Cari Mati

1056 Kata
Arumi mendudukan tubuhnya dan ia mengusap wajahnya kasar. "Rasanya ingin sekali aku keluar dari mimpi buruk ini," ucap Arumi sedih. Baginya hidup berdampingan Brilliant adalah mimpi buruk. Sementara itu Brilliant tersenyum di balik kemudi, saat ia mengingat sesuatu. Brilliant mengingat saat Arumi memanggilnya dengan panggilan sayang dan Arumi merapikan dasinya. "Aku tak menyangka gadis bar-bar itu bisa berpura-pura seperti artis," ucap Brilliant pelan. Di toko kue milik Arumi, para pegawai sudah mulai bekerja. Mereka tiba di toko pukul tujuh dan semuanya membagi tugas, ada yang membersihkan etalase, ada yang menyapu, ada yang melap kaca dan ada yang mulai menyiapkan bahan untuk membuat kue dan roti. Toko kue milik Arumi buka pukul delapan pagi. Saat jam menunjukkan pukul setengah delapan, satu orang pegawai tetap di toko sementara tiga pegawai mulai masuk ke dapur untuk mulai membuat kue dan roti. Arumi yang memakai celana jeans, kaos putih dan outer hitam membuka pintu toko kuenya. "Selamat pagi Mbak Arumi," sapa Eri yang ada di dekat etalase saat menyadari sang owner masuk. "Pagi juga, Eri," jawab Arumi sambil tersenyum. Arumi merasa sangat senang jika sudah masuk ke toko kuenya. Ia langsung naik ke lantai atas untuk menyimpan tas andalannya. "Untunglah aku punya toko ini." "Setidaknya aku tak punya kegiatan dan bisa melupakan si ian menyebalkan itu," gumam Arumi sambil membuka pintu kerjanya. Di tempat lain Brilliant sudah tiba di perusahaan Antara. Perusahaan tempatnya bekerja. Brilliant memilih bekerja di luar dengan alasan ingin punya pengalaman kerja yang tidak ada hubungannya dengan perusahaan milik ayahnya, Kenan El Zein. Jabatannya tak main-main, ia adalah seorang manajer keuangan dan orang kepercayaan direktur utama. "Selamat pagi tuan Brilliant," seorang satpam yang berjaga di pintu masuk menyapa Brilliant dengan senyuman. "Pagi juga," jawab Brilliant tanpa senyum dan langsung masuk. Sementara satpam tak merasa kecewa sama sekali. Karena sikap Brilliant memang begitu adanya. Saat Brilliant berjalan ke arah lift beberapa karyawan perempuan memperhatikan lelaki bertubuh tinggi dan mempunyai wajah tampan itu. Tapi Brilliant mengabaikan mereka semua. Beberapa karyawan wanita saling berbisik saat Brilliant melewati mereka. "Sayang banget ya, si ganteng udah ga duren lagi," ucap salah seorang wanita. "Apaan tuh duren?" Tanya rekannya yang lain. "Ih kamu ini." "Duren itu duda keren!" Seru wanita lainnya "Yaaa, sangat mengecewakan kalau sudah menikah, padahal pak manajer itu kan pewaris El Zein Grup," ucap salah satu mereka dengan lemS "Sudahlah, kita ke ruangan kita lagi, kalau ketahuan ngerumpi bisa habis kita," ajak wanita yang pertama bicara. Ketiganya pun berjalan kembali. Kabar pernikahan Brilliant memang sudah tersebar di perusahaan itu. Karena ternyata ada salah satu karyawan yang mengetahuinya. Brilliant sudah tiba di lantai dua. Ia keluar dari lift dan berjalan ke arah ruangannya. Seperti biasa, kedatangan Brilliant disambut oleh sang sekretaris pribadi. "Selamat pagi tuan," sapa wanita yang memakai blazer hitam. "Pagi juga Clara," jawab Brilliant datar. "Apa agenda saya hari ini?" tanya Brilliant. Clara pun dengan sigap mengambil tab diatas meja dan menyebutkan agenda Brilliant hari itu. Setelah mendengar semua, Brilliant pun masuk ke ruang kerjanya. Perusahaan Antara adalah perusahaan besar dan Briliant yang merupakan manajer sekaligus orang kepercayaan Direktur utama membuat dirinya sibuk. Clara kembali duduk dan mengerjakan tugasnya, menyusun data di komputernya. Sore harinya. Arumi keluar dari toko bersamaan dengan keempat pegawainya. Seperti biasa, toko Arumi tutup tepat pukul lima sore. "Mbak kami duluan ya," ucap Kiki. "Iya, kalian hati-hati ya," jawab Arumi. Keempat pegawai Arumi pun mengangguk dan tersenyum. Setelah itu mereka pergi meninggalkan Arumi. Arumi menarik nafasnya dan menghembuskannya secara perlahan. "Ah, rasanya malas sekali aku pulang ke rumah. Tapi aku harus tetap pulang," ucap Arumi pelan. Arumi melihat tak ada taksi yang melintas. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berjalan di trotoar. Tak lama setelah Arumi berjalan, Arumi mendengar klakson mobil. Arumi menghentikan langkahnya dan ia melihat ke arah samping. Sebuah mobil sedan merah berhenti tepat di samping Arumi, tak berselang lama seorang laki-laki tampan keluar dari kursi kemudi. "Rupanya sudah pulang," ucap lelaki itu. Arumi cukup kaget melihat sosok itu. Lelaki yang tak lain rekan kerjanya dulu, Faiz 'Malas sekali aku ketemu dia,' batin Arumi "Ayo pulang bareng," ajak Faiz. Arumi langsung menggelengkan kepalanya seraya berkata, " tidak usah." Faiz pun mengerutkan keningnya. Arumi kembali melangkahkan kakinya. Dengan cepat Faiz menutup pintu mobilnya dan mengejar Arumi yang semakin menjauh. Faiz langsung memegang tangan Arumi hingga Arumi menghentikan langkahnya. Dan ia langsung melihat tangan Faiz yang memegang tangannya. Menyadari itu Faiz langsung melepaskan tangannya dari Arumi. "Hanya antar pulang saja, tidak lebih," ucap Faiz dengan wajah memohon. "Aku janji tak akan berbicara apapun," ujar Faiz kemudian sambil membentuk jari telunjuk dan tengah menyerupai huruf V. Arumi sebenarnya malas bertemu dengan Faiz karena Faiz selalu mengatakan ia menyukai dan ingin menikahi Arumi, sementara Arumi sama sekali tidak tertarik dengan Faiz. Salah satu alasan Arumi tidak tertarik pada Faiz adalah karena Faiz adalah lelaki yang di sukai Bela adiknya dan ia juga adalah playboy. Arumi tetap diam. Hingga akhirnya sebuah mobil mewah berhenti dan membuat Arumi dan Faiz melihat ke arah mobil itu. Arumi tahu benar itu mobil siapa, sementara Faiz bertanya-tanya. 'Mobil siapa? Mewah sekali,' batin Faiz. Brilliant keluar dari mobil itu dan memberi syarat agar Arumi masuk ke mobil. 'Aku cari aman sajalah, daripada aku menolak dan dia mengatakan aku sudah menikah,' batin Arumi. Arumi melihat ke arah Faiz. "Aku tidak bisa pulang denganmu," ucap Arumi. "Siapa dia?" Tanya Faiz sambil mengarahkan dagunya pada Brilliant yang setia berdiri di samping mobil. "Om ku," jawab Arumi sekenanya. Dan jawaban itu membuat Faiz tersenyum. 'Om?' Batin Brilliant dengan mengerutkan keningnya. Faiz pun mempersilahkan Arumi untuk pulang bersama Brilliant. "Oke, kalau itu om kamu. Semoga lain waktu aku bisa mengantarmu pulang seperti dulu," harap Faiz. Brilliant dapat mendengar apa yang dikatakan Faiz pada Arumi. Arumi mengangguk lalu ia berjalan mendekati mobil Brilliant. Sementara Brilliant langsung masuk ke mobil. Arumi masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Brilliant. Brilliant langsung melajukan mobilnya. Arumi memanyunkan bibirnya. Ini adalah kali kedua ia semobil dengan musuhnya itu. "Pakai sabuk pengamanmu," pinta Brilliant dingin. Arumi pun langsung mematuhi perintah Brilliant karena tak mau berdebat dengan suami dinginnya itu. Lima belas menit kemudian, saat di daerah sepi Brilliant menepikan mobilnya, Arumi merasa heran. Setelah mesin mobil mati, Brilliant berseru sambil melihat ke arah Arumi, "hei gadis bar-bar!" Arumi langsung melihat ke arah Brilliant. "Kamu mau cari mati?" tanya Brilliant dengan tatapan membunuh dan mendekatkan wajahnya pada Arumi. Arumi memundurkan kepala menghindari Brilliant. "Ma-maksudmu apa?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN