Bagian empat

1148 Kata
"Kau siapa!" pekik Lethisa. Pria itu menoleh, alisnya naik sebelah sedangkan sebelah tangannya berada di kepala mengusap rambutnya yang basah. "Haruskah aku menjawabnya?" jawab pria itu masa bodoh sembari masuk ke walk in closetnya memilih beberapa pakaian untuk dipakai. Lethisa berlari keruang tengah jangan-jangan yang dimaksud di dalam kontrak itu adalah pria tadi dan apartemen ini sebenarnya milik pria yang belum Lethisa kenal itu?. "Kau jaga rumah aku akan kembali nanti malam" Pria itu melewati Lethisa tanpa menatap atau menyapa terkesan sangat dingin. Tanpa sadar Lethisa lupa bagaimana caranya bernafas untuk beberapa saat ketika pria tadi lewat di depannya. Sifatnya lebih dingin ketimbang wajahnya padahal ini pertama kali Lethisa bertemu dan ia langsung dibuat tidak suka dengan sikapnya. Kepala Lethisa menoleh kearah jam dimana waktu menunjukan pukul tujuh malam jadi apa dirinya akan tinggal satu apartemen dengan pria sedingin itu?. Lethisa segera menggeleng kemudian mencari kamar lain yang sekiranya bisa dia tempati agar tidak satu kamar dengan pria tadi bisa saja pria itu nantinya mengambil kesempatan saat Lethisa sedang tidur. Untung nya ada dua kamar didalam apartemen itu membuat Lethisa bersyukur menghela nafas lega. Ben bilang apartemen ini juga adalah miliknya jadi artinya terserah Lethisa akan melakukan apa, wanita itu membuka lemari pendingin dimana hanya ada bir dan beberapa makanan ringan tidak ada yang bisa Lethisa masak jika didalam tidak ada sayuran atau sesuatu yang dapat dimasak. Untungnya tadi Lethisa sudah makan jadi tidak begitu lapar untuk membuat makanan, satu kaleng bir dan makanan ringan Lethisa keluarkan dari lemari pendingin kemudian duduk di sofa sembari menonton televisi. Menikmati rumah baru dengan cara seperti ini tidak salah bukan?. Masa bodoh soal pria dingin tadi yang penting Lethisa sudah tanda tangan kontrak jadi apartemen ini miliknya juga atau Lethisa akan menuntut Ben dengan tuduhan penipuan jika yang tertulis di dalam kontrak itu bohong. Tanpa sadar Lethisa telah menghabiskan dua kaleng bir dan itu membuat kepalanya sedikit pusing sampai membuatnya ketiduran di sofa. _____ Dengan posisi setengah sadar antara mimpi dan kenyataan, tubuhnya seperti terangkat, melayang di udara dan jatuh di atas awan yang empuk nan hangat. Sentuhan hewan udara mengenai kulitnya, kasar dan panas, tak mampu membuatnya berkata kata selain tersenyum dengan mata terpejam mengusap kepala burung dara putih yang hinggap di dadanya. Sulit baginya membedakan apakah ini mimpi atau nyata karena selama 23 tahun hidup Lethisa, dia tumbuh menjadi seorang gadis yang penuh dengan masa yang kurang menyenangkan. Awan yang ditempatinya bergerak di ikuti hembusan angin mengenai wajahnya hingga rasanya geli. Sesuatu menimpa tubuhnya berat dan sesak, tangannya berusaha mendorong menyingkirkan benda yang menimpanya, tapi tangannya justru terasa seperti jeli yang tak mampu bersikap lebih kuat layaknya besi. Hawa dingin menerpa, tiba-tiba awan putih yang terlihat berubah menjadi hitam pekat. Lethisa bersiap untuk lari, dia sudah membuka kedua kakinya lebar-lebar untuk melangkah menghindari awan yang mengerikan itu tapi hal tak terduga terjadi, ada sesuatu menusuk dibagian bawah selangkangannya dan itu sangat sakit membuatnya tanpa sadar menjerit kesakitan, bagaimana bisa mimpi terasa begitu nyata bahkan rasa sakitnya pun sangat jelas. Lethisa yakin itu hanyalah mimpi dan saat ia bangun pasti semua akan kembali normal. Lethisa sudah biasa hidup dengan banyak luka bahkan dalam mimpi pun ia merasa kesakitan. Ini sangat lucu ketika di dalam mimpinya kali ini rasa sakit itu terasa berbeda membuat sekujur tubuhnya menegang ketika merasakannya. Ada suara yang tak jelas tertangkap oleh indra pendengarannya, meski yakin itu milik seorang pria, Lethisa tetap berpikir jika yang sedang ia rasakan saat ini hanyalah mimpi. Benda yang menusuk bagian bawahnya bergerak tajam dan kuat, entah benda apa itu sampai membuatnya menjerit beberapa kali sesuai dengan dorongan dan hentakan yang dia terima. Semua benar-benar seperti mimpi atau memang hanya mimpi, entahlah. Lethisa sendiri sampai tidak tau cara membandingkannya dibawah pengaruh alkohol yang diminumnya tadi, mengungkapkan emosi yang ada dalam dirinya dengan cara seperti apa. Lethisa menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman, namun air matanya menetes membasahi wajahnya cukup deras. Rasa sakit dari benda yang menusuknya dibawah sana berhenti selain menyisakan rasa perih yang berbaur dengan kepedihan dalam hatinya. Tapi, anehnya Lethisa dapat melihat sosok malaikat bersayap datang menghampiri lalu mengusap air matanya memintanya untuk tak lagi meneteskan air mata. Kehangatan diterima oleh tubuh Lethisa untuk menyingkirkan rasa dingin dan luka yang dia terima setelah itu semua terlihat samar bahkan malaikat bersayap nya pun mulai tak terlihat sebelum meninggalkannya. Sekali lagi Lethisa tersenyum dalam kepedihan, apakah semua orang akan pergi meninggalkannya? Semua mimpi yang baru saja ia rasakan sirna saat dia terlelap dalam kegelapan yang siapapun tak dapat menariknya dari sana. ___ Sinar matahari menyinari wajah cantik Lethisa yang terpejam, tubuhnya terasa sakit semua seperti baru saja dihajar oleh seseorang, matanya menyipit melihat kamar yang cukup asing baginya. "Ini dimana?" gumam Lethisa bingung. "Ouch..!" meringis merasakan perih dibagian sel*ngkangan nya, Lethisa mendelik segera melihat kondisinya yang tanpa busana, bagaimana bisa? Semalam ia ketiduran di sofa lalu siapa yang melakukan ini, siapa yang menyentuh tubuhnya?. Lethisa tidak menjerit atau berteriak kaget ketika pria kemarin menatapnya dari samping, buru-buru Lethisa menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. "Apa kau tau ini adalah pemerkosaan aku bisa melaporkanmu ke polisi!" ancam Lethisa sembari menunjuk pria itu. Pria itu bergerak mengubah posisinya menjadi duduk. "Kau yang menyerahkan tubuhmu lalu apa aku salah menikmatinya dengan kekuatanku?" katanya. Lethisa memijit keningnya yang masih sedikit pusing, jadi yang tertulis di kontrak itu benar-benar pria ini dan dia telah mengambil keperawanan Lethisa saat Lethisa tidak dalam keadaan sadar. "Apa yang kau pikirkan? Apa kau menyesal aku telah menidurimu dan mengambil mahkotamu yang berharga itu?" "Siapa namamu, aku harus tau itu lebih dulu." Lethisa balik bertanya. "Darian." Jawab Darian sembari menuangkan wine kedalam gelas. "Aku tidak menyesal kau telah meniduriku tapi––" Lethisa membuang nafas berat. "––KENAPA KAU MEMBUAT BANYAK BERCAK MERAH DI TUBUHKU! APA KAU TIDAK TAU HARI INI AKU ADA PEMOTRETAN!" maki Lethisa kesal sambil memberondongi pukulan di tubuh Darian menggunakan bantal dan kakinya. Darian tidak jadi meneguk wine nya untuk menghentikan gerakan Lethisa yang menendang dan memukulinya hingga nyaris jatuh dari tempat tidur. Kedua tangan Darian menahan gerakan Lethisa. "Hentikan!" ujar Darian. Nafas Lethisa naik turun karena kesal memikirkan bagaimana caranya dia menyembunyikan bercak merah itu dari tubuhnya ketika baju yang akan dipakai hari ini sama seperti kemarin yang mengekspos tubuh indahnya. Darian melihat da-da Lethisa yang naik turun, menyadari tatapan me$um Darian, Lethisa segera memperbaiki selimutnya. "Apa kau puas!" pekik Lethisa. Darian menyeringai mendekatkan wajahnya ke arah Lethisa. "Tentu saja belum, bagaimana bisa aku puas dengan lekuk indah tubuh menggodamu? Rasanya aku ingin memanjakanmu lagi." katanya. "Apa? Tidak! Menjaulah dariku!" Lethisa mendorong Darian bahkan berusaha mempertahankan selimut untuk menutupi tubuhnya, namun Darian tetap berhasil menjauhkan pengganggu itu. "Sekarang kau sudah sepenuhnya sadar jadi aku akan mengulangi kegiatan panas semalam agar kau tidak melupakan bagaimana caraku memuaskanmu." ucap Darian sembari menahan kedua tangan Lethisa yang terus memberontak. "Jangan! Tidak itu–– Aahhh..!!!!" ______ Ahhhh kalo gak ada yang komen gak up sampai dua minggu XD
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN