Almahyra bersandar pada pintu gerbang yang terbuat dari rangkaian besi baja yang tampak tebal, kokoh, kuat, akan tetapi sudah terlihat berkarat. Pintu itu terletak pada tembok tinggi yang membatasi perkampungan dengan hutan. Sekarang, Almahyra sudah berada di Desa Tambak Sampar. Sebuah desa yang terlihat tertata sangat rapi dan bersih. Di sini hampir setiap rumah dibangun menyerupai antara satu dengan lainnya. Bangunnya pun sama, yaitu rumah panggung yang terbuat dari kayu dan bambu yang dirangkai sangat elok. Pada setiap rumah, terdapat bagian kosong di bawah rumahnya. Yang biasa digunakan untuk menyimpan hasil panen dari ladang mereka. “Sudahlah, mungkin memang bukan takdirku, bisa bersamamu, By,” gumam Almahyra sangat lirih seraya mencoba menguatkan dirinya sendiri. “Dulu, aku sudah