3

2474 Kata
Regil sudah bangun dari 30 menit yang lalu, namun dirinya enggan untuk bangun. perasaan yang mengganjal selama ini hilang sejak semalam, Karina menggeliat kecil dan itu tak lepas dari pandangannya. "Hm" gumam Karina namun tak kunjung bangun. Regil hanya menatap dalam. Sikap kasarnya memang tidak bisa berubah, namun satu yang di janjikan Regil, melindunginya. "Bangun.." kata Regil pada akhirnya dengan menepuk pelan pipi kiri Karina. "Hm.." gumam Karina dengan membuka kecil sebelah mata kirinya. "Bangun.." ulang Regil yang kali ini sedikit ketus. Dengan cepat Karina membuka matanya lalu melirik Regil. Gawat! Walau pun hubungan sedikit membaik, Regil tetap saja Regil, selalu membuatku mati kutu! Batin Karina. "Morning kiss.." pintanya. Karina menelan ludahnya lalu menjilat bibirnya yang terasa kering. "Di sini.." tambah Regil seraya menekan bibirnya dengan telunjuk jari. Karina sedikit mengangkat tubuhnya untuk mensejajarkan posisinya dengan Regil. Karina mendekatkan wajahnya dengan ragu, membuat Regil gemas sendiri. Dengan satu hentakan kecil, Regil menarik tengkuk Karina lalu melumat bibirnya dengan buas, sampai - sampai Karina kewalahan. Regil melepaskan pagutannya, Karina kelabakan saat Regil mengubah posisi menjadi menindihnya dan sesuatu yang keras milik Regil menekan sebagian perut dan intinya. Karina merona. Regil menatap Karina."Katanya, olahraga pagi bagus.." bisiknya setelah wajahnya terbenam di leher Karina. Karina mengepalkan tangannya yang berkeringat gugup, Walau bukan yang pertama kali tapi tetap saja rasanya aneh apalagi saat hubungannya dengan Regil sedikit membaik. "Kenapa diam?" tanya Regil membuat Karina semakin gelagapan. Karina pun mencium bibir Regil sejenak, entahlah maksudnya apa Karina juga bingung, yang jelas Karina sudah tidak bisa berkata - kata, ciuman singkat tadi perwakilan kata - kata yang sulit Karina rangkai. Regil menyecap leher Karina, menghisap dan menciumnya. Karina meremas bahu Regil sebagai reaksi dari perbuatan Regil di lehernya. "Ahh.." satu desahan pun lolos dari mulut Karina. Regil semakin gencar menjelajahi Karina, mencium setiap jengkal tubuh indahnya, tak lupa mengklaimnya, menandai kalau Karina hanya miliknya. *** Karina melirik ke arah samping, di mana Regil berada."aku ingin kembali bekerja.." gumam Karina dengan takut. Regil yang tengah memangku laptopnya menoleh sekilas."Tidak! Suruhan Geral sedang gencar mencari kita, di sini tempat aman yang di berikan tuanku, ah maksudku, Niko.." jelas Regil dengan acuh. Karina mengangguk pasrah."Oke, tapi boleh aku keluar kamar lagi?" pintanya. Regil berdecak, menutup laptopnya kasar."Kau tidak lihat, aku sedang sibuk? Aku butuh konsentrasi!" bentak Regil lalu beranjak meninggalkan Karina yang tertegun. *** Tidak ada yang berubah, Karina masih meringkuk di atas kasur tanpa melakukan apapun. Ceklek... Karina menoleh, di lihatnya Regil yang berjalan kearahnya lalu mengulurkan tangan. "Ayo, bangunlah!" ajaknya dengan memasang wajah datar. Karina menerima uluran itu dengan sedikit ragu."Kemana?" tanya Karina takut - takut. "Nonton di depan, kau suka doraemonkan? Kebetulan kartun kesayanganmu sedang tayang.." jelas Regil tetap datar. Karina menghentikan langkahnya lalu memekik senang."Benarkah? Ayo cepat!" ajaknya seraya menarik tangan Regil, menyeretnya agar lebih cepat. Regil ikut duduk di samping Karina."Wah televisimu memang besar sekali, keren.." kagum Karina, tanpa menoleh kearah Regil yang kini menatap Karina ikut senang walau tidak terekspresikan dengan baik. "Suka?" akhirnya Regil mengeluarkan suara setelah cukup lama terdiam. Karina mengangguk antusias. "Suka_eum, boleh aku_minta cemilan?" tanya Karina ragu. Regil mengangguk."Biar aku ambilkan" lalu beranjak. 'Yes' pekik Karina yang samar Regil dengar, Regil tersenyum tipis dengan terus membawa langkahnya menuju dapur. *** Karina tertidur dengan bersandar di d**a Regil, Regil hanya diam memfokuskan matanya ke depan televisi. ".....disebuah gedung x, telah terjadi perampokan, yang telah menewaskan sepasang suami istri dan anehnya tidak ada benda berharga yang hilang, yang hilang hanya beberapa poto dalam album, yang di yakini telah di ambil__" Regil mematikan televisinya lalu mengangkat tubuh Karina perlahan. Menidurkan Karina dengan hati - hati lalu mencium keningnya dalam sebelum beranjak keluar. *** Regil mengepalkan tangannya yang berada di dalam saku, sedangkan satunya lagi dia gunakan untuk memegang ponsel. "Sialan! b*****h itu benar - benar! Arghh! Siapkan mobilku.." amuknya dengan nafas memburu. Regil berlari kecil menuju tempat parkiran. Sebuah mobil hitam menghampirinya. "Masuklah.." ucap sang sopir sekaligus sahabatnya, Riki. Regil pun masuk."Ke tempatnya langsung.." perintahnya. Riki mengangguk patuh. *** Derap langkah Regil terdengar di sebuah rumah besar yang minim perabotan itu, yang ada hanya meja kecil dan satu set kursi. Kursi salah satunya terisi, sosok yang wajahnya dan auranya persis seperti dirinya. "Aku bilang jangan urusi hal pribadiku, ayah!" teriak Regil dengan nafas memburu. "Hei.. Son tenanglah, duduk.." perintah Geral dengan begitu santai. Regil duduk dengan kesal."Langsung keintinya!" nada bicara Regil tetap bernada tinggi. "Baiklah son.. Ruena, menikahlah dengannya, dia teman bisnis ayah.." Regil menatap ayahnya tak percaya dan juga mencemooh, bagaimana tidak hal yang serius bisa sesantai itu dia meminta. Seolah dia meminta permen. Regil mengatur nafas dan ekspresinya."Karin! Aku sudah menemukannya.." jelas Regil bangga. Beberapa detik Geral terdiam lalu terkekeh."Kau memang pantang menyerah sepertiku.." balas Geral masih dengan terkekeh. Regil ikut terkekeh remeh."Baguslah, kau akan tahu akhirnya, jadi jangan macam - macam atau mengancam siapa pun, ayah tahukan? Kalau aku akan melawan siapapun yang mengusikku, termasuk ayah!" tegasnya. Regil beranjak, langkahnya baru beberapa terayun harus kembali terhenti. "Karin, dia akan ku buat mati.." ancam Geral penuh penekanan. Regil tertawa, seraya bertepuk tangan."Benarkah?"tanya Regil seolah meremehkan."ibunya, kau lupa? Apa anaknya pun ingin kau bunuh? Kalau tidak, jauhi dia.. Biar aku yang mengurusnya." lanjutnya dengan menyorot Geral penuh amarah. *** Karina meremas bantal, hentakan yang di berikan Regil di intinya benar - benar kasar dan dalam. "Ahh!" erang kedunya, selang beberapa saat Regil membalik tubuh Karina lalu kembali memasukinya. "Eumh.." desah Karina. Karina benar - benar kewalahan, semenjak kepulangan Regil tadi, Regil langsung menyerangnya bertubi - tubi tidak seperti biasanya. Pasti ada masalah batin Karina meyakini. Buktinya setelah pelepasan, lagi. Regil membisikkan sesuatu. "Apapun yang terjadi, kau harus tetap di sisiku.." nafasnya terengah. *** Geral dan Ruena sudah di depan apartement Regil, kuasa Geral memang memudahkannya untuk menemukan siapa pun orang yang di carinya. Regil membuka sedikit pintunya dengan rahang yang mengetat. Regil menoleh ke belakang."Karin masuklah ke kamarmu.." perintahnya dengan suara dingin yang mencekam. Regil kembali menatap dua orang di depannya dengan berang."w***********g ini yang harus ku nikahi?" tanya Regil seraya menilai wanita seksi di samping ayahnya. "Jaga ucapanmu son.." peringat Geral dengan santai. Ruena terlihat mendengus kesal. "Ayah tidak boleh masuk?" Geral melirik belakang Regil. Regil terkekeh."Tolonglah jangan kotori apartemenku.." balas Regil jenaka lalu detik berikutnya memasang wajah dingin. Geral terkekeh."Oke, ayah hanya ingin memperlihatkan calon istrimu, kita pamit, son.." Regil memasang wajah datarnya, dia benar - benar tidak peduli, tidak sopan? Dia tidak peduli! Geral dan Ruena berlalu, Regil menatap kepergian mereka. Ruena menoleh lalu tersenyum sinis, Regil yang melihat itu hanya tersenyum remeh. *** Regil menghampiri Karina yang tengah mondar - mandir di dalam kamar, Karina yang sadar akan kedatangan Regil pun menoleh lalu menghampirinya. "Geral?" tanya Karina khawatir. Regil hanya mengangguk. "Apa dia menyakitimu?" tanya Karina khawatir. Regil hanya menatap Karina lalu perlahan meraih tubuh Karina untuk dia peluk. "Aku bisa jaga diri, jangan khawatirkan aku.." terang Regil santai. Karina mengurai pelukannya."Kali ini apa yang dia inginkan?" tanya Karina tanpa ragu. Regil masih diam, selang beberapa saat akhirnya bersuara."Dia ingin aku menikah dengan wanita pilihannya.." jawabnya. Karina tertegun lalu melempar senyum kecil."Lalu? Bagaimana dengan mu?" tanya Karina ragu, tiba - tiba hatinya tidak nyaman. Regil tersenyum."Menurutmu?" Regil balik bertanya lalu kembali memeluk Karina. Karina masih diam."Jangan pedulikan aku.." gumam Karina walau rasanya berat mengatakan itu. Regil mencium leher Karina sekilas lalu sedikit mengurai pelukannya. "Kita lihat sejauh mana dia ingin mengusikku, jangan terpengaruh apapun hm? Tetap di sisiku, dan kau sudah berjanji akan hal itu.." Karin mengangguk."Iyah.." balasnya walau masih saja takut. Regil kembali memeluk Karina."Foto ibumu ada di laci.." dia pun berlalu meninggalkan Karina. *** Karina memegang satu foto dengan gemetar dan terisak. Foto ibunya benar - benar cantik, hampir mirip dengannya hanya saja warna rambut dan mata yang berbeda, Karina coklat dan ibunya biru, rambut Karina hitam, dan ibunya pirang. "Jadi ini ibu?" gumam Karina penuh kerinduan. Karina benar - benar ingin ketemu ibu batinnya terus meraung. Di balik pintu Regil menghela nafas berat, mendengar tangisan Karina yang meraung - raung seperti itu membuatnya sedikit terganggu. Regil kembali menghela nafas berat, ingatannya berlabuh pada waktu di mana dia menyakiti Karina. Kembali, dengan perlahan Regil menjanjikan sesuatu yang tabu baginya yaitu memberinya kebehagiaan walau sedikit tidak yakin kali ini, tapi Regil akan mencobanya. *** Regil memeluk Karina, keduanya tidur berpelukan, Regil melirik wajah Karina. Matanya bengkak dan terlihat lelah, Regil semakin mengeratkan pelukannya. Paginya Regil membuka mata lalu terkejut melihat kekosongan di sampingnya. Dengan cepat Regil turun lalu mengedarkan pandangannya untuk mencari Karina. "Na..na.nna.na.." Regil bernafas lega, Karina tengah asyik mengaduk sesuatu di sebuah panci di dapurnya. Dengan bersenandung kecil. "Kau mulai kurang ajar!" ketus Regil. Karina tersentak lalu menoleh."Ah maaf, kau sudah bangun, aku hanya menyiapkan sarapan.." air wajahnya berubah tidak enak. Regil menempatkan dirinya di samping Karina."Bubur.." gumam Regil saat melihat apa yang di masak Karina. Karina mengangguk."Kesukaanmu dulu.." senyum tipis terbit. Regil melirik Karina lalu mencium bibirnya sekilas."Hm... Aku mandi dulu.." pamit Regil. Baru beberapa langkah Regil menoleh."Jika ada yang menekan bel, jangan berani bukakan pintu!" tegas Regil lalu kembali berlalu. *** Regil mengunyah buburnya dengan perlahan, dia benar - benar rindu bubur buatan Karina, lidahnya seolah tengah meresapi rasa dari buburnya dengan penuh kerinduan. "Apa enak?" Regil melirik Karina sekilas lalu mengangguk. "Hm" Karina mengelus dadanya sekilas."Syukurlah.." ucapnya lega. "Hm.. Makan yang banyak, setelah ini kita belanja ke mall.." Karina terkejut lalu terpekik senang."Keluar? Benarkah?" tanya Karina tidak percaya. Regil berdehem."Hm.. Jangan berharap kau bisa kabur.." tatapannya menajam sesaat. "Aku janji, akan slalu menempel.." yakin Karina dengan senang. "Bagus, ke toilet pun harus ikut.." tambah Regil santai, sedangkan Karina terkejut. "Oh itu tidak.." pekik Karin tak terima, refleks. Regil tersenyum samar."Hm" balas Regil acuh. Karina tersenyum senang, membayangkan kencannya dengan Regil, kencan? Hey sadarlah batin Karina sebal namun senang. "Kenapa tersenyum seperti itu?" tanya Regil heran. Karina salah tingkah."Tidak, ayo lanjutkan makanmu.." kata Karina dengan melempar senyum. Regil kembali acuh."Hm" dimakannya bubur itu dengan lahap. *** Karina memejamkan matanya, di tarik nafasnya seolah menikmati kerinduan udara di sebuah mall. Rasanya beda batinnya senang. "Ngapain? Ayo!" ajak Regil sedikit kesal karena Karina terlalu asyik dengan dunianya. Karina tersentak lalu menerima uluran tangan Regil, ikut berjalan di sampingnya dengan pandangan terus mengedar kesetiap penjuru mall. "Sudah hampir 2 bulan aku ga keluar, memang beda ya rasanya.." jelas Karina antusias. Regil masih diam dengan keacuhannya. Karina menghentikan langkahnya membuat Regil menoleh kearah Karina."Ada apa?"tanya Regil datar. Karina menunjuk ke salah satu toko."Itu.. Aku mau itu, boleh?" pintanya dengan riang. Regil melihat toko yang di tunjuk Karina lalu mengernyit bingung. kedua matanya melirik kearah Karina. "Boneka?" tanyanya tidak percaya, kenapa tidak menunjuk toko lingerie di sebelahnya. Karina mengangguk senang."Hm.. Aku suka doraemon dan yang itu aku belum punya, boleh ya?" tatapannya penuh harap. Regil menggeleng tegas."Tidak! Ayo kita tidak punya waktu banyak!" terang Regil sedikit ketus. Karina mengerucutkan bibirnya sebal, langkahnya kembali terayun beriringan dengan Regil, bedanya Karina berjalan sedikit enggan, matanya kembali melirik ke toko tadi dengan pasrah. Regil menuntun Karina ke toko dalaman, membuat Karina sedikit merona, di liriknya Regil yang sama sekali tidak terganggu dengan dalaman wanita yang bergantung di mana - mana. Regil melepas genggaman tangannya di jemari Karina lalu meraih dalaman ini dan itu yang tergantung cantik menurutnya. "Ayo kita ke kasir.." ajak Regil dengan setumpuk dalaman wanita di gendongannya. "Kam-kamu tahu ukuran aku?" cicit Karina di akhir kalimat. "Hm.. Ayo!" Regil berlalu menuju kasir, di ikuti Karina yang menunduk malu. *** Karina menghela nafas berat, sudah 1 jam mereka berkeliling belanja ini itu. "Lelah? Pulang?" Karina menoleh ke samping, tempat Regil duduk lalu menggeleng. "Aku 4-5 jam kuat, tapi karena udah lumayan lama ga ke mall jadi gini kali ya, lemes.." keluh Karina dengan peluh membasahi wajahnya. Regil menyeka peluh di pelipis Karina lalu merangkul Karina."Yaudah pulang, mau gendong?" tawar Regil. Karina tersenyum kecil."Ga usah.." tolaknya dengan lesu. *** Karina tertidur pulas di mobil, dengan pelan Regil menggendong Karina. "Kecil - kecil berat.." gumam Regil. Karina yang merasa terguncang, bangun dari tidurnya lalu repleks merangkul leher Regil. "Turunin.." pinta Karina dengan setengah mengantuk. Regil hanya melirik, tanpa menghiraukan Karina. Regil mendudukkan Karina di ujung kasur lalu menatap lekat Karina, membuat Karina salah tingkah dan gugup. "A-ada apa?" tanya Karina bingung. "Kita jadikan ke Bali, lusa.." Mata Karina membola."Liburan? Kita?" pekik Karina tak percaya. "Honeymoon, sayang.." Karina mengulum senyum dengan kedua pipi yang merona. Regil beranjak, membuka kaosnya, membuat Karina kini was - was. "Ke-kenapa buka baju?" Regil menghentikan tangannya yang sedang membuka resleting celana."Mandi masa pake baju.." balas Regil santai lalu kembali dengan kesibukannya. Karina membalik badannya membelakangi Regil."Tapi kan ga di sini juga bukanya.." gumam Karina. Regil memeluk Karina dari belakang, meraih rambut Karina untuk ia ke sampingkan, di kecupnya dalam leher Karina. "Ahh.." desah kecil yang keluar dari mulut Karina. ciuman Regil naik ke rahang, ke pipi lalu ke bibir Karina. Regil menekan bibirnya di bibir Karina, melumatnya dengan telaten. Karina yang sempat tersentak mulai memejamkan mata, menerima apa yang di lakukan Regil. Regil melepas pagutannya, menatap Karina sejenak lalu beranjak. "Aku mandi dulu.." pamitnya. Karina mengangguk samar. *** Karina menatap sendu tiket pesawat di tangannya."Honeymoonkan untuk pasangan yang sudah menikah.." gumam Karina tanpa sadar, Regil menoleh tanpa bersuara. "Ayo , sudah mau berangkat.." Regil meraih tangan Karina lalu di tuntunnya menuju pesawat. Di dalam pesawat Karina duduk dengan lesu, menatap jendela yang penuh gumpalan awan. "Makan.." titah Regil membuat Karina menoleh lalu melirik makannan di depannya. Daging ayam kecap, salad, jus jeruk, dll. "Aku ga suka ayam kecap, sayuran, jusnya aku ingin jus mangga.." "Harus suka sayur, aku suapin.." Karina menggeleng kuat."Pait, engga mau" rengeknya. Regil masih keukeuh dengan keinginannya. "Aa.. Buka mulutnya.." Karina menutup mulutnya lalu menggeleng. "Kamu mau aku jahat lagi? terus siksa kamu selama di Bali?" tanya Regil tajam di depan muka Karina. Karina menciut lalu membuka mulutnya dengan ragu, mengunyahnya dengan hati - hati. Regil mengusap sekilas rambut Karina. Karina berkaca - kaca, merasakan sayur yang sangat tidak di sukainya. "Kenapa nangis?" tanya Regil dingin, membuat Karina dengan cepat menghapus air matanya yang turun."jangan jadi manja! Cepat kunyah" lanjutnya. Karina mengangguk sedih. Regil memang Regil batinnya sendu. Regil memakan makanannya dalam diam, sesekali menyuapi Karina lalu di panggilnya sang pramugari. "Saya ingin jus mangga.." sang pramugari mengangguk ramah. Karina menoleh, Regil pun ikut menatap Karina. "Jus mangga kan?" Karina mengangguk lalu tersenyum kecil, Regil memang suka begini, baik dan jahat selalu datang bersamaan. *** Karina membuka kamar yang akan di tempatinya bersama Regil, matanya membola menatap keindahan di kamarnya. Karina terpekik, lalu menatap Regil haru. Kapan Regil membelinya, batin Karina. Boneka yang waktu di mall Karina lihat kini ada berjajar di atas kasur, dengan bertabur bunga lalu sebuah cincin di antaranya. Karina memeluk Regil."Terima kasih aku seneng.." akunya dengan mata berkaca - kaca haru. Regil mengurai pelukannya."Hm.. Maaf karena aku tidak bisa berjanji akan selalu bersifat baik, tapi aku berjanji akan selalu menjaga kamu dan kalimat yang selalu ingin ku ucapkan dulu kini bisa ku ucapkan padamu.." Regil memandang Karina cukup lama. "WILL YOU MERRY ME?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN