Bab. 26

1816 Kata
      Jam dinding sudah menunjukkan pukul 7 malam. Dan aku baru selesai mandi. Hujan pun masih turun dengan sangat deras. Pun angin juga bertiup sangat kencang sampai terdengar bunyi jendela kaca kamar ku terpelantuk dengan sangat keras ke tembok. Aku terkejut. Lalu, aku langsung berjalan ke jendela kamar ku untuk mengunci nya. Ketika aku memegang gorden jendela kamar ku, benar saja gorden itu pun sudah basah karena terkena air hujan.        "Hufft! Dingin sekali," gumam ku. Aku langsung kembali berjalan ke depan lemari ku untuk mengambil baju dan celana tidur ku. Karena, aku teringat belum menghitung semua tabungan ku. Aku pun berniat menghitung uang tabungan ku sekarang. Tangan ku pun meraba-raba ke bagian pojok dalam lemari ku yang aku tumpuk-tumpuk dengan pakaian-pakaian ku untuk mengambil sebuah kotak yang aku jadikan untuk menaruh uang tabungan ku. Dapat! Pun aku langsung menarik kotak yang berukuran tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Tapi, aku terkejut ketika melihat tutup kotak yang aku gunakan untuk menaruh uang tabungan ku itu yang sudah tidak terkunci lagi. Gembok kotak itu sudah terbuka. Patah. Pun aku langsung membawa kotak tersebut ke arah kasur tempat tidur ku dengan perasaan yang sudah takut, deg-degan akan uang tabungan ku yang hilang. Dengan tangan gemetar aku membuka tutup kotak yang suda tak terkunci itu. Dan benar saja, ketika aku menghitung uang tabungan ku ternyata hanya ada 5 lembar uang seratusan. Aku ... Aku rasanya ingin menangis. Aku ... Bingung. Kemana pergi nya semua uang-uang itu. Tangan ku bergetar. Aku hanya bisa menatap nanar uang yang tersisa di dalam kotak tabungan ku itu. Sampai ketika, tiba-tiba pintu kamar ku terbuka.       "Aruna...," terdengar suara ibu yang memanggil ku dari belakang. Saat itu juga, air mata ku turun dengan sangat deras. Sampai tubuh ku bergetar. Dan mungkin saja ibu terkejut ketika tiba-tiba saja aku menangis dengan sangat keras nya, ibu langsung berjalan cepat dan memeluk diri ku. Aku langsung menangis di bahu ibu.        "Aruna.... Kenapa nak?" Aku tak menjawab pertanyaan dari ibu. Aku hanya bisa menangis, meratapi uang tabungan ku yang hilang.        "Sayang...," panggil ibu sambil mengusap-usap badan ku. "Sudah ya nak, hentikan tangisan kau. Ayo cerita dengan ibu," ucap nya lagi. Ibu belum menyadari di tempat ibu duduk itu ada kotak tabungan ku. Sampai aku yang sudah lelah menangis. Aku pun menghentikan tangisan ku, tapi masih dengan sesenggukan. Aku menarik kepala ku dari bahu ibu. Ibu menatap wajah ku. Ia mengusap wajah ku, menghapus sisa-sisa bekas air mata di kedua pipi ku dengan tangan nya yang lembut itu.        "Udah... Sekarang ayo cerita sama ibu. Kenapa kau tiba-tiba menangis seperti itu hm?" tanya ibu. Aku langsung saja mengambil kotak tabungan ku yang berada di belakang tempat ibu duduk dan langsung membuka tutup kotak itu dan ku arahkan kepada ibu agar ibu bisa melihat isi dari kotak tabungan ku itu. Dan benar saja, ibu pun terkejut melihat isi kotak itu yang hanya berisikan 5 lembar uang seratusan. Karena, selama ini hanya ibu lah yang mengetahui uang tabungan ku. Tidak dengan ayah.       "Aruna.... Ke.. kemana uang semua uang tabungan kau?" tanya ibu yang sedkit tergagap karena terkejut sekali melihat uang tabungan ku yang hanya tersisa 500 ribu saja. Karena, sebelum nya uang tabungan ku itu ada 2 juta. Uang sebanyak itu aku kumpulkan dari hasil aku ikut lomba-lomba selama aku sekolah. Dan ibu tau jumlah uang tabungan ku sebelum nya. Jadi, wajar saja ibu sangat terkejut seperti aku pertama kali membuka kotak tabungan ku tadi. Aku pun menggeleng menjawab pertanyaan dari ibu.        "Bagaimana bisa?" ucap ibu sangat heran. Ia memijit pelan kening nya itu.       "Ketika aku sudah memakai pakaian sehabis mandi. Aku berniat ingin menghitung uang tabungan ku. Aku mengambil kotak itu dari pojok dalam lemari di tumpukan-tumpukan pakaian ku lainnya. Ibu tau kan, aku selalu menyimpan kotak ini dimana... Dan ibu pasti tau kan kalau aku mengunci kotak ini dengan gembok kecil dengan kunci yang aku taruh di tumpukan buku-buku di meja belajar ku. Tapi, ketika aku menarik kotak ini dari tempat asal nya. Tutup kotak ini sudah tidak terkunci dan bahkan gembok nya saja sudah patah. Seperti di buka dengan paksa oleh seseorang. Dan benar saja ketika aku melihat isi nya uang tabungan ku sudah hilang banyak," ucap ku yang meneteskan kembali air mata ku. Aku tak sanggup. Ketika, dari dulu aku sangat susah payah sekali mengumpulkan uang ini, dan tiba-tiba saja hari ini uang ku sudah hilang banyak.          "Siapa yang ngambil? Tidak mungkin rumah kita ada maling," gumam ibu menatap ku. Aku pun sama berpikir dengan keras siapa pelaku pencuri uang ku ini. Ketika aku sedang berpikir, entah kenapa kejadian tadi pagi sebelum aku berangkat sekolah itu langsung terlintas di pikiran ku. Kejadian, yang mana ayah dengan tiba-tiba menanyakan tentang keuangan ku. Bukan nya aku menuduh ayah, bukan. Hanya saja, aku bingung kenapa bisa pas sekali dengan uang ku yang hilang malam ini?          "Ibu!" panggil ku. Ibu yang sedang berpikir juga pun terkejut karena panggilan ku yang sedikit keras.          "Ada apa?" tanya nya. Ya, aku harus memberitahu ibu tentang ayah yang menanyakan masalah keuangan ku tadi pagi.         "Begini Bu... Tadi pagi, ketika aku ingin berangkat sekolah, ayah bertanya kepada ku. Ia bertanya aku ada uang tidak, dan ya aku pun menjawab sesuai perintah dari ibu, kalau aku itu tak punya uang," ucap ku. Ibu pun mendengar dengan sanga fokus.           "Lalu?"          "Lalu, ya Ayah tidak bertanya apa-apa lagi, ia menyuruh ku untuk segera berangkat sekolah, dan ayah pun langsung percaya dengan ucapan ku,"           "Kau... Menuduh ayah kau yang mengambil nya?" tanya ibu dengan sangat pas sekali maksud dari ku. Tapi, aku bukan menuduh ayah. Hanya saja, yaa memiliki ayah yang seperti itu membuat ku cukup mencurigai diri nya.           "Bukan, bukan maksud aku menuduh nya ibu, tapi entah kenapa perasaan ku, pikiran ku itu hanya tertuju kepada ayah," ucap ku pelan. Ibu ku pun menghela napa nya kasar. Lalu, dengan cepat ibu langsung menutup kotak tabungan ku itu.           "Sekarang, kau taruh kotak ini di tempat lain, nanti besok ketika ibu pulang kerja akan ibu belikan lagi gembok nya," ucap ibu sambil menaruh kotak tabungan ku di kedua tangan ku.           "Tapi... Uang nya? Jujur Bu, aku sangat tidak ikhlas, sangat tidak rela sekali uang ku yang satu juta lima ratus itu hilang begitu saja, susah susah aku mengumpulkan uang itu," ucap ku dengan menundukkan kepala ku.           "Iyaudah, nanti ketika ibu mendapatkan rezeki yang banyak, akan ibu gantikan semua uang kau itu ya... Sudah jangan bersedih lagi, pasti Tuhan akan menggantikan uang kau yang hilang itu juga," ucap ibu dengan tersenyum yang menenangkan hati ku. "Dan nanti ibu juga akan membantu untuk mencari siapa pelaku yang mencuri uang kau, jika kau benar ayah kau yang mengambil nya, nanti ibu akan bicara kepada nya, oke? Sudah jangan bersedih lagi ya... Nanti cantik nya ilang loh. Sekarang, ayo makan malam saja. Ibu sudah masak banyak makanan kesukaan Aruna loh," ucap ibu. Aku pun mengangguk menuruti ucapan dari ibu. ---         Karena, pintu kamar Aruna tidak tertutup dengan rapat. Dan Abraham pun baru pulang sekarang. Ketika tadi Abraham ingin masuk ke dalam kamar nya untuk lekas mandi, terdengar suara tangisan dari sebelah kamar nya. Yaitu, kamar Aruna. Karena, di rumah itu hanya memiliki 2 kamar dan itu pun hanya bersebelahan. Lalu, Abraham yang tadinya sudah memegang handle pintu kamar nya itu pun langsung melepaskan nya kembali dan berjalan perlahan ke samping pintu kamar Aruna. Nasib baik menimpa Abraham. Karena terdapat sedikit celah di pintu kamar Aruna. Abraham langsung saja mengintip ke dalam kamar anak nya itu lewat sedikit celah pintu kamar Aruna tersebut. Benar saja, ternyata suara tangisan itu datang dari anak nya yang sedang menangis di bahu ibu nya itu. Abraham pun bingung, kenapa anak nya itu menangis. Karena, untuk anak seperti Aruna ini jarang sekali ia melihat anak nya itu mengeluarkan air mata nya. Abraham pun terus saja mengintip. Ia terus saja mencari tahu penyebab anak nya itu menangis. Sampai ketika, anak nya itu pun sudah menghentikan tangisan nya. Dan anak nya pun mulai menceritakan penyebab ia menangis. Abraham terus saja memasang telinga nya itu lebar-lebar. Abraham mendengarkan cerita dari anak nya itu dari awal sampai akhir. Dan ya! Sekarang Abraham sudah tahu apa penyebab dari anak nya itu menangis. Ternyata, Aruna menangis karena uang tabungan nya itu hilang di ambil oleh seseorang. Abraham menahan senyum mendengar penyebab anak nya menangis itu. Tapi, Abraham terus saja mengintip ke dalam kamar Aruna. Abraham pun kembali menahan senyuman nya melihat ekspresi istri nya itu yang terkejut sekaligus juga seperti sedang berpikir keras. Mungkin berpikir siapa pelaku pencurian uang anak nya itu.          "Kau... Menuduh ayah kau yang mengambil nya?" Terdengar suara istri nya itu yang menyebut Abraham sebagai tersangka utama nya. Abraham yang mendengar diri nya di sebut itu pun langsung segera melihat kembali situasi di dalam kamar Aruna itu. Abraham mendnegar kembali percakapan antara anak dan istri nya itu.          "Sebenarnya, tuduhan kau itu benar sekali Aruna, saya lah yang mengambil uang tabungan kau itu di lemari," ucap Abraham di dalam hati nya itu dengan wajah yang menyeringai menatap ke dalam kamar Aruna.          "....Sudah jangan bersedih lagi ya... Nanti cantik nya ilang loh. Sekarang, ayo makan malam saja. Ibu sudah masak banyak makanan kesukaan Aruna loh," terdengar suara istri nya kembali yang mengajak anak nya itu untuk bersiap makan malam. Abraham yang masih dengan posisi berdiri dengan sedikit membungkukkan badannya di dekat pintu kamar Aruna pun, langsung saja menegakkan kembali badan nya itu. Lalu, Abraham dengan pelan berjalan kembali ke arah kamar nya tersebut. Abraham dengan pelan sekali menekan handle pintu kamar nya, lalu kembali menutup pintu kamar nya dengan pelan. Ketika, Abraham sudah menutup pintu kamar nya, tidak lama terdengar suara derit pintu kamar sebelah terbuka. Sangat tepat sekali waktu nya, Abraham yang sudah masuk ke dalam kamar nya dan istri dan anak nya itu pun baru keluar dari kamar nya. Abraham pun segera berganti pakaian. Lalu, kembali keluar dari kamar nya itu. Kemudian, Abraham berjalan ke arah dapur untuk melakukan makan malam di meja makan bersama anak dan istri nya itu. Abraham pun mulai berakting di depan istri dan anak nya.           "Loh Aruna? Mata kau kenapa sembab seperti itu? Kau habis menangis?" tanya Abraham yang pura-pura tidak tahu. Padahal, daritadi ia menguping di depan kamar Aruna mendengar percakapan istri dan anak nya itu di dalam kamar. Aruna yang sedang menyuapkan nasi sekaligus lauk ke dalam mulut nya itu pun menoleh ke arah Abraham yang sedang memasukkan lauk yang tersedia di meja makan ke dalam piring yang akan ia gunakan untuk makan tersebut.          "Hah? Oh tidak kenapa-napa kok ayah, tadi aku habis menonton drama korea di kamar," jawab Aruna berbohong. Abraham yang mendengar jawaban anak nya yang berbohong itu hanya mengangguk saja. Tidak terlalu peduli. Biasanya seperti itu kan? Jika Abraham kembali bertanya-tanya yang ada nanti Aruna semakin mencurigai Abraham, karena sikap Abraham yang tidak biasa menanyakan keadaan nya terus menerus. Jadi, Abraham kembali melanjutkan makan malam nya itu dengan mengacuhkan kembali anak dan istri nya yang sedang makan juga di meja makan yang sama dengan Abraham. []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN