Aku turun dari bus dan langsung berjalan untuk masuk ke dalam sekolah. Aku pun berjalan menuju papan pengumuman terlebih dahulu untuk mengetahui kelas ku apa. Karena, biasanya jika kenaikan kelas, maka kelas pun akan segera di rolling kembali. Aku berharap semoga aku masih satu kelas dengan Duma. Ketika aku hampir tiba di depan papan pengumuman, benar saja ramai sekali orang-orang yang berdiri di papan pengumuman tersebut. Di sana saling berebut untuk bisa melihat pengumuman terlebih dahulu. Aku yang tidak ingin terkena gencatan mereka pun memilih untuk berdiam diri terlebih dahulu, menunggu agar semua murid-murid yang berada di depan papan pengumuman tersebut agar bubar.
Cukup lama aku berdiam diri untuk menunggu mereka bubar. Sampai akhirnya pun mereka satu persatu membubarkan diri nya masing-masing. Aku melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan ku. Sekarang kurang dari lima belas menit lagi bel masuk akan berbunyi. Dan aku sampai saat ini belum juga mengetahui kelas ku apa. Aku pun dengan cepat mencari nama ku dan juga nama Duma. Dan ya! Benar saja aku masih tetap berada di kelas IPA satu. Artinya aku ada kelas dua belas IPA satu. kemudian, aku pun mencari nama Duma dari tumpukan nama-nama siswa siswi di SMA Pelita Nusa ini. Aku tersenyum lega, akhirnya aku pun bisa satu kelas lagi dengan Duma. Tanpa pikir panjang aku pun langsung mengirimkan pesan kepada Duma bahwa dia masuk di kelas dua belas IPA satu, agar ketika dia datang dia tidak usah ke papan pengumuman. Dan setelahnya aku pun langsung bergegas menuju kelas ku di lantai 3. Iya, di SMA Pelita Nusa, di tiap angkatan nya di bedakan kelas nya, tidak di campur. Seperti lantai 1 khusus kelas sepuluh, lantai 2 khusus kelas sebelas, dan lantai 3 khusus kelas dua belas.
Tring!! Tring!! Tring!!
Tepat aku menginjakkan kaki ku di ruang kelas ku, bel masuk pun berbunyi. Aku pun mencari tempat duduk ku. Aku lebih memilih mencari kursi yang berada di belakang pojok, bukan karena aku pemalas. Tapi, jika aku di duduk di depan entah kenapa aku tidak nyaman sekali. Setelah aku menaruh tas sekolah ku di kursi, aku langsung mengambil topi sekolah ku dan langsung berjalan kembali untuk menuju lapangan. Dan kemana Duma ini, tadi dia pagi-pagi sekali mengirimkan aku pesan untuk agar tidak telat datang ke sekolah, tapi sendirinya malah yang telat datang. Sudahlah aku harus segera cepat untuk sampai di lapangan. Karena, kelas ku dengan lapangan jaraknya yang cukup jauh, jadi aku harus sedikit berlari agar cepat sampai di lapangan.
Tiba di lapangan aku pun langsung saja berbaris di bagian kelas ku. Dan sampai sekarang aku pun belum melihat Duma. Aku celingak-celinguk untuk mencari Duma. Dan ketika aku menengok ke belakang ke arah koridor, aku pun melihat Duma yang berlari-lari. Duma pun langsung menaruh tas sekolahnya di kursi yang tersedia di depan kelas sepuluh. Kemudian, Duma langsung saja ikut bergabung ke barisan kelas ku. Aku menarik Duma untuk baris di samping ku.
"Astaga! Kau kemana saja loh?" tanya ku. Duma pun mengatur nafas nya. Lalu, ia mengelap keringatnya yang bercucuran di keningnya tersebut.
"Huh! Tadi macet sekali di jalan sana, jadi aku tadi turun di minimarket depan dan berlari dari sana sampai ke sini," jawab Duma. Aku menggelengkan kepala ku. Kemudian, setelah semuanya sudah siap, upacara bendera merah putih yang selalu di laksanakan di hari Senin pun dimulai.
---
Upacara bendera merah putih pun akhirnya berakhir. Kami semua yang berada di lapangan pun segera membubarkan diri dan berjalan menuju kelasnya masing-masing. Aku dan Duma pun pertama mengambil tas Duma terlebih dahulu di kursi depan kelas sepuluh. Kemudian, aku dan Duma langsung berjalan menaiki tangga menuju kelas.
"Kita sekelas lagi kan?" tanya Duma yang berjalan di sebelah ku sambil menggandeng tangan kanan ku. Aku mengangguk, membenarkan pertanyaan darinya. Ketika kami berjalan pun, tiba-tiba ada yang memanggil kami. Bukan, lebih tepatnya adalah Duma. Aku dan Duma pun membalikkan badan dan mencari sumber suara tersebut. Ternyata ada seseorang laki-laki dengan menggunakan kacamata, lalu dia memegang sebotol minum air mineral dan juga ada coklat? Aku yakin pasti murid laki-laki ini akan menyatakan cinta nya dengan Duma.
"Ada apa ya?" tanya Duma langsung dengan murid laki-laki tersebut. Aku melirik nametag yang berada di baju nya. Di sana tertulis namanya dengan Vino Fahreza. Aku melihat murid laki-laki itu pun yang berusaha untuk menutupi kegugupannya.
"Ehm!" Dia pun berdehem sebentar. "Duma, kau ada waktu sekarang? Kalau kau ada waktu, bisa kau ikut dengan ku ke taman?" tanya vino tersebut. Aku melirik Duma yang menatap bingung kepada si murid laki-laki ini. Duma hanya menatap Vino dari bawah sampai atas, kemudian dari atas ke bawah lagi. Menilai penampilan si murid laki-laki ini. Aku yang belum mendengar Duma ingin menjawab pertanyaan dari Vino ini pun berinisiatif untuk menjawabnya. Karena kebetulan waktu saat ini sangat mepet sekali dengan jam mata pelajaran pertama yang akan dimulai, maka aku pun menolak Secara halus ajakan dari Vino tersebut, mewakili Duma yang sedari tadi diam saja dan menatap dengan jengah ke arah si murid laki-laki ini.
"Ehm... Vino ya namanya?" tanya ku basa-basi. Dia pun melirik ku sebentar dan kemudian menatap kembali ke arah Duma sambil menganggukan kepalanya.
"Jadi gini Vino, kebetulan saat ini kan kegiatan belajar mengajar akan dimulai, gimana nanti saja ketika jam istirahat di mulai kau bisa ke kelas kami dan menjemput Duma," ucap ku kepadanya. Namun, tiba-tiba lenganku pun dicubit sedikit keras oleh Duma. Aku menaikkan sebelah alis ku menatap Duma meminta penjelasan. Duma pun langsung saja membalikkan badannya kembali dan langsung menaiki tangga meninggalkan aku bersama Vino. Aku menatap tidak enak kepada Vino.
"Maaf ya Vino, Duma soalnya mood nya sedang tidak bagus saat ini, jadi ya gitu... Tolong di maklumi ya," ucap ku tak enak. "aku ke kelas duluan ya," pamit ku kepadanya. Kemudian, aku pun langsung berjalan cepat menaiki tangga menyusul Duma yang mungkin saat ini ia sudah berada di dalam kelas.
Sesampainya aku di dalam kelas, aku melihat Duma yang sedang membuat balon dari permen karet yang ia makan di mulutnya sambil melihat ke arah lapangan yang disana banyak sekali murid-murid yang sedang melaksanakan pelajaran olahraga.
"Hei, katanya mau ke kantin?" tanya ku ketika aku sudah duduk di kursi ku yang berada di sebelahnya. Duma melirik sebentar, kemudian ia menggelengkan kepalanya.
"Tadi, Vino-"
"Jangan bahas itu, aku sedang tidak ingin membahas nya," ucap nya memotong ucapan ku. Aku yang paham pun langsung diam, tidak ingin membahasnya kembali. Kemudian, tiba-tiba guru mata pelajaran yang mengajar di jam pertama di kelas ku pun masuk. Kami semua yang berada di dalam kelas yang tadinya sedang sangat ribut pun langsung hening seketika.
[]