Bercinta

1041 Kata
"Kamu mengira aku akan mengajakmu bercinta?" tanya Brilliant dengan dingin. "Idih," Arumi bergidik ngeri. "Enak saja," ucap Arumi kemudian. Setelah itu Arumi pun keluar dari kamarnya. Arumi menghentakan kakinya saat keluar dari kamar. "Bercinta?" "Mendengarnya saja aku malah jadi geli sendiri," ucap Arumi sambil bergidik. Arumi berjalan menuruni tangga. Saat berjalan Arumi merasakan ponselnya bergetar di saku celananya. Arumi pun menghentikan langkahnya dan ia mengambil ponselnya. Arumi melihat layar benda pipih itu menampilkan nama 'Ayah' yang berarti Aditya yang menelpon. Arumi mengangkat panggilan itu sambil menuruni tangga kembali dengan hati-hati. "Hallo ayah," Arumi mulai berbicara setelah menempelkan ponselnya ke telinga. "Hallo anak ayah, apa kabar?" tanya Aditya dari seberang telepon. "Arumi baik. Arumi juga lagi di rumah nih, baru sampai. Eh ayahnya tidak ada, kata bibi ayah sedang ada acara reuni," ucap Arumi sambil menginjakan kaki di anak tangga terakhir dan ia melanjutkan jalan ke arah dapur. "Ya, ayah memang sedang ikut acara reuni SMA." "Oh iya, kamu ke rumah bersama suamimu?" tanya Aditya. "Iya," jawab Arumi santai. "Ah syukurlah." "Arumi, ayah mau bicara sesuatu padamu," ujar Aditya. Arumi yang saat itu belum sampai di dapur, memutuskan untuk menghentikan langkahnya. "Apa ayah?" tanya Aditya. "Jadilah istri yang baik, layani suamimu, masaklah untuknya. Pasti Brilliant akan menyukai masakanmu," ucap Aditya dan itu membuat Arumi mengerutkan keningnya. "Berjanjilah pada ayah untuk menjaga nama baik keluarga. Sekarang kamu adalah menantu dari Kenan El Zein, kamu harus menjaga sikapmu." "Kamu mau janji kan pada ayah?" Tanya Aditya. Arumi tak langsung menjawab karena baginya apa yang Aditya tuntut cukup memberatkannya. Di sisi lain Aditya yang saat itu sedang berada di kamar sebuah hotel duduk di atas ranjang. 'Sepertinya Arumi keberatan,' pikir Aditya. "Arumi," panggil Aditya. "Iya ayah," jawab Arumi cepat. "Pasti ini cukup berat, apalagi ayah tahu kamu adalah orang yang cuek. Tapi ayah yakin kamu bisa melakukan apa yang ayah minta," ujar Aditya. Arumi yang saat itu sudah berada di ruang tv menjatuhkan tubuhnya ke sofa yang ada di sana. Ia menyandarkan punggungnya dan memejamkan matanya. Permintaan ayahnya sangat membuat Arumi berpikir untuk menyanggupinya, masalahnya ia tidak mau melayani Brilliant layaknya seorang istri. Apalagi Brilliant sangat dingin padanya jika mereka sedang berdua. "Arumi," panggil Aditya dari seberang telepon. Arumi langsung membuka matanya lalu menegakan posisi duduknya. "Iya ayah, Arumi janji," jawab Arumi akhirnya. Setelah itu panggilan pun berakhir karena Aditya dipanggil oleh temannya. Arumi menarik nafasnya dan menghembuskannya secara perlahan. "Huh!" Seru Arumi. "Lebih baik aku ke dapur," ucap Arumi sambil berdiri. Arumi pun berjalan ke arah dapur. Di saat yang sama Bella keluar dari mobil Faiz. "Kak, masuk dulu yuk," ajak Bella pada Faiz yang masih duduk dibalik kemudi. Tanpa ragu Faiz pun mengangguk, karena niatnya memang ingin bertemu Arumi. Bella pun senang karena Faiz tak menolak. Keduanya pun masuk ke rumah. Bella mempersilahkan Faiz untuk duduk di sofa yang ada di ruang tamu. "Kak Faiz mau minum apa? Kopi, teh atau apa?" tawar Bella. "Tidak usah repot-repot," ucap Faiz. "Tidak kok," jawab Bella. "Ya sudah, air mineral saja," jawab Faiz akhirnya. "Ditunggu ya kak," ucap Bella sambil tersenyum. Faiz mengangguk, setelah itu Bella pergi meninggalkan ruang tamu. Sepeninggal Bella, Faiz melihat ke sekeliling ruang tamu rumah Aditya. 'Semuanya masih sama,' ucap Faiz hingga matanya berhenti di pigura cukup besar yang menampilkan potret Aditya, Arumi dan Bella. "Arumi." "Seharusnya dia sudah ada di rumah sekarang," ucap Faiz kemudian. Di sisi lain Bella masuk ke dapur. "Ka Arumi!" Teriak Bella saat melihat kakaknya sedang berdiri di depan kompor. Arumi yang baru saja mengangkat tempe bacem goreng pun langsung mematikan kompor di depannya dan melihat ke arah Bella. Bella langsung berjalan cepat dan memeluk kakaknya itu. Arumi pun membalas pelukan Bella. "Kebetulan sekali kakak ada di sini," ucap Bella sambil melepaskan pelukannya. "Maksudmu kebetulan bagaimana?" tanya Arumi. "Ada teman kakak di ruang tamu. Lebih baik kakak temui dia deh." "Oh iya sekalian ambilkan minum untuknya ya kak, aku mau ke kamar dulu. Mau mandi," ucap Bella. "Memangnya siapa?" tanya Arumi. "Kakak lihat saja ya, aku harus segera mandi dulu," ucap Bella kemudian sambil pergi meninggalkan Arumi. "Anak itu," ucap Arumi sambil menggelengkan kepalanya. Arumi akhirnya berjalan ke arah rak piring. Sementara itu Brilliant tertidur di kamar Arumi karena merasa kelelahan seharian bekerja di kantor. Faiz yang saat itu sedang memainkan ponselnya menghentikan aktivitasnya saat menyadari ada seseorang memperhatikannya. Faiz melihat ke arah orang itu yang ternyata adalah Arumi. 'Ish! Kenapa orang ini malah ke rumahku lagi,' batin Arumi kesal saat tahu teman yang disebut oleh Bella adalah Faiz, orang yang tadi ia hindari. "Arumi," panggil Faiz. Arumi pun kembali berjalan dan menyajikan minuman untuk Faiz. 'Bella memang pengertian, dia meminta Arumi yang menyajikan minumnya. Calon adik ipar yang baik memang,' batin Faiz. "Kamu kok bisa ke sini?" Tanya Arumi sambil mendudukan tubuhnya. Sebenarnya Arumi enggan mengobrol dengan rekan kerjanya dulu. Tapi, ia tak mungkin meninggalkan Faiz begitu saja. "Oh, tadi aku bertemu Bella di kafe. Karena satu arah jadi aku sekalian saja mengantarnya," jawab Faiz. Arumi pun mengangguk. Saat Faiz hendak bicara lagi, Elsa masuk ke ruang tamu. "Eh ada tamu rupanya," ucap Elsa sambil melihat ke arah Faiz. Faiz menanggapi ucapan Elsa dengan senyuman. Selanjutnya ia berdiri dan bersalaman pada Elsa. "Apa kabar bi?" tanya Faiz berbasa basi. "Baik," jawab Elsa. "Ayo silahkan duduk lagi," pinta Elsa. Faiz pun kembali duduk di sofa. "Bibi kemari mencari Arumi," ucap Elsa. "Ya ampun bi, aku lupa sedang memasak sesuatu!" Seru Arumi sambil berdiri. "Faiz aku tinggal ya," ucap Arumi sambil meninggalkan Faiz. "Bibi juga ke belakang dulu ya Faiz," ucap Elsa. Faiz pun mengangguk. Arumi berjalan ke arah tangga. "Ah, untunglah ada bibi. Jadi aku bisa melarikan diri," ucap Arumi. Di saat yang sama Elsa memanggil Arumi. "Arumi," panggil Elsa. Arumi pun langsung melihat ke arah belakang dan melihat Elsa tengah berjalan ke arahnya. "Ikut ke kamar bibi sekarang." "Ada yang ingin bibi bicarakan padamu," ucap Elsa. Arumi mengangguk dan berjalan mengikuti Elsa. Arumi mengerutkan keningnya. 'Apa yang ingin bibi bicarakan ya? Misterius sekali,' batin Arumi. Sesampainya di kamar Elsa. Arumi diminta untuk duduk di ranjang. "Duduklah di sini," pinta Elsa sambil duduk di ranjang dan menepuk tempat di sampingnya. Arumi menurut. Ia duduk di samping Elsa. "Arumi," ucap Elsa. Arumi melihat ke arah Elsa. "Iya bi," jawab Arumi. Dan Elsa mengatakan hal yang membuat Arumi terdiam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN