Karena semalam ibu bilang bahwa hari ini akan pergi ke gereja, maka aku pun segera bersiap-siap. Aku menggunakan dress selutut berwarna cream dengan poni rambut yang ku jepit ke samping agar tidak menghalangi penglihatan ku. Setelah nya aku pun sedikit memoles liptint di bibir ku agar terlihat lebih fresh. Setelahnya, aku pun mengambil Sling bag ku yang menggantung di pintu kamar ku. Tak lupa, aku pun memasukkan terlebih dahulu handphone ku ke dalam Sling bag tersebut agar aku tidak lupa. Aku pun menekan knop pintu kamar ku, membuka nya dan berjalan ke luar. Ketika itu, ibu pun langsung saja menatap diri ku yang sudah siap. Lantas ibu pun tersenyum.
"Cantik sekali anak ibu hari ini," ucap ibu sambil memandangi diri ku dari bawah ke atas.
"Kan anak ibu hahaha," ucap ku sambil tertawa pelan.
"Sini duduk lah di kursi, ibu akan menyiapkan sarapan kau, setelah itu ibu akan bersiap-siap," ucap ibu sambil menaruh piring yang berisikan lauk pauk yang akan di santap di sarapan pagi ini. Aku pun berjalan ke arah meja makan dan menarik kursi untuk aku duduki.
"Ibu tidak sarapan?" tanya ku kepada ibu yang sedang mengambilkan nasi untuk ku.
"Ibu tidak sarapan, ibu lagi tidak ingin makan nasi pagi ini, jadi ibu hanya memakan kue yang ibu beli tadi sama ibu-ibu yang biasa lewat jualan kue," jawab ibu.
"Nah ini! makan lah, ibu pergi ke kamar dulu ya, ibu ingin bersiap-siap sekalian ingin membangunkan ayah kau yang masih tidur," ucap ibu lagi. Aku pun mengangguk. Semoga saja ayah mau di ajak ke gereja hari ini untuk beribadah. Karena, ayah sangat susah sekali untuk di ajak beribadah ke gereja. Aku pun memakan makanan yang telah di siapkan oleh ibu tadi.
---
Setelah Emma mengurus Aruna, memberi makan anak nya itu. Emma pun berjalan ke arah kamar nya untuk segera mengganti baju dan membangunkan suami nya yang masih terlelap nyenyak itu. Emma menekan knop pintu kamar nya lantas membuka nya. Emma pun menghela napas melihat suami nya itu tertidur dengan kedua tangan yang sudah terlentang. Terlihat sekali kalau Abraham itu tidur nya nyenyak sekali, entah apa yang di mimpikan nya itu. Emma pun berjalan ke arah kasur nya dan duduk di atas kasur. Lalu memukul pelan paha suami nya itu, berniat untuk membangunkan nya.
"Abraham," panggil Emma.
"Abraham bangun! Kau ingin ke gereja tidak? Hari ini saya dan Aruna akan pergi ke gereja, kau ikutlah bersama kami, kita berdoa bersama," ucap Emma sambil menepuk paha suami nya itu pelan. Dan Abraham pun masih juga belum bangun.
"Abraham!" panggil Emma sedikit keras. Dan akhirnya pun Abraham membuka sedikit kedua mata nya.
"Apa sih! Kau ini mengganggu tidur saya saja, sudah sana kau keluar!" ucap Abraham yang sedikit membentak karena merasa tidur nyenyak nya di ganggu.
"Aku dan Aruna akan pergi ke gereja hari ini, ayo kau ikut bersama kami," ucap Emma dengan masih sabar.
"Sudah sana kalian pergi saja sendiri, saya tidak akan ikut," ucap Abraham sambil ingin menutup kedua mata nya itu kembali.
"Ayo Abraham, hidup kita itu sudah susah, setidaknya kita harus rajin beribadah kepada Tuhan kita agar hidup kita diberikan kemudahan,"
"Halah! Mau ibadah ataupun tidak ibadah juga sama saja! Hidup kita gini gini aja! Tidak ada yang berubah! Memang nya jika kita beribadah sekarang, apa nanti langsung diberikan uang?! Tidak kan?!" ucap Abraham.
"Jika kita ingin uang kita juga setidaknya harus berusaha,"
"Kau ini masih pagi sudah banyak omong! Sudahlah sana jangan mengganggu ku," ucap Abraham sambil membalikkan badan nya, memunggungi Emma. Kemudian, Abraham pun melanjutkan tidur nya kembali. Emma pun mengelus d**a nya, sabar. Memang susah sekali untuk mengajak suami nya ini ke arah yang benar. Emma pun membiarkan suami nya itu tertidur kembali. Emma segera saja membuka lemari pakaian nya dan mengganti pakaian yang sangat sopan untuk pergi ke gereja. Emma pun mencepol rambut nya dengan rapih. Setelah itu, Emma pun berjalan ke arah pintu kamar nya untuk keluar menemui Aruna.
---
Setelah aku selesai makan, aku pun menyuci piring bekas makan ku agar piring kotor tidak menumpuk. Setelah itu, aku pun berjalan ke arah depan tv untuk menonton tv sambil menunggu ibu bersiap-siap. Aku pun menekan tombol di remot untuk menghidupkan tv. Mengganti saluran-saluran tv, mencari siaran yang bagus. Tapi, sama saja tidak ada yang bagus siaran nya. Isi nya semua hanya gosip-gosip yang belum tentu itu benar. Aku pun langsung saja menekan tombol power kembali untuk mematikan tv tersebut. Tidak lama, aku mendengar suara pintu terbuka. Aku menoleh ke belakang ku, ternyata ibu yang keluar dari kamar nya dengan memakai dress yang panjang nya hanya sebatas betis kaki nya dengan berwarna lilac, juga dengan rambut yang di cepol rapih, membuat ibu terlihat sangat cantik. Aku pun tersenyum melihat nya.
"Aruna, ayo kita berangkat sekarang," ucap ibu. Aku pun mencari keberadaan ayah, lalu menatap ibu kembali.
"Ayah tidak ikut?" tanya ku.
"Tidak Aruna, ayah kau memilih untuk tidur daripada ikut ke gereja," ucap ibu memberitahu ku.
"Kenapa tidak ikut? Ayah kan jarang sekali ke gereja, bahkan mungkin hampir tidak pernah beribadah ke gereja,"
"Entahlah, yasudah yuk kita berangkat sekarang, kau ambil kunci motor nya di dapur ya Aruna, hari ini kita pergi memakai motor saja agar cepat sampai," ucap ibu. Aku pun menuruti perkataan nya. Aku berjalan kembali ke arah dapur mengambil kunci motor yang tergantung di paku yang ada di tembok. Setelah itu aku berjalan ke luar dan mengunci pintu rumah. Lalu, aku mengambil motor yang terparkir di samping rumah.
"Ibu, ayo!" ucap ku. Ibu pun langsung saja duduk di jok belakang motor. Dan aku pun langsung saja menarik gas kendaraan beroda dua tersebut. Dan kami pun pergi menuju ke gereja untuk beribadah.
---
"Ayo Lamtiar, Duma, kalian ini selalu saja lama jika sudah bersiap-siap ingin pergi, nanti kita telat loh. Ini sudah jam berapa coba," ucap Jogi yang duduk di kursi depan tv menunggu anak dan istri nya selesai bersiap-siap.
"Iya iya Jogi, sebentar lagi ini," ucap Lamtiar yang sedang memoleskan lipstik berwarna merah ke bibir nya.
"Duma! Kau juga belum selesai nak?" teriak Jogi.
"Iya ayah, ini aku lagi memakai flatshoes kok," ucap Duma. Kemudia Duma pun menutup pintu kamar nya dan berjalan ke arah ayah nya yang sudah memasang wajah yang tidak enak dilihat.
"Sudah selesai ayah,"
"Mana ibu kau? Panggil cepat nanti kita bisa ketinggalan," Duma pun menuruti perkataan ayah nya. Duma berjalan ke arah kamar ibu nya. Sebelum Duma sampai di depan kamar ibu nya. Lamtiar pun sudah keluar dari kamar nya dan berjalan ke arah nya.
"Ayo ibu cepat, ayah seertinya sudah marah," ucap Duma pelan. Takut-takut ucapan nya terdengar oleh ayah nya.
"Iya iya, ayo!"
"Jogi yuk, aku sudah selesai," ucap Lamtiar. Kemudian, Jogi pun langsung saja bangun dari tempat duduk nya dan berjalan menuju mobil yang sudah terparkir di halaman rumah nya itu. Kemudian, Lamtiar dan Duma pun mengikuti Jogi dari belakang. Tidak lupa sebelum itu Lamtiar mengunci pintu rumah nya tersebut. Ketika Lamtiar dan duma sudah duduk di dalam mobil. Jogi pun langsung saja menginjak pedal gas mobil nya.
---
Aruna
Aku dan ibu pun akhirnya sudah sampai di gereja yang jarak nya lumayan dekat dengan daerah rumah ku. Saat ini aku pun sedang memarkirkan motor. Aku pun mengaca pada spion motor ku sebentar untuk merapihkan tatanan rambut ku. Setelah semuanya rapih. Aku pun menyusul ibu yang sedang menunggu di tangga gereja tersebut.
"Sudah?"
"Sudah Bu," kami pun berjalan menaiki tangga untuk masuk ke dalam gereja. Kemudian, kau dan ibu pun mengambil tempat duduk di sebelah kanan barisan ke dua dari depan. Setelah itu, aku dan ibu pun langsung saja berdoa. Kami menutup kedua mata kami masing-masing, berdoa dengan khidmat.
"Tuhan, tolong berikan kelancaran dan untuk olimpiade bahasa inggris ku yang akan di laksanakan Minggu depan, juga tolong berikan banyak rezeki kepada keluarga ku, berikan juga kelancaran untuk pekerjaan ibu ku, dan juga tolong tuhan berikanlah kesadaran ke dalam diri ayah, agar ayah bisa melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk hidup nya beserta keluarga nya ini ...." ucap doa ku di dalam hati. Setelah itu aku pun membuka kedua mata ku, kemudian aku pun menoleh kepada ibu yang masih memejamkan kedua mata nya. Aku pun melihat ibu yang meneteskan sedikit air mata nya. Aku tau pasti ibu sangat lelah menjalani kehidupan nya yang seperti ini. Memiliki suami, tetapi tidak pernah diberikan nafkah. Memiliki suami yang hanya bisa bermain judi dan mabuk-mabukkan. Pasti sangat sulit buat ibu bisa menghadapi semua cobaan itu. Aku yang berperan sebagai anak nya hanya bisa membantu sebisa ku saja. Aku juga ingin membantu ibu mencari uang, tapi ibu tidak memperbolehkan ku. Ibu bilang, tugas ku hanya belajar dan sekolah yang benar agar aku bisa menjadi orang sukses. Aku pun mengalihkan pandangan ku. Dan melihat ke orang-orang yang sedang berdoa dengan sangat khidmat. Tidak sengaja aku pun menoleh ke belakang, melihat ada satu keluarga lengkap, yang terlihat sangat harmonis. Dengan senyuman yang sangat indah terpancar di wajah anak nya tersebut. Aku pun tersenyum haru melihat keluarga itu. Andai aku pun memiliki keluarga yang sama seperti mereka, memiliki keluarga yang sangat harmonis seperti mereka. Tanpa sadar aku pun meneteskan air mata ku, lantas aku langsung menghapus segera air mata yang keluar dari kedua mata ku agar ibu tidak menyadari jika aku menangis.
"Aruna" aku pun mengalihkan pandangan ku ke ibu.
"Iya ibu," jawab ku.
"Yuk kita pulang sekarang,"
"Oh ibu udah selesai?" tanya ku. Ibu pun menganggukkan kepala nya menjawab pertanyaan dari ku. Aku dan ibu pun berdiri dan segera beranjak keluar. Ketika aku berjalan bersama ibu, aku pun melihat ada sebuah gelang perak yang tergeletak di bawah kursi. Lantas, aku pun segera mengambil gelang yang berada dekat di kaki ku itu. Aku pun menunduk untuk mengambil gelang perak itu.
"Ada apa Aruna?" tanya ibu kepada ku. Aku pun menoleh kepada ibu.
"Ibu duluan keluar saja ya, tunggu aku di parkiran ya Bu," ucap ku.
"Baiklah, cepat ya nak," aku pun mengangguk. Ibu pun langsung pergi duluan ke luar gereja. Aku bingung gelang yang ada di tangan ku ini adalah gelang siapa. Karena, gelang ini ada di dekat kursi yang di duduki oleh salah seorang gadis yang berpakaian dress berwarna lilac tersebut. Lalu, aku pun langsung bertanya kepada gadis itu.
"Maaf? Aku ingin bertanya, ini gelang kau bukan ya?" tanya ku langsung kepadanya. Gadis itu pun langsung saja melihat gelang yang di pegang oleh ku.
"Eh? Iya, benar ini gelang ku, kenapa bisa ada di tangan kau?" tanya nya. Aku pun langsung saja memberikan gelang yang ku pegang kepada gadis dengan dress berwarna lilac tersebut.
"Aku menemukan nya di bawah dekat kursi ketika aku berjalan ingin keluar," jawab ku.
"Oh begitu, terima kasih ya," ucap gadis tersebut. Aku pun mengangguk, lantas aku pun langsung saja pergi dari hadapan gadis itu menyusul ibu yang mungkin saja sudah menunggu di luar.
[]