"Hai adik kecil!!" sapa Jogi sambil berjongkok menyamakan tinggi dengan kedua anak tersebut yang sedang duduk di pinggir trotoar. Jogi pun sangat perihatin dengan keadaan kedua anak tersebut, keadaan mereka dengan pakaian yang sudah basah kuyup. Kedua anak tersebut itu pun menoleh ke arah Jogi dengan wajah yang kebingungan.
"Ehm ... Kalian ... kenapa duduk di sini?" ucap Jogi sambil tersenyum agar kedua anak tersebut tidak takut dengan Jogi.
"Om siapa ya?" tanya anak laki-laki tersebut yang sedang memeluk anak perempuan yang di samping nya.
"Kalian kakak beradik?" tanya Jogi tak menghiraukan pertanyaan dari anak laki-laki tersebut.
"Iya om," jawab anak laki-laki tersebut dengan menundukkan kepalanya. Jogi pun mengangkat dagu anak laki-laki tersebut dengan jari telunjuk nya untuk menatap Jogi.
"Nama kalian siapa?" tanya jogi
"Aku Edo dan ini adik ku bernama Vivi," jawab anak laki-laki itu yang bernama Edo sambil menunjuk adik nya yang berada di pelukan nya.
"Oh nama nya Edo dan Vivi?" tanya Jogi menyebutkan nama kedua anak tersebut. Edo pun mengangguk menanggapi nya. "Ini adik nya kenapa Edo? Kok daritadi om lihat megangin perut terus?" tanya Jogi dengan wajah penasaran nya melihat adik Edo yang sedari tadi menunduk sambil memegangi perut nya, meremas nya pelan. Edo pun menoleh ke arah Vivi dengan raut wajah yang sedih.
"Edo? jawab om," tegur Jogi sambil menyentuh bahu Edo, karena Edo belum kunjung menjawab pertanyaan dari nya.
"Sepertinya Vivi perut nya sedang sakit om," jawab Edo sambil mengelus rambut adik nya tersebut.
"Kalian ... Sudah makan?" tanya Jogi lagi karena Jogi curiga penyebab dari perut Vivi sakit tersebut adalah karena ia belum makan apapun, mungkin. Edo pun menggelengkan kepala nya, tanda bahwa Edo dan Vivi belum makan apapun.
"Kenapa tidak makan?" Edo yang di tanya seperti itu oleh Jogi pun melirik koran-koran yang masih banyak yang berada di pangkuan nya tersebut.
"Koran-koran Edo belum ada yang terjual satupun dari pagi om, maka dari itu Edo dan Vivi belum makan dari pagi," ucap Edo sambil menunduk. Jogi pun langsung saja melihat koran-koran yang menumpuk di atas paha Edo. Hati Jogi pun teriris mendengar nya. Sungguh, kasihan sekali mereka.
"Orang tua Edo kemana?" ucap Jogi dengan suara bergetar menahan tangis.
"Ayah Edo sudah tidak ada, lalu ibu Edo sedang sakit di rumah, maka dari itu Edo yang mencari uang untuk bisa membelikan obat untuk ibu agar ibu Edo bisa sembuh," ucap Edo menjelaskan kepada Jogi.
"Kalau begitu, Edo mau ikut om tidak?" tanya Jogi.
"Kemana om? Ibu bilang jika ada seseorang yang tak di kenal mengajak Edo dan Vivi, Edo dan Vivi tidak boleh mengikuti nya, itu pasti orang jahat," ucap Edo mengingat pesan dari ibu nya.
"Hei, kan tadi kita sudah kenalan bukan? Dan apa tampang om seperti orang jahat hm?" ucap Jogi.
"Tidak om, tapi kan bisa saja om memiliki niat jahat kepada kami," ucap Edo masih keukeuh tidak ingin mengikuti Jogi.
"Edo dengar om, om Jogi juga memiliki keluarga, nah lihat yang ada di dalam situ, yang ada penjual bakso yang ibu dan anak gadis yang sedang duduk itu, nah mereka itu keluarga om Edo, jadi jangan takut sama om ya, om orang baik kok," ucap Jogi menjelaskan sambil menunjuk ke arah Lamtiar dan Duma yang sedang duduk di kursi yang menjual bakso. "Bagaimana? Mau ya ikut om? Edo tidak kasihan memangnya melihat adik Edo yang sedang sakit itu karena tidak makan hm? Nanti setelah itu kita juga akan membelikan obat untuk ibu Edo yang di rumah, bagaimana? Edo setuju kan?" Lanjut Jogi. Edo pun menolehkan kepala nya ke arah sang adik yang berada di pelukan nya, kemudia mereka pun sama-sama saling menatap meminta persetujuan. Jogi pun terkekeh melihat nya, sungguh mereka sangat kompak sekali. Edo pun menolehkan kembali kepala nya menatap ke arah Jogi yang berada di depan nya.
"Tidak apa-apa kah memang nya om jika aku dan Vivi ikut dengan om?" tanya Edo memastikan nya.
"Iya Edo beneran tidak apa-apa, yuk kalau begitu sekarang Edo dan Vivi ikut om, kita makan terlebih dahulu ya, bagaimana? istri dan anak om sudah menunggu di sana tuh," ucap Jogi. Kemudian, Jogi, Edo dan Vivi pun berdiri dari tempat mereka ia duduk di pinggir trotoar tersebut. Edo menuntun adik nya untuk berjalan bergandengan. Jogi yang melihat Edo kesusahan karena harus membawa koran dan merangkul Vivi tersebut langsung saja Jogi mengangkat Vivi masuk ke dalam gendongan Jogi dan tak lupa koran-koran yang di bawa oleh Edo pun di ambil juga oleh Jogi. Mereka pun berjalan menyebrangi jalanan.
"Eh? anak siapa Jogi yang kau bawa itu?" tanya Lamtiar ketika Jogi, Edo, dan Vivi sudah sampai, berdiri di depan lamtiran dan Duma yang sudah duduk di meja menunggu pesanan bakso yang sudah di pesan. Edo yang mendengar suara dari wanita paruh baya tersebut, yang Edo yakini jika itu adalah istri dari Jogi pun langsung saja bersembunyi di belakang Jogi. Edo takut. Jogi yang merasakan bahwa Edo bersembunyi di belakang nya pun langshngs aja menarik Edo untuk berdiri di samping nya. Jogi pun menurunkan Vivi terlebih dahulu di kursi, duduk berhadapan dengan Duma. Kemudian, Jogi berjongkok agar tinggi nya sama dengan Edo.
"Edo tidak usah takut ya, tadi yang nanya itu istri Om, orang nya sangat baik kok," ucap Jogi sambil menoleh ke arah Lamtiar meminta untuk membujuk Edo agar tidak takut kepada nya. Lamtiar yang paham pun langsung saja berdiri, berjalan ke arah Edo.
"Hai tampan, nama kau siapa hm?" tanya Lamtiar dengan suara yang sangat lembut.
"Edo," cicit Edo menjawab pertanyaan dari lamtiar.
"Oh Edo nama nya ya, sini yuk ikut Tante duduk di kursi," ucap Lamtiar sambil menarik tangan Edo untuk duduk bersama dengan nya. Di kursi yang sama. Sementara itu, Jogi pergi ke orang yang menjual bakso untuk menambah pesanan nya lagi untuk Edo dan juga Vivi.
"Pak bakso nya tambah dua mangkok lagi ya," ucap Jogi. Setalah itu, Jogi pun kembali berjalan untuk duduk bersama Lamtiar, Duma, Edo, dan Vivi. Jogi pun duduk di samping Vivi yang sedang memainkan tisu yang tersedia di atas meja tersebut. Kemudian, Jogi pun mengelus-elus kepala Vivi.
"Ayah, bisa kita tuker tempat duduk? Aku ingin duduk bersama Vivi," ucap Duma, karena Duma sangat tertarik sekali dengan Vivi yang ada di depan nya. Jogi pun langsung saja menyetujui nya, kemudian Jogi dan Duma pun bertukar tempat duduk.
"Haiiii!" sapa Duma kepada Vivi yang masih memainkan tisu di atas meja. Kemudian, Duma pun menyingkirkan tisu tersebut agar menjauh dari jangkauan Vivi, karena nanti bisa habis jika Vivi membuang-buang tisu itu. Vivi pun menolehkan wajah nya ke arah Duma yang sedang tersenyum ke arah nya. Vivi menatap bingung.
"Aku Duma," ucap Duma memperkenalkan diri sambil menyodorkan tangan nya berharap agar di jabat oleh tangan mungil Vivi. Tapi, Vivi pun tidak membalas jabatan tangan Duma. Edo yang melihat adiknya bersikap tidak sopan pun langsung saja menegur nya.
"Vivi, kenapa tak kau jabat tangan kak Duma?" tegur Edo kepada Vivi. Vivi yang di tegur oleh Edo pun mendongakkan kepala nya, lalu menoleh ke arah Duma.
"Maaf, nama aku Vivi," jawab Vivi sambil menjabat tangan Duma.
"Eh tak apa-apa kok, Edo tak apa Vivi nya kan lagi sakit perut nya, jangan di marahi ya," ucap Duma tersenyum menatap Edo. Tak lama pesanan bakso mereka pun datang. Mereka pun makan dengan tenang.
"Vivi bisa makan nya? Sini kak Edo potong-potong dulu bakso nya biar Vivi enak makan nya," ucap Edo perhatian kepada adik nya.
"Eh tak usah Edo, biar kak Duma aja yang potong-potong bakso Vivi, Edo makan aja ya, kalau kurang bilang ya nanti di pesenin lagi," ucap Duma sambil mengambil alih mangkok Vivi.
"Terima kasih kak Duma," ucap Edo dengan wajah yang tidak enak, takut merepotkan Duma.
"Iya iya, sama-sama, sudah Edo lanjutkan lagi makan nya," ucap Duma. Edo pun mengangguk, tetapi mata nya tak lepas menatap Vivi. Duma pun langsung memotong-motong bakso milik Vivi agar Vivi lebih mudah memakan nya.
"Vivi mau pakai kecap?" tawar Duma menatap Vivi. Vivi pun mengangguk menjawab nya. Lantas, Duma pun dengan semangat menuangkan kecap ke dalam mangkok bakso milik Vivi, setelah itu Duma mengaduk nya agar tercampur rata dan langsung menggeser mangkok tersebut ke hadapan Vivi.
---
"Semuanya berapa pak?" tanya Jogi kepada penjual bakso tersebut.
"Enam puluh ribu saja pak," Jogi pun langsung mengeluarkan uang selembar seratus ribuan dan memberikan nya kepada penjual tersebut. Setelah Jogi menerima uang kembalian nya, Jogi pun berbalik ke arah Lamtiar dan yang lainnya mengajak mereka untuk pulang, karena hari sudah sore.
"Yuk kita pulang, Edo dan Vivi juga ikut om ya, kita pulang bersama," ucap Jogi tak lupa mengajak kedua anak yang Jogi temui tadi di pinggir trotoar. Mereka pun berdiri dan melangkah pergi menuju ke mobil untuk pulang, kecuali Edo dan Vivi yang masih duduk di kursi. Jogi pun menyadari nya.
"Edo? Vivi? Ayo kita pulang," ajak Jogi kepada mereka yang masih saja duduk.
"Edo dan Vivi bisa pulang sendiri kok om, Edo tak enak sama om yang udah bantu kami, Edo dan Vivi tak mau merepotkan om lagi," ucap Edo.
"Eh? Kata siapa kalian merepotkan om? Justru o*******g dengan keberadaan kalian. Yuk, kita pulang, sebelum itu kita beli obat buat ibu Edo dan Vivi dulu ya,"
"Tak usah repot-repot om, biar nanti Edo membeli obat dari hasil uang koran yang telah di beli om ini," ucap Edo sambil menunjukkan uang dari Jogi. Ya, Jogi membeli semua koran-koran yang dimiliki oleh Edo tersebut.
"Tidak apa-apa Edo, uang yang tadi Edo simpan, Edo berikan kepada ibu ya, untuk obat ibu Edo biar om yang membelikan nya,"
"Beneran om?"
"Iya, yaudah yuk kita pulang biar ibu Edo bisa segera meminum obat," ucap Jogi sambil menggendong Vivi dan menarik pelan tangan Edo untuk mengikuti nya ke mobil.
---
"Terima kasih ya om, Tante sudah mau mengantar Edo dan Vivi pulang," ucap Edo ketika sudah sampai di depan rumah nya. Tiba-tiba saja ibu Edo keluar dari dalam rumah nya.
"Edo? Sama siapa pulang nya?" tanya ibu Edo yang baru muncul dari dalam rumah nya dengan memakai baju daster dan jilbab yang berada di kepala nya untuk menutupi rambut nya. Edo pun menoleh ke belakang. Setelah ibu Edo berada di samping Edo, Jogi dan sekeluarga pun turun dari mobil
"Pak, bu, silakan masuk dulu," ucap ibu Edo sambil tersenyum kearah Jogi, Lamtiar, dan Duma.
"Eh tidak usah Bu, kami hanya mengantar Edo dan Vivi aja kok," jawab Lamtiar.
"Emm ... Ada apa ya Bu sebenarnya? Edo dan Vivi ada buat salah ya bu? Pak?" tanya ibu Edo dengan wajah yang pucat dan khawatir.
"Eh tidak kok Bu, tadi kebetulan kami bertemu dengan mereka di pinggir jalan sedang berjualan koran, terus kami iseng aja mengajak mereka untuk makan bersama dan sekalian kami antar Edo dan Vivi pulang karena sudah sore," ucap Lamtiar menjelaskan kepada ibu Edo.
"Terima kasih banyak ya Bu, pak, maaf sekali kalau anak saya ngerepotin ibu dan bapak,"
"Iya Bu, sama-sama. Kalau begitu kami langsung pulang ya Bu, sudah sangat sore soal nya," ucap Lamtiar.
"Ah iya, sekali lagi terima kasih ya bu, pak. Hati-hati di jalan ya bu, pak," mereka pun mengangguk. Lalu, mereka masuk kembali ke dalam mobil dan meninggalkan Edo beserta keluarga nya.
[]