⭐Part 7⭐

2550 Kata
Dengan langkah lebarnya, Yuda buru-buru masuk ke dalam lift agar dirinya cepat sampai ke dalam apartemennya. Rasa nya dia ingin segera menyelesaikan masalah yang membuat sang istri tidak mau dekat dengannya.  Ketika sudah sampai di depan apart-nya, Yuda segera menekan password yang sudah dia hafal di luar kepala. Hening. Yuda mengedarkan pandangannya, seraya memanggil Afra.  "Bee? Sayang, kamu di mana?" teriak Yuda dengan suara yang di kencangkan. Merasa namanya terpanggil, Afra melepaskan cuciannya. Dan membilas tangannya yang penuh dengan busa. Dirinya memang sedang mencuci pakaian, walaupun Yuda sudah berulang kali melarangnya tapi tetap saja, namanya juga Afra. Keras kepala. Dia selalu beralasan, membunuh kebosanan.  "Apaan sih Mas? Dateng-dateng teriak-teriak. Ini tuh ruangan bukannya hutan!" semprot Afra dengan nada tidak santainya.  Yuda memicingkan matanya, melihat dari ujung kepala sang istri sampai kakinya. Baju yang di kenakan Afra, sebagian basah. Dan sang istri pun keluar dari dalam kamar mandi.  "Kamu nyuci?" Afra gelagapan, bingung ingin menjelaskan seperti apa. Dia hanya bisa menundukan kepalanya. Yuda tahu, jika istrinya sudah berperilaku seperti itu pasti apa yang ditanyakannya memang benar terjadi. Baru saja Yuda ingin mendekat ke arah istrinya, dia sudah membekap mulutnya sendiri dan segera berlari ke westafel.  "Huek... Huekk..." semua yang ada di dalam perutnya keluar begitu saja, tanpa sisa. Yuda membantu Afra memijat lehernya. Bukannya merasa terbantu, Afra langsung menyiak tangan Yuda yang bertengger di lehernya. "Mas jauh-jauh ih." rengek Afra, dia sudah tidak tahan. Air mata langsung keluar begitu saja. Awalnya Yuda ingin marah, tapi melihat kondisi istrinya seperti itu dia langsung memundurkan dirinya.  Setelah dirasa sudah cukup untuk memuntahkan isi perutnya, Afra membilas mulut dan mengelapnya dengan tissue. Lalu membalikan badannya ke arah sang suami.  Ditatapnya Yuda dengan pandangan yang sulit di artikan, "Mas." Afra kembali mengeluarkan rengekan manjanya kepada Yuda. Pasalnya dia ingin dipeluk di kondisinya yang seperti ini.  Dia sangat membutuhkan suaminya, tapi apa daya. Anak yang ada di dalam kandungannya menolak untuk berdekatan dengan pipinya. Yuda melunak, yang tadinya ingin memarahi sang istri langsung sirna amarahnya.  Akhirnya dia memutuskan untuk menelfon Baby, sepertinya adiknya sudah tidak ada jam kuliah lagi. Untung, Baby bisa mampir ke apartemennya. Afra berjalan dengan tertatih menuju sofa ruang tengah, badannya terasa lemas sekali. Ingin meminta bantuan suaminya, tapi pasti hawa mual itu datang kembali.  Tidak lama kemudian apartemennya ada yang mengetuk. Pasti itu adiknya, fikir Yuda. Karena Baby memang kebetulan sedang berada di sekitar apartemen.  "Ya Allah Kak Afra," Baby panik melihat kondisi kakak iparnya seperti orang yang habis dianiaya, lemas tak berdaya. Dengan cekatan, Baby menuju dapur untuk mengambil air panas di termos dan memberikan kepada Afra. Baby melihat kearah masnya, sungguh tatapan masnya seperti orang yang tidak ada daya hidup.  Dia paham, pasti kakak iparnya seperti ini faktor kehamilan. Tadi Yuda sempat menceritakan sedikit kronologinya dan dia dapat langsung menyimpulkan.  "Mas," panggil Baby. Yuda tersentak dari lamunannya.  "Iya By?" Yuda kaget, Afra sudah menangis dipelukan Baby sambil memanggil namanya. Demi apapun, jika ada yang bisa menghentikan ngidam sialan ini akan dia bayar semahal apapun! Asal istri tercintanya tidak menangis seperti itu.  Hatinya merasa tercabik-cabik. Yuda lebih baik menuruti ngidam istrinya yang aneh-aneh, dari pada dia di haruskan dengan kondisi seperti ini. Ternyata tidak lama kemudian, Afra tertidur dipelukan Baby. Mungkin saking lelahnya dia, tadi habis mencuci lalu memuntahkan semua isi perutnya.  Yuda menghampiri keduanya, dengan perlahan tanpa mengusik sedikit pun, dia menggendong Afra ala bridastyle menuju kamarnya. Sebelum istrinya terbangun dan menyium bau tubuh nya.  "Makasih ya Dek, tadi Mas udah bingung mau ngelakuin apa." keluh Yuda setelah meletakkan istrinya di atas kasur dan memastikan Afra tidur dengan nyenyak. "Iya Mas. Untung tadi aku lagi di deket sini, jadinya ngga lama meluncur ke sini."  "Sabar ya Mas. Maklumin aja kak Afra begitu, itu pasti bukan dianya kok yang mau. Pasti debaynya deh." ujar Baby menenangkan masnya.  Kelihatan sekali, tampang Yuda awut-awutan. Di saat dirinya ingin selalu ada disamping sang istri, tapi anak-anaknya yang ada di dalam perut menghalanginya.  "Yaudah, kak Afra juga udah tidur. Aku pulang dulu ya Mas, semoga nanti kalo udah bangun ngga begitu lagi ya." Baby pamit pulang. Baru saja Yuda mau menemaninya sampai lobby, dia melarang.  Biar Yuda menemani Afra saja, dirinya bisa pulang sendiri. Yuda menganggukan kepalanya, dan membiarkan sang adik keluar dari apartemen. Perlahan dia berjalan kearah kasur, dan duduk di pinggir sana.  Yuda mengelus kepala istrinya, mumpung sang istri sedang terlelap jadi dia bisa melakukan hal seperti ini. Jika istrinya sadar, dipastikan dirinya tidak bisa mengelus kepala sang istri. Jangankan mengelus, berdekatan saja sudah membuat isi perut Afra keluar tak tersisa.  Setelah mencium kening sang istri lumayan lama, Yuda beranjak guna membersihkan dirinya. Karena matahari pun sudah mau tenggelam dan digantikan dengan bintang yang bersinar.  ****  Perlahan Afra membuka matanya. Diraba sampingnya, kosong. Dia tidak menemukan siapapun. Tidak biasanya dia bangun didahulukan oleh sang suami. Dia menginjakan lantai kamar, dan berjalan dengan pelan menuju kamar mandi guna membasuh mukanya dan menggosok gigi.  Dia sangat merindukan suaminya, rasanya ingin memeluk sang suami. Sungguh. Dirinya merasa tersiksa mengingat dua hari kemarin dia tidak mau berdekatan dengan suami sendiri. Dengan terburu-buru nya Afra melakukan ritual paginya dan bergegas mencari sang suami. Baru saja kakinya mengijakan lantai di luar kamar, hidungnya sudah mencium bau semerbak dari arah dapur. Dapat di pastikan, Yuda sedang berkutat dengan alat dapur.  Afra mengamati Yuda dari belakang, suaminya sangat sigap memasukan bahan-bahan yang mau diolahnya. Tidak lupa dengan ponsel dihadapannya yang menampilkan tutorial memasak.  Dia mau menguji dirinya sendiri, apakah masih akan tetap mual jika berdekatan dengan suaminya. Selangkah demi selangkah, Afra mendekati Yuda. Tapi suaminya belum juga menyadari kehadirannya, saking seriusnya dia mengolah masakan.  Tepat di belakang punggung sang suami, Afra tidak merasakan mual sama sekali. Dia maju selangkah lagi demi memastikan. Berhasil. Dia tidak mual mencium aroma tubuh suaminya. Langsung saja, Afra memeluk tubuh Yuda dari belakang. Awalnya Yuda tersentak kaget, ketika dia menyadari ada yang memeluknya dari belakang. Demi memastikan tebakannya benar, Yuda mematikan kompor dan membalikan badannya ke belakang. Ternyata benar tebakannya.  "Bee?" tanya Yuda tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sang istri memeluknya dari belakang dan menghirup aroma tubuhnya. Rasanya seperti mendapatkan undian menakjubkan. Mungkin lebih dari itu.  "Mas," Yuda langsung menarik tubuh Afra ke dalam pelukannya. Dan menciumi kepala sang istri tiada henti. Sampai air matanya menetes, biarkan orang bilang dirinya lebay. Karena orang itu tidak pernah ada di posisinya saat ini.  "Mas kangennn." rengek Afra. Walaupun berada di atap yang sama, tapi Afra merasa jauh dengan suaminya. Dia juga tidak menyalahkan kemauan buah hatinya, mungkin ini memang sudah jalannya.  "Aku juga bee," Yuda tambah mengeratkan pelukannya, tapi tidak lupa juga jika mereka terhalangi oleh perut besar Afra.  Yuda menguraikan pelukannya, lalu membingkai wajah sang istri yang terlihat sangat menggemaskan.  Cup,  Sekilas Yuda mencium kening istrinya, merasa bersyukur jika penderitaannya sudah berakhir.  "Kamu duduk ya di meja makan, dikit lagi aku selesai buat nasi goreng." pinta Yuda seraya menggiring Afra untuk duduk di kursi meja makan. Afra menuruti saja, tanpa mengelak sedikit pun.  Setelah memastikan istrinya duduk tenang di kursi meja makan, Yuda melanjutkan kembali acara masaknya yang tertunda. Tidak lama setelah itu, nasi goreng mata sapi pun sudah tersaji didepan keduanya. Afra mendorong piring nasi goreng yang ada didepannya. Yuda mengernyitkan dahinya, ada apa? Apa masakan nya tidak enak? Padahal istrinya belum mencicipi sama sekali.  "Kamu ngga mau?" tanya Yuda pelan, dia tidak mau menimbulkan masalah lagi dengan istrinya. Bukannya menjawab, Afra malah menarik piring Yuda supaya berada di antara keduanya. Lalu dirinya membuka mulut.  Yuda tersenyum, ternyata istrinya mau makan sepiring berdua dengan nya. Kenapa tidak bilang saja? Apa susahnya?  Akhirnya sepiring nasi goreng tandas dengan cepat. Afra baru ingin beranjak dari kursi, tapi Yuda segera mencegahnya. Dia menyuruh Afra supaya menunggunya saja di ruang tengah. Biar dirinya yang membereskan piring dan lainnya.  Afra menurut dan menunggu suaminya sambil menonton serial kartun dua bocah kembar dari negeri sebrang. Itu menjadi salah satu kartun animasi favoritenya. Yuda langsung memposisikan dirinya disamping sang istri seraya merangkul bahunya. Jika kemarin-kemarin istrinya akan mengelak dan berujung memuntahkan isi perutnya, berbeda dengan sekarang. Afra malah menyender di dadanya, mencari tempat ternyaman direngkuhan suaminya. Jika sudah seperti ini, maka keduanya akan lupa segalanya.  ****  Mendengar kabar sahabatnya menderita akibat ulah sang adik, Bobby berinisiatif mengunjungi apartemen adiknya setelah jam kantor usai. Niat buruk sebenarnya yang dia bawa. Tapi dia tidak mau datang melihat penderitaan sahabatnya seorang diri, tentu saja dia mengajak para sahabatnya yang lain. Seperti Vino, Refal dan Doddy.  Sangat kebetulan, ketiganya sedang tidak ada kesibukan. Jadilah mereka malam ini berkunjung. Dirinya dengan ketiga sahabatnya itu langsung janjian di parkiran apartemen Yuda. Mereka datang pun tanpa memberi tahu sang empu. "Bob, lu beneran si Afra ngidam begitu?" tanya Refal memastikan. Dia belum percaya dengan informasi yang disampaikan Bobby.  "Ck, elah lu mah kagak cayaan ama gue. Orang Mami sendiri yang bilang, Mami tau dari bundanya Yuda." jika sudah menyangkut mami Gina, di pastikan berita yang mereka terima akurat dan terpercaya. Keempatnya berjalan dengan santai menuju kamar Yuda.  Memang dasarnya sudah mempesona, sepanjang jalan tatapan dari para wanita tidak dielakkan lagi. Ke empat nya sudah biasa, jika di tatap seperti itu oleh kaum hawa. Tapi mereka tidak menghiraukan sedikit pun.  Sesampainya mereka di depan pintu bingung. Jika mereka mengetok atau memencet bel yang ada bukan kejutan. Untungnya Vino, yang dulu memang sering menginap di apartemen Yuda masih menghafal passwordnya. Dan benar, tidak di ganti oleh sang empu. Samar samar mereka mendengar suara orang tertawa ria di ruang tengah. Tanpa menaruh rasa curiga, Bobby berjalan memimpin di antara ke empatnya. Seketika mereka berhenti, melihat pemandangan di depannya.  Mereka melihat, Yuda sedang tertawa ria bersama dengan istrinya. Jangan lupakan kondisi Afra yang tidak memakai sehelai benang di kepalanya.  "Ehm," deheman Bobby menghentikan aksi sepasang suami istri yang sedang bersenda gurau. Keduanya menoleh ke sumber suara.  Betapa terkejudnya Afra, di sana ada ketiga mantan dosen dan jangan lupakan abang sengkleknya. Yuda buru-buru memasangkan kain yang ada di sekitarnya. Dia menggeram kesal, melihat kedatangan para sahabat tidak tau dirinya.  Datang bertamu di waktu yang tidak pas. Dan belum mengabarinya barang sedikit pun.  Yuda langsung menyuruh Afra masuk ke dalam kamar. Untungnya, sang istri mengenakan piyama berlengan panjang. Tidak sedang memakai daster seperti kemarin sore. Yuda berdiri dari duduknya dan menyuruh ketiga sahabatnya untuk duduk, tapi dengan isyarat mata. Dalam hati mereka masing masing menyalahkan informasi sialan dari Bobby.  Dari mana tersiksanya Yuda? Bahkan mereka melihat dengan mata kepala sendiri bahwa sahabatnya sedang asik bersenda gurau dengan sang istri.  "Ehm," Yuda menetralkan emosinya dulu, supaya tidak meluap dan menyemprot omelan kepada sahabatnya satu persatu.  "Ngapain lu pada ke sini?" tanya Yuda dengan nada tidak bersahabat. Sedangkan yang di tanya, bukannya menjawab malah menatap kearah Bobby secara bersamaan. Bobby yang diserang dengan tatapan seperti itu pasrah, lagian ini idenya bukan? Baru saja dia ingin membuka mulut, Afra datang membawa minuman di nampan putih, memang pengertian sekali adiknya ini. "Silakan Pak, maaf cuman ada ini di sini." ujar Afra seraya meletakkan cangkir minuman di depan mantan dosennya. Tepat ketika bola matanya bertemu dengan abangnya, Afra menatap tak kalah sinis. Bahkan bola matanya jika bisa keluar kemungkinan sudah menggelinding entah ke mana.  Afra yakin, sangat yakin malah. Jika ada udang di balik batu. Tidak mungkin di jam pulang kerja seperti ini, ketiga mantan dosennya dan abang lucknatnya mau repot-repot datang ke sini. Pasti dalangnya Bobby.  Begitu pula yang ada di fikiran Yuda, tidak jauh berbeda dengan sang istri. Melihat bagaimana tingkah absurd yang menjadi kakak iparnya.  "Bee, masuk." titah Yuda setelah melihat istrinya sudah menyuguhkan minuman. Afra menuruti apa yang di bilang Yuda. "Maksudnya apaan? Ngga mungkin lu pada ngga ada angin, ngga ada ujan dateng ke sini. Pasti ada udang di balik batu." Bobby Bingung, ingin jujur atau tidak. Jika dirinya jujur maka tamat lah riwayatnya, tapi jika berbohong, kebohongan apa yang akan di ciptakan nya?  "Ya-aa gue pengen liat adek gue Yud. Nah berhubung ngga ada temen, ya ngga ada salahnya, gue minta temenin ama mereka." jelas Bobby, dengan kebohongan yang hakiki. Yuda memicingkan matanya, tidak percaya dengan apa yang diucapkan abang iparnya.  "Elah, pake boong lu Bob. Gini Yud, tadi tuh niatnya kita rame rame ke sini pengen liat elu. Kata si Bobby, Afra ngidamnya aneh, ngga mau deket deket ama lu gitu." ceplos Refal dengan tampang tidak merasa bersalah sedikitpun.  Vino dan Doddy sudah pasrah, apa yang akan dilakukan sahabatnya itu. Memang, Refal tidak bisa di andalkan sekali, fikir mereka semua. Yuda menghembuskan nafasnya secara kasar. Dia sudah menduga, jika kedatangan para sohibnya pasti ada maksud tertentu. Apa lagi tadi sampai tidak mengetuk pintu terlebih dahulu dan langsung masuk begitu saja.  Dia menebak, pasti Vino yang masih hafal password apartemennya. Ingatkan Yuda untuk mengganti password apartemennya, hanya dirinya dan sang istri yang boleh mengetahui.  "Bingung lah gue pengen ngomong apaan ama lu lu pada. Kalo lu mau liat, aturan kemaren atau tadi pagi. Gue jamin, kalo lu liat pasti lu bakal ngetawain gue abis abisan. Tapi kalo sekarang ya udah telat lah, orang bini gue udah balik lagi. Malah doi pengen deket-deket gue mulu." jelas Yuda panjang kali lebar.  "Hehe, ya maaf Yud." ujar Vino mewakili semuanya. Hening seketika suasana.  "Pasti belum pada makan kan? Yuk makan dulu, Afra udah masak lumayan banyak." ujar Afra datang datang ke ruang tengah saat keheningan melanda. Yuda langsung melihat kearah istrinya, kapan istrinya masak? Perasaan baru saja istrinya berlalu dan Yuda menyuruhnya untuk masuk kamar bukan ke dapur.  "Tadi aku masak bentar, kesian temen-temen kamu pasti belum pada makan malem." niat Afra memasak supaya suasana tidak canggung saja dan tujuan yang lainnya supaya sang suami tidak murka dengan apa yang dilakukan para sahabatnya. Tanpa menunggu jawaban Yuda, Bobby langsung berjalan kearah dapur dan merangkul adiknya yang tadi berdiri tidak jauh dari ruang tengah.  "Sayang Adek, the best deh kamu mah yaa." puji Bobby seraya menarik hidung Afra. Dia merasa terselamatkan dari kemurkaan Yuda. Afra mencebikan bibirnya. Ketiga sahabatnya yang lain menunggu persetujuan dari Yuda. Tidak mungkin asal melangkah seperti Bobby.  "Mas," teriak Afra melihat sahabat-sahabat suaminya yang lain belum datang ke meja makan.  Yuda menghembuskan nafasnya terlebih dahulu, "Gidah susul Bobby." baru setelah Yuda mengatakan itu, ketiganya menyusul Bobby ke meja makan. Yuda pun ikut menyusul, dia juga tidak mau melewatkan masakan terenak setelah masakan bundanya.  Masakan ibu dari anak-anaknya. Akhirnya suasana hening yang terdengar hanya detingan sendok dan garpu yang beradu di atas piring sebelum Bobby memulai keributan. Seperti biasa, dengan keisengannya yang tiada tara. Seketika atmosfir di ruangan tersebut sudah mencair akibat ulah Bobby dan keisengannya.  Afra senang, caranya berhasil membawawa suasana tidak mencekam seperti tadi. Afra melihat kearah suaminya yang sudah ikut tertawa bersama sahabatnya yang lain. Yuda yang merasa sedang ditatap, dia menoleh kesamping. Ternyata bidadarinya sedang menatap kearahnya. Yuda tersenyum menyejukan hati Afra seraya mengelus kepala istrinya.  Dia amat bersyukur memiliki pendamping hidup seperti Afra. Bisa mengendalikan suasana, dan merubah atmosfir sekitar. Dengan cara apapun yang dia bisa. Seperti sekarang, dengan mengajak tamu sialan dadakannya, suasana tidak canggung seperti tadi.  Perlahan Yuda mendekatkan dirinya kearah Afra, tanpa mengiraukan ke tiga orang didepannya yang sudah menantikan apa yang akan di lakukan Yuda. Afra menutup matanya, melihat Yuda mendekat kearahnya.  Cup,  Yuda mencium di dahi istrinya, "Ehm." deheman seseorang menyadarkan keduanya, Afra merasa sangat malu ketika Yuda menciumnya dihadapan para mantan dosennya dan jangan lupakan keberadaan abang lucknatnya. "Liat tempat kalo mau mesum." ledek Bobby yang langsung mendapat lemparan jeruk limau di kepalanya. Bobby pun tahu siapa pelakunya, siapa lagi jika bukan adik terkasihnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN