FJ - 01

4139 Kata
Suara khas dari sepatu mengiringi langkah seorang gadis mungil yang tengah berjalan menuju gerbang besar bertuliskan "Mahardika Internasional School". Sekolah keren yang hanya berisikan orang-orang berduit serta pintar, membuat gadis yang bernama Abighea Citra atau lebih sering disapa Ghea, merasa sangat bangga bisa menuntut ilmu di MIS. Gerbang yang baru saja dibuka oleh pak Joko-satpam sekolah- menjadi awal kegiatan Ghea hari ini. ia memang selalu datang lebih pagi dari murid yang lainnya. Terkadang, pak Joko sering keduluan datang. Jika pak Joko telat, Ghea hanya bisa menunggu satpam kocak itu datang sambil membaca n****+ atau mendengarkan musik. "pagi, Pak." Sapanya ramah. "neng Ghea, suka tidur jam berapa sih, neng? Jam 5.45 udah disekolah." Ghea terkekeh. "Ya, sama kaya yang lain, pak. Saya sempet nonton sinetron yang duyung-duyung itu juga, kok. Tapi, abisnya langsung belajar terus tidur." Pak Joko mengangguk mengerti. "kirain suka nonton sinetron yang gerung-gerungin motor, neng." "enggak, pak." Jawabnya pelan. "yaudah, pak. Saya masuk ya." Ghea tersenyum pada pak Joko kemudian ia melangkahkan kakinya menuju koridor sekolah. Kelasnya memang terletak dipojokan, jadi sepagi ini masih sangat sepi. Ghea duduk dibangkunya kemudian mengeluarkan n****+ yang baru saja ia beli kemarin. Sebenarnya, kebiasaannya yang selalu datang pagi serta suka membaca n****+ sendirian ditempat sepi, membuatnya dijuluki "geek". Tapi, Ghea tak peduli. Yang penting ia bisa menjadi murid teladan dan hidupnya tenang. Buat apa peduli pada omongan yang tidak bermutu ? Enjoy, jalani, dan bahagia. Itu prinsip hidupnya. Terdengar suara langkah kaki yang sukses mengalihkan pandangannya dari n****+ yang sedang ia baca. Ghea mengangkat wajahnya kemudian tersenyum pada seseorang yang memakai seragam sama sepertinya. Sahabatnya sejak TK, Alendra Mahesa. "Alen, udah dateng?" Cowok yang disapa Alen itu mengangguk kemudian menaruh tasnya pada meja yang berada didepannya. Ghea menepuk-nepuk punggung Alen agar cowok itu mau berbalik. Setelah Alen membalikan tubuhnya dengan malas, Ghea langsung memberinya senyuman terbodoh yang selalu Alen lihat jika Ghea minta di antar ke toilet atau... "liat PR fisika, Len. Semalem gak sempet soalnya ngerokin mama." Ya. Alasan yang lain adalah Ghea minta tugas. "lagian, lo pengen teladan tapi males ngerjain tugas." Alen memberikan buku bersampul coklat muda pada Ghea dengan cuek. Merasa di tuduh malas, Ghea langsung membela diri. "gak sempet itu beda sama males, Len." "serah, lo." Ghea bangkit dari duduknya kemudian mengecup pelan pipi Alen. "Thanks, Bunny." Cowok itu hanya memasang wajah datar tak menanggapi. Jangan salah paham, mereka hanya sebatas sahabat. Atau, masih ada yang berpikiran bahwa cewek-cowok itu tidak bisa bersahabat seutuhnya? Tentu bisa. Jika salah satunya tidak normal. Maka dari itu, Alen dan Ghea bisa bersahabat tanpa takut cinta bersemi di antara mereka lantaran Alen itu seorang gay. Awalnya, Ghea sempat mengira Alen ini menyukainya, karena semenjak TK, cowok tampan yang punya wajah mirip orang luar ini selalu mengintilinya kemanapun. perkiraan itu makin kuat ketika mereka masuk SMP, karena Alen terus-terusan membuntutinya. Ternyata, alasannya adalah Alen menyukai Dammi, kakaknya Ghea. Dan, Dammi seorang cowok tulen yang doyan ganti-ganti cewek. Sebenarnya Alen cukup dikenal oleh seluruh penghuni sekolah karena tampang dan otaknya. Sayang, mereka tak tahu kalau cowok jenius nan tampan ini seorang gay. Memang, tidak ada yang sempurna di dunia ini. "Ghe, Dammi dirumah?" Ghea yang awalnya sedang menyalin PR dengan khidmat, langsung melirik tajam. "Len, lo janji ya bakal jauhin Abang gue." Alen menghela nafasnya. "Cuma nanya." Lalu ia tak berkomentar lagi. Ghea memang sempat shock ketika tahu Alen itu gay dan mengaku menyukai kakaknya sendiri. Ia sempat marah dan tidak mau bersahabat lagi dengan Alen. Tetapi, karena Alen berjanji akan menghilangkan perasaannya pada Dammi, Ghea perlahan membuka hati lagi untuk menjadi sahabatnya. Dengan alasan, Alen akan bersikap menjadi cowok gentle ketika di depan Dammi. Karena ke-asyikan menyalin PR, Ghea tidak sadar bahwa bel sudah berbunyi dan ternyata kelasnya sudah penuh. Ini salah satu alasan mengapa Ghea selalu ingin berangkat pagi. Jika ada PR atau tugas, ia tidak perlu grasak-grusuk menyalin karena kehabisan waktu. Ketika Madam Rose masuk kelas, semua langsung hening. Bagaimana tidak, matematika adalah hal yang paling membebani murid, menyusahkan murid dan membuat otak murid panas. Benarkan? Ayo ngaku. Apalagi kalau ditambah gurunya segalak madam Rose. Beban ini juga akan membuat upin-ipin langsung menyuruh opa-nya menikah dengan atuk dalang. Ujang, sebagai Ketua kelas langsung memerintahkan memberi salam pada sang Madam. Tolong jangan bayangkan jika Ujang itu seperti Ehsan. Jangan. "Beri salam!" "selamat pagi, buuuu." Mereka bersuara dengan wajah menunduk karena banyak alasan. Satu, malas melihat wajah madam Rose. Dua, sudah bosan mengucapkan salam karena dari TK begitu-begitu saja. Ketiga, was-was disuruh maju ke depan untuk hapalan perkalian. Itu benar, madam Rose masih menerapkan hapalan perkalian semacam anak SD. Ngeri kaga tuh? "selamat pagi. Hari ini siapa yang mau maju duluan?" Kalimat seperti vonis mati itu langsung membuat semua murid asma di tempat. Tetapi, tentunya tidak untuk Ghea. Menurutnya, hal seperti ini adalah waktu yang tepat agar para guru melirik padanya. Ia langsung mengangkat tangan keatas dan terdengarlah helaan lega dari teman-temannya. "Ghea lagi? tidak. Kamu sudah 10 kali berturut-turut. Saya mau yang lain!" Mereka yang awalnya mulai tenang, langsung kembali sesak nafas. "Ajof sarif. Silahkan maju!" Ghea melirik temannya yang bernama Ajof. Ia tidak tega karena cowok pendiam yang malang itu menjadi tumbal kebuasan madam Rose. Lihat saja, Ajof langsung tegang dan ingusnya yang selalu turun naik itu, sekarang menjadi benar-benar turun. Iew! Ketika Ajof sang pangeran ingus maju ke depan untuk menyetor hapalannya, bisikan kecil yang mengganggu membuat Ghea mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Sungguh ia langsung terkejut melihat Adina ---sahabatnya selain Alen--- sedang berjongkok meminta belas kasihan agar Ghea mau meloloskannya masuk ke kelas tanpa harus di jewer madam Rose sebanyak sepuluh kali. "tolongin gue!" gerakan dibibir tanpa suara yang setengah kesal itu mau tak mau membuat Ghea bertindak. Ia memberi aba-aba dengan telapak tangannya seakan-akan berkata, "bentar, Miss gincu lagi ngelirik ke pintu." ketika Madam Rose sedang memarahi Ajof yang tidak hapal perkalian kelipatan 5, Ghea memberi aba-aba agar Adina masuk mengendap-endap. Dengan kekuatan seadanya, Adina berjongkok kemudian melangkah dengan pelan seperti maling yang takut ketahuan mencopet tas ibu-ibu sosialita. "gila." Hanya itu komentar Ghea ketika melihat Adina sudah duduk disebelahnya. "nekat banget lo, Di. Udah tahu perjalanan pertama Madam Rose, Masih aja telat." "gue kesiangan, beb." Alasan yang sama. Alasan selama satu tahun terakhir yang selalu Adina beberkan dengan wajah polos tanpa dosa. Dan Ghea, Selama itu juga akan menjadi pelantara gratis supaya Adina bisa masuk kelas tanpa ketahuan guru. "Adina saffa Mahendra, sepertinya saya tadi tidak melihat kamu?" Mampus! *** Ghea meniup-niup cilok yang menurutnya masih terasa panas. Karena kantin lumayan penuh, ia jadi memakan cilok-nya dilorong dekat perpustakan. Seharusnya ia makan dengan Adina, tapi sahabatnya itu harus mempertanggung-jawabkan 'penyelundupan ilegal'-nya tadi pagi kepada Madam Rose. Sedangkan Alen harus latihan karate karena ia ditunjuk ikut olimpiade tingkat sekolah. Sedikit menyebalkan memang, mengetahui seorang gay yang jago karate. Ketika Ghea sedang asyik memakan cilok, ada suara grasak-grusuk dari lorong menuju taman belakang yang memang tidak jauh dari perpustakan. Karena tingkat penasarannya sangat besar melebihi Dora yang kini sudah beranjak dewasa, Ghea akhirnya berjalan pelan mencari sesuatu yang grasak-grusuk itu. Setelah sampai, ia hanya melihat siluet tiga orang yang sedang berbicara tetapi salah satu siluet itu hanya menunduk mendengarkan orang di depannya. Jika tebakan Ghea benar, nampaknya sedang ada tindakan pem-bully-an. Jujur saja, ia paling tidak suka jika ada orang yang diremehkan dan ada orang yang meremehkan orang lain. Semua derajat manusia itu sama. Itu pemikirannya. Ghea terus melangkah dengan pelan. Ketika siluet itu berubah menjadi gambaran yang cukup jelas, ia langsung berhenti. "mampus guaaa!" Ghea hendak berbalik, tetapi suara menyebalkan yang ia hapal plus ia benci itu terdengar. "Bi!!" Ghea langsung mengambil langkah seribu agar cepat-cepat pergi dari sana. "Bi!!" Ghea terus berjalan dengan cepat. "Bagus, Ghe. Ngapain sih tadi lo pake kesana?" Ia terus menyalahkan dirinya sendiri sambil terus berjalan mencari tempat yang aman untuk bersembunyi. "Bi!! Lo dimana, Bi?!!" Suara dari kejauhan itu masih terdengar memanggilnya. Ini yang Ghea tidak sukai. Orang itu, selalu saja membuat keributan dan mengganggunya. Ini semua karena orang menyebalkan yang tidak boleh disebut namanya! Siapa lagi yang memanggilnya 'Bi' selain orang tengil itu?! Hanya dia! "kenapa gue gak bisa gunain waktu istirahat dengan tenang, sih?!" Ghea masuk ke toilet khusus cewek kemudian langsung mengunci pintunya. Dari dalam sini, sepertinya suara menjengkelkan itu sudah berhenti. Ghea menghela nafasnya lega. Sebenarnya bisa saja ia tidak bersembunyi dan meladeni panggilan itu dengan balas mengoceh seperti biasanya, Tetapi ia malas. Karena masalahnya pasti akan panjang, ya, sepeti yang sudah-sudah. Ghea membuka pintu kemudian melirik kanan-kiri memastikan ia aman. Setelah merasa terkendali, ia langsung melangkah menuju kelasnya. "Kak Ghea! Sini dulu, kak!" "ada apa--- ya, ampun!" Ghea langsung berlari ketika melihat kaca mading-nya pecah. "pecah?! Ih, gue baru ganti kacanya dua hari yang lalu, masa udah pecah lagi?!" keluhnya, sambil mencoba mengontrol emosi agar tidak berteriak. "Ya-ya, gitu, Kak." Nana, salah satu anggota eskulnya merasa tidak enak. Ghea langsung menatapnya. "siapa yang bertanggung jawab?!" "si-siapa lagi, kak...kalau bukan... kak J." Nana menunduk sambil membenarkan kacamatanya yang melorot. Ghea menggeram menahan kesal. Orang itu benar-benar! Belum redam kesal dihatinya karena kaca mading pecah, suara di speaker membuatnya makin ingin memakan orang. "Cek..cek... Sorry ganggu.. Gue cowok ganteng seantero sekolah Cuma mau ngasih tahu aja ya. kepada yayang gue, Abighea Citra kelas 11-2, ditunggu diruang ketos sekarang juga. Bi, kalo gue udah bilang sekarang, langsung dateng ya. Enggak pake acara dandan-dandanan ya, Bi. Gue tunggu, Bi!!" Ghea mengepalkan tangannya dengan kesal. "JASON!!!!" (*) "Gue gak tahu lagi, gimana caranya peringatin kalian. Bukan kalian, tapi, Cuma lo, J." Reyhan, sang ketua osis tengah menyidang seorang murid yang selalu membuat onar dan satu orang murid yang sebenarnya hanya orang yang sering terseret masalah, alias kambing hitam. "kok gue doang? Idih, Gak adil." "J, lo udah kelas sebelas. berhenti dikit badungnya." Ucap Sang Ketos. "jangan ada senioritas dong, disini. Mentang-mentang lo ketos, seenaknya aja nyuruh-nyuruh, gitu? Helah. Si Brad Pitt aja udah kalem kalau gue telat." Jason, si cowok pembuat onar, berkata dengan santai sambil mengunyah es batu. FYI, yang ia panggil Brad pitt itu... kalian tahu kan? Pak Koko, sang guru BP. "gue tahu lo gak bisa diatur, tapi MIS punya peraturan, Jason." "peraturan itu dibikin buat dilanggar." Jawaban khas anak-anak badung. Reyhan mencoba tak terpancing emosi. Ia lebih memilih menyidang seseorang yang duduk disebelah Jason. "Ghe, kalau Jason masih gangguin lo, gak usah diladenin. Tolong ya, tapi perlakuan kalian bener-bener disorot guru. Apalagi yang tadi. Kalian berantem di depan mading, sebelah kantor guru. Kalian tahu dampaknya 'kan?" Ghea memasang wajah melas pada sang ketos. "gue bener-bener gak ada sangkut pautnya sama dia, kak. Tapi, dia selalu ganggu gue. Kaca mading gue dipecahin dia lagi, kak. Berarti sekarang udah ke-14 kalinya." "Bi, bukannya lo seneng digangguin gue?" Ghea menatap cowok tengil yang sok jadi Badboy ini dengan kesal. "diem lo!" bentaknya galak. "Ah, gue udah paling seneng kalau lo udah marah. Sini-sini, marah lagi. agak deketan ya bentaknya, biar gue ngerasain nafas lo yang wangi strawberry itu." Dengan songong, Jason mendekatkan wajahnya pada Ghea. Gadis itu langsung mendorong kursinya menjauh. "J, jangan main-main." Ucap Reyhan. Jason duduk kembali dengan tenang, tetapi wajah tengilnya benar-benar menjengkelkan. "gue udah ditegor Kepsek. Katanya, kalau kalian masih aja berantem, kalian bakal dapet skors." Jelas Reyhan panjang lebar. "Yes!" Jason berteriak girang, sedangkan Ghea langsung panik. "Gue salah apa, kak? Gue gak mau di skors. Guru-guru pasti nge-cap gue jelek." "Bi, skors itu sama dengan liburan." "diem lo, i***t! And, stop call me Bi!" "So sweet..." Jason mengedipkan matanya beberapa kali pada Ghea kemudian tersenyum dengan sangat manis mendekati bodoh. "Jadi, panggilan sayang lo ke gue itu... i***t? Oke, itu perfect. I like it." Si bego.... Ghea memutar kedua bola matanya dengan kesal, tetapi sedetik kemudian ia kembali menatap Reyhan dengan tampang sedih sambil memohon. "Please, kak. Gue gak mau di skors. Kalau tuh cowok i***t sih, bodo amat." "ini baru peringatan kepsek aja, Ghe. Kalau lo sama J berhenti berantem, ya kalian gak akan di skors." "..." "gue mau-mau aja di skors. Itu artinya gue bisa nonton Film Mickey mouse seharian 'kan?" "DIEM!" Ghea langsung melirik Jason dengan tatapan galak. Tanpa rasa bersalah sedikitpun, Jason malah terkekeh pelan. "Hehe, gue baru pasang parabola dan Chanel kartunnya banyak. Mau nonton bareng sama cogan gak?" "nonton bareng sana sama pak Koko!" jawab Ghea dengan ketus. "Bener!" Jason berteriak. "gue bakal ngajak si Brad pitt. Yes! Makasih pencerahannya." What the? Mengapa ada cowok se i***t ini? "Jason, Ghea. Jangan bercandain peringatan dari guru. Inget, kalau kalian berantem dan buat keributan sekali lagi, dengan berat hati gue skors kalian karena pak Koko udah males. terutama sama lo, Jason." Jason mengangkat bahunya tak acuh. "Udah ngocehnya? Gue mau beli pelet ikan, nih. cupang gue belum buka puasa. Soalnya, lagi gue ajarin puasa setengah hari biar gak manja. Gue udah boleh pergi belum?" Reyhan menghela nafasnya. "kalian boleh pergi. Inget kata-kata gue tadi." Jason bangkit dari duduknya kemudian berkata, "pasang parabola, Rey. Disitu ada chanel khusus pijat jompo. Lo butuh nonton itu biar otot-otot lo relax dan gak sensi mulu kalau ngomong sama gue. Oke!" Jason menunjukan jari tengahnya dihadapan Reyhan kemudian berjalan keluar dengan santai. "Eh, ada yang ketinggalan!" ia berbalik lagi untuk mendekati Ghea. Gadis itu langsung was-was karena ia tahu bahwa Jason akan... "jatah gue hari ini!" Dengan santainya Jason mengambil ikat rambut berwarna Pink milik Ghea lalu ia ikatkan pada poninya yang memang tidak ia potong supaya panjang. Katanya, sih, biar keren. "balikin iket rambut gue!" "Hust, jangan marah-marah, Bi. Makasih iketannya ya. Besok yang warna ungu ya! Dadah, Bi!!" Jason langsung berlari meninggalkan Ghea yang jengkel setengah mati. "Jason!!! Balikin!!!" Reyhan menghela nafasnya frustasi. "baru juga diperingatin..." *** Dikantin yang sepi ini, Ghea sedang menyender dibahu Alen dengan nyaman. Mereka memang murid terakhir yang masih setia disekolah padahal kantin saja sudah tutup. Ini disebabkan oleh adegan dramatis Adina yang ingin mencurahkan emosinya karena dihukum membersihkan lapangan sambil menghapalkan perkalian dari 1-10 oleh madam Rose. "mana disitu ada Bian, malu gue." "Bian kelas 12-5? Cowok lo itu?" "Udah putus, kali." jawab Ghea. Alen melirik pada gadis yang tengah bersender dibahunya. "emang putus 'ya?" "Iya udah putus! tapi kan gue malu. Malu banget." Adina mengacak-acak rambutnya seakan-akan ia sangat frustasi dan kesal. Dan sepertinya, dendamnya pada madam Rose semakin menumpuk. Ghea menjauhkan kepalanya dari bahu Alen ketika satu chat Line masuk ke ponselnya. Jason : cewe... godain kita dong ;))) "Ghe? Kenapa muka lo kesel gitu?" Ghea langsung melirik Adina kemudian melotot. "sepupu lo nyebelin banget sih, Di!" Ucapnya, sambil menunjukan chat itu pada Adina. "kalian tuh, apa sih?" "apaan? Apanya yang apa sih? Dia gangguin gue mulu!" "lo ini ah yang digangguin." Ghea memutar bola matanya kesal. "gue lupa, kalau kalian itu sama aja." "Beda dong! Gue cewek, Jason cowok. Gue gak suka disama-samain, ya." "gue juga gak suka digangguin!" "dia suka kali sama lo." Ucap Alen tenang. "Najis. Lagian, cowok urakan kek dia gak mungkin percaya sama hal begituan. Dia mah emang seneng aja bikin gue marah." "Len, lo kenal sama si Alim ini dari kecil kan? Ini cewek emang gak ada bakat peka, ya?" Alen mengangkat bahu acuh tak acuh. Adina, yang merasa kesal karena pertanyaannya tidak dijawab, langsung berdiri kemudian menendang perut Alen cukup keras sehingga cowok itu jatuh dari kursi. "dasar, gay s****n!" teriak Adina penuh emosi. Ia berani mengatai Alen 'gay' karena disini tidak ada orang lagi selain mereka. "daripada elo, cewek tapi dadanya rata." "Alen! b******n, lo! k*****t!" Ghea memilih tidak ikut campur pada perang antar saudara yang tengah berlangsung. ia lebih memilih membalas chat dari Jason sambil marah-marah. Abighea : t*i! Skli lg lo chat gue, gue blok id lu! Jason : blok aja Ghea mematikan ponselnya lalu memasukannya ke dalam tas. Tak berguna jika ia melayani cowok i***t itu. Tak berguna. "Lo laper gak, Ghe? BY dulu, mau?" Ghea melirik pada Alen dan Adina yang sepertinya sudah selesai berdebat. "laper, sih. Tapi duit gue abis buat beli kaca mading." "pecah lagi?" Ghea mengangguk lesu. "si J?" "Retorik banget pertanyaan lo, Len!" Adina menggebrak meja. "jadi ke BY, gak? Gue yang tlaktir!" (*) Mereka sudah sampai ditempat makan favorit semua anak SMA se-Jakarta. Dimana lagi kalau bukan warung Bubur Yellow (BY) milik Pak Yahya. Warung sederhana yang menyediakan masakan serba bubur dengan harga terjangkau khas anak SMA. Bukan hanya harganya yang membuat jatuh cinta, tapi rasanya memang memikat hati siapapun yang menyantapnya. "gue bubur ayam cinta ya, Di." "lo udah makan itu kemaren. Gak mau ganti? Bur-yam galau, lo belum cobain." Ghea menggeleng. "itu aja. minumnya teh manis dingin ya. Banyakin es-nya." "oke." "LO MAU APA, LEN?!" Alen menutup kedua telinganya. "gak usah pake teriak, Adina. Gue samain kaya Ghea." "Oke!" Adina menuliskan pesanan mereka kemudian memberikannya pada kasir. Ia kembali pada meja duduknya lalu mengambil kursi dihadapan Ghea. "Ghe, dengerin gue, deh!" bisik Adina. Merasa akan ada perbincangan rahasia, Ghea langsung mendekatkan wajahnya. "apa?" "Jodohin Alen sama cewek, yuk? Lo, gak kasian apa?" "gue sih oke-oke, aja." "kira-kira siapa, ya?" "gimana kalau si---" "Yang kalian gosip-in ada disini." Sindir Alen dengan cuek. Adina dan Ghea langsung terkekeh kemudian pura-pura tidak terjadi apa-apa. "Niat kita mulia, Alen." "terserah kalian aja para pengikut dijah yellow." "Ya.. kita memang pencita bubur yellow pak Yahya." Dua cewek itu hanya terkekeh karena Alen benar-benar selalu tenang walau dijahili seperti apapun. Freak gay! "gue mau ke toilet dulu ya." "Oke." Ghea membawa tas gendongnya kemudian melangkahkan kakinya menuju toilet karena ingin mencuci muka. Setelah selesai, ia hendak kembali kemeja, tapi ada satu pemandangan yang membuatnya berhenti berjalan. Tidak salah lagi, itu si cowok tengil! 'Jangan-jangan dia ngikutin gue?' Tuduh Ghea dalam hati. "Yaya.. lo siapin aja semuanya. Iya...sip. gue makan dulu. Hubungin yang lain ya. Pokoknya balapan kali ini bakal gue yang menang. Eh.. gak percaya? Liat aja nanti. Oke.. pokoknya lo siapin semuanya. Oke, sip. Iya, ini gue lagi makan. Di BY, lah. Mantap kan? Iya... Gue tutup. Bye." Samar-samar, Ghea mendengar percakapan Jason dengan seseorang diteleponnya. Balapan? Ghea mendadak punya rencana jenius. Seantero sekolah tahu kalau si cowok tengil yang sok-sokan pengen jadi Badboy ini suka balapan liar. Dan sepertinya... ini waktu yang tepat untuk menangkap basah ketika Jason mengikuti balapan liar. Jika Ghea bisa membuktikan pada Reyhan dan pihak sekolah bahwa Jason itu memang berandalan, pasti cowok tengil itu dapat skors dan Ghea akan aman. "biar di D.O sekalian." Ucap Ghea sambil menyeringai. Ia mengambil ponselnya kemudian mengatakan pada Alen dan Adina digrup chat khusus mereka jika ia harus pulang duluan. Abighea : sakit perut njir.. gue balik duluan gpp ya? Alendra : gws. Mau dianter? Abighea : bisa sndri thx Alendra : yaiya bisa. Jomblo Abighea : daripada gay :3 Adina : pdhal baru mau gue msukin sianidanya. Kok lo udah sakit prut? lol Abighea : serah lu jablay Ghea keluar dari Chat dan berniat mengikuti Jason lalu mem-Videokan kegiatan Jason agar cowok itu ditendang dari sekolah. Dan Ghea? Akan dikenal guru karena telah berjasa mengeluarkan murid berandalan semacam Jason. Perfect! Ghea melihat Jason bangkit dari tempat duduknya kemudian keluar menuju parkiran. Ia langsung mengikuti Jason dan berdiri didepan motor Ninja hitam milik Jason. "Bi, ngapain lo disini? Suka makan di BY juga?" Jason yang awalnya ingin memakai helm, langsung tersenyum dengan wajah tampan tetapi i***t yang membuat Ghea jengah. "Gue mau ikut lo balapan!" "Apaan?" Ghea menyeringai. "takut gue laporin ke Kepsek ya? Cemen." Jason terdiam beberapa saat kemudian tertawa. "lo tahu dari mana? Tapi, oke, kalau lo mau ikut. Dengan senang hati, Bi. Ayo naik!" setelah memakai helm, Jason langsung menepuk-nepuk jok belakangnya sambil terus tersenyum jahil. "pegangan, Bi." Ghea memutar kedua bola matanya tetapi ia menurut untuk naik ke motor dan terpaksa memeluk tubuh Jason. Terpaksa. Tolong dicatat. Dengan kecepatan sedang, Jason membawanya menuju perumahan elite dan Ghea langsung berpikir keras. Apa dilingkungan seperti ini diperbolehkan balap liar? Atau, Ghea dikibulin? "Lo, bener-bener mau balapan, kan?" "Iya, Bi." Jason berkata dengan helm yang menghalanginya. "sebentar lagi nyampe. Pegangan yang erat, gue mau ngebut." "Modus!" Dan, hanya terdengar kekehan menyebalkan dari Jason. "udah sampe, Bi." "Gue tahu, i***t! Orang motor lo udah berhenti!" ucapnya galak. Jason tertawa sambil melepaskan helm-nya. "gue suka panggilan sayang lo ke gue." Si Bego... Ghea langsung turun dari motor Jason lalu menatap bingung pada rumah mewah berwarna putih dihadapannya. "lo balapan gak, sih?!" Tanya Ghea mulai kesal. "Balapan, Bi. Didalem, lawan-lawan gue udah nunggu. Ayo masuk." Ghea hanya mengikuti Jason tanpa berkomentar lagi. Jason menekan bel kemudian seorang cowok yang memakai jaket kulit serta jeans robek-robek membukakan pintu. "Masuk, J. Yang lain udah didalem." "Oke, sip. Gue bawa kekasih gak papa kan?" Ghea langsung melotot pada Jason. "gak ada ya, Jason! Gue bukan pacar lo!" "Enggak. Gue bukan ke lo." Ghea mengerutkan dahinya. "Te-rus?" Jason berjalan menuju motornya kemudian mengambil sesuatu di tasnya. Ia kembali lagi menghampiri Ghea dan menunjukan beberapa DVD Mickey Mouse. "itu yang lo maksud, kekasih?" tanya Ghea dengan horror. "Yep." Mengerikan! Jason menaik turunkan alisnya sambil menatap Ghea dari atas sampai bawah. "Tapi, kalau lo mau jadi kekasih gue juga ayo aja." "Gila!" Ghea langsung mengalihkan pandangannya. "Ayo masuk, Bi. Atau mau disini? Jadi palang pintu?" Ghea langsung masuk tanpa permisi mendahului Jason. Ketika sudah didalam, Ghea melihat 3 orang cowok yang berpakaian sama seperti cowok yang membuka pintu. Mereka sedang asyik mengobrol. "J! Dateng juga!" Ghea kenal siapa cowok yang menyapa Jason. Itu Denis, sahabat karibnya Jason. Ghea tahu karena kebetulan Denis juga teman sekelasnya. Selain itu, dua cowok ini langganan berdebat dengan pak Koko dan mereka berdua adalah siswa utama pembuat onar di MIS. Sedangkan dua lainnya Ghea tidak mengenali mereka. Who cares? Disini Ghea hanya akan menangkap basah seorang Jason yang akan balap liar! Mungkin, Denis sekalian. "Ghea?" Denis terlihat sedikit terkejut. Ghea memperhatikan Denis yang memasang wajah bingung serta kaget. Ghea baru sadar, tadi Denis tidak ada dikelas. Tempat bolosnya ternyata disini! Ketahuan! "lo, bolos?" "Eh," Denis menggaruk kepalanya. "Biasa lah, males hapalan perkalian. Hehe. Ngomong-ngomong, ada apaan lo kesini?" "dia mau nyaksiin kita balapan, coy." Jawab Jason setelah ia duduk disebelah seorang cowok yang mempunyai rambut abu-abu. Serius, rambutnya abu-abu! "Eh, kenalin, Bro. ini Abighea Citra." Cowok-cowok itu mengatakan 'hai' secara bersamaan. "Bi, kenalin ini sohib-sohib gue. Yang rambutnya abu-abu ini namanya Remond anak SMA Garuda." "Hai, gue Remond. biasa dipanggil sayang atau ayang. Kiwww!!" "Bacot luuuuu!" Jason dan Denis langsung menjitak kepala Remond. "Yang tadi bukain pintu itu Aris. Terus yang lagi makan kuaci namanya Zaky. curut dua ini anak Garuda juga. Kalau, si Denis udah kenal 'kan?" lanjut Jason. Ghea mengangguk pelan. Ia sebenarnya tidak terlalu peduli karena sehabis ini ia tidak akan bertemu lagi dengan cowok-cowok aneh semacam mereka. "rambut lo 'what do you mean' banget sih." Sindir Jason sambil menoel-noel rambut abu-abu fenomenal milik Remond. "Tahu tuh, si Rem-bemo. JB udah pirang lagi, dia baru ngewarnain rambut. Salah gaul lo!" Remond mendengus. "Yang penting kece." "Busyet. Kece-mplung got." Denis tertawa terbahak-bahak sambil memukul-mukul sofa disebelahnya. Ghea terus memperhatikan obrolan cowok-cowok yang ia pikir sangat i***t. Menurut Ghea, obrolan mereka tidak bermutu sama sekali dan buang-buang waktu. Mengapa ada kumpulan tidak berguna seperti ini? "ayo kesini, Bi. Kita mau mulai." "Ka-kalian balapan dimana?" tanya Ghea, akhirnya. "disini, cantik." Jason kembali menjitak kepala Remond. "Heh, JB KW super, jangan modus. Enggak liat, dia sama sekali gak tertarik sama lo?" "ampun, J. Becanda doang dikit." Remond tertawa. "eh, Bi. kok diem aja? mau nonton gak?" "kalian panggil dia Ghea. 'Bi' itu khusus buat gue." Ghea memutar bola matanya karena jengah mendengar ocehan Jason. Siapa juga yang suka dipanggil 'Bi' ?! dasar sok akrab! Ketusnya dalam hati. "Iya, deh... abi-umi..." "Ah, kocag!" Denis tertawa terbahak-bahak. Ghea merasa salah karena sudah masuk kedalam rumah yang berisikan cowok-cowok tak berotak. "Sini!" Dengan pelan, Ghea berjalan menuju sofa besar yang diduduki para cowok yang dandanannya sudah mirip preman pasar. Jeans robek-robek, tindikan ditelinga, dan juga tato dilengan mereka yang Ghea yakini hanya hadiah dari permen karet atau ciki-ciki murah. Cowok-cowok berandalan. Ghea jelas-jelas tidak menyukainya. Walaupun sekarang Jason memakai seragam, tapi tetap Ghea tidak menyukainya. "Ayo mulai balapannya!" "Ayo!!" "Tapi hati-hati ya, Sulis-gue baru aja puasa. Agak lemes kayanya." "Yah, cemen. Si gotik aja belum gue kasih makan masih oke." "Si manis jembatan ancol-gue aja masih seksi." "Yaudah, cepet. Si Angry bird-gue udah mulai Angry beneran." "Gembul mah ikut aja." Ghea mengerutkan dahi karena tidak mengerti arah pembicaraannya. "kalian sebenernya balapan apa?" tanya Ghea. "ini balapan kita, Bi." Ghea mengintip sedikit pada Baskom besar yang ditunjukan Jason, dan didalamnya banyak sekali... "Ikan cupang? Ka-kalian balapan ikan cupang?!" "menurut lo?" Denis tertawa. "jangan-jangan, lo pikir, kita para cowok ganteng ini bakal balapan liar dijalan sambil gerung-gerungin motor ya? Busyet, ini cewek otaknya kebanyakan nonton sinetron di TV, nih! Hahaha!!" Ghea tidak bisa menjawab. "itu pikiran lo, Bi?" Jason terkekeh pelan. "sempit amat. LOL." "gak lucu!" Wajah Ghea saat ini pasti sudah sangat merah karena menahan malu. Niatnya ingin melaporkan Jason, tapi mengapa jadi seperti ini? Sial... mengapa hari ini ia sangat s**l?! Si ikan cupang itu, Eh... maksudnya Jason, memang menyebalkan!!!! "Bi, mau ikutan balapan?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN