarin adalah kunjungan terakhirku untuknya—namun sayangnya, aku menemuinya dalam kondisi yang tidak baik. Aku terlambat meli

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN