Part 4 - Perang Batin

922 Kata
Joa duduk di depan cermin, matanya tertuju pada perban yang membalut kepalanya. Dengan gemetar, ia mencabutnya, mengerang pelan saat rasa sakit kembali mengingatkannya pada kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa Ryu. Luka bekas jahitan itu masih basah, dan ia merasa ngeri saat melihatnya. "Tak ada waktu untuk meratapi rasa sakit," ia berkata pada dirinya sendiri sambil menatap wajahnya yang lelah dan pucat, lalu menyeka air mata yang mengalir tanpa bisa ia tahan. Apapun yang terjadi, ia harus tampil sempurna malam ini. “Joa, kau mau ke mana?” suara Renata yang datang tiba-tiba membuatnya terkejut. Rekan satu kos yang selalu ada untuknya itu kini berdiri di ambang pintu, menatapnya penuh tanda tanya. “Aku harus kerja malam ini,” jawab Joa tanpa menoleh, berusaha menenangkan diri sambil memilih pakaian terbaik yang dimilikinya. Pakaian yang cukup elegan untuk menarik perhatian, cukup menggoda untuk mendapatkan perhatian pria kaya. “Tapi kamu baru keluar dari rumah sakit sore ini, Joa,” kata Renata, suaranya penuh keprihatinan. “Aku harus cari uang tiga ratus juta,” jawab Joa, berusaha terdengar yakin meskipun hatinya hancur. Renata terdiam sejenak, matanya membelalak, terperangah. “Tiga ratus juta? Kau gila? Dari mana kamu mau dapat uang sebanyak itu?” Joa menarik napas panjang, menunduk sejenak. Sementara Renata mengamati sahabatnya yang tampaknya semakin terpuruk, semakin kehilangan diri. “Please, Re. Bisakah kau membantuku mencari uang tiga ratus juta,” ujar Joa, menatap Renata dengan mata penuh harap yang hampir tak bisa disembunyikan. Renata menggeleng pelan, tampak bingung dan cemas. “Joa, kau tahu apa yang aku lakukan untuk mendapatkan uang, 'kan? Aku punya banyak orang yang menyewa jasaku, tapi tiga ratus juta… itu terlalu besar. Aku nggak bisa membantu kau dengan angka sebanyak itu.” Joa diam, berpikir sejenak. Dalam hatinya, ia tahu bahwa Renata bukanlah orang yang mudah memberi bantuan dalam hal ini. Pekerjaan Renata sebagai wanita penghibur sudah biasa, tapi ini berbeda. Tiga ratus juta adalah jumlah yang terlalu besar, bahkan untuk seseorang yang terbiasa dengan transaksi besar seperti Renata. “Jangan bilang kau mau bayar operasi Ryu?” tanya Renata dengan nada lebih lembut, seolah mengetahui apa yang ada di pikiran Joa. Meski Joa tidak menceritakan masalahnya, tapi Renata tahu kecelakaan yang melibatkan Joa dan Ryu tiga hari lalu. Joa terdiam, hatinya bergetar hebat. Renata selalu tahu apa yang ia pikirkan, selalu bisa membaca keputusasaannya. “Iya, Re… Ryu… koma gara-gara aku,” ujar Joa pelan, suara itu hampir pecah. “Joel bahkan menyalahkanku. Aku nyaris membunuhnya. Aku tidak bisa hanya berdiri diam. Aku harus selamatkan Ryu.” Renata terdiam, matanya seakan menilai sahabatnya. Dia tahu betul apa yang sedang dihadapi Joa—salah satu kecelakaan terburuk yang mungkin terjadi, dan rasa bersalah yang hampir menghancurkan hidupnya. Namun, sesuatu yang lebih dalam membuat Renata gelisah. Ia tahu bahwa keputusan Joa malam ini bisa membawa keduanya ke jalan yang sangat gelap. “Aku tidak bisa membiarkan kau melakukan hal bodoh ini, Joa,” ujar Renata dengan nada yang lebih serius. “Jual keperawananmu? Itu… itu gila! Selama ini kau selalu berusaha menjaga kesucianmu, dan sekarang… kau malah mau mengorbankannya begitu saja?” Joa menatap Renata dengan mata yang penuh kebingungan dan amarah yang tersembunyi. “Terus, apa lagi yang bisa aku lakukan, Re? Uang tiga ratus juta itu bukan uang yang sedikit. Aku bahkan nggak tahu di mana keluarganya Ryu, dan aku nggak punya siapa-siapa untuk minta bantuan!” Renata menunduk, menarik napas panjang, merasa betapa beratnya beban yang harus dipikul sahabatnya. Ia merasa cemas, karena meskipun ia tahu betapa besarnya cinta Joa pada Ryu, langkah yang akan diambilnya ini sangat berbahaya. Ia juga tidak tahu bagaimana harus membantu tanpa memperburuk keadaan. “Kau bisa pakai uangku,” kata Renata dengan suara lirih. Joa menggelengkan kepala, menolak ide sahabatnya. “Tetap saja, aku harus mengganti uangmu suatu saat nanti, Re. Kau sudah banyak membantu aku, aku nggak mau membuatmu semakin terjerat,” jawab Joa, meskipun jelas terlihat keteguhan di wajahnya. Ia tak ingin menambah beban sahabatnya. Renata terdiam, memutar otak mencoba mencari solusi. “Lalu bagaimana, Joa? Kamu benar-benar mau melakukannya? Demi Ryu, kau rela kehilangan kesucian yang selam ini kau jaga. Bagaimana dengan impianmu?" tanyanya, suara penuh keputusasaan. “Ini bukan jalan yang baik. Kalau kau tetap nekat melakukannya, kau pasti akan menyesal. Aku berani mengatakan ini karena aku sudah berada di dunia gelap ini bertahun-tahun.” Joa menggenggam tangan Renata, berharap sahabatnya akan mengerti. “Aku nggak punya pilihan lain, Re. Aku harus selamatkan Ryu. Aku akan cari klien yang cocok untukku, tapi aku butuh bantuanmu. Kau satu-satunya orang yang bisa membantuku menemukan mereka. Aku mohon, ini cuma satu-satunya harapan aku.” Renata terdiam, matanya yang semula penuh kecemasan kini dipenuhi dengan kebingungan yang mendalam. Ia tahu betul apa yang Joa hadapi, namun membiarkannya memasuki dunia itu adalah hal yang sangat sulit baginya. “Joa… aku nggak tahu harus bilang apa lagi,” ucapnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada sahabatnya. “Kau bisa saja menghancurkan hidupmu.” Joa menunduk, wajahnya penuh dengan keputusasaan. “Jika itu yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan Ryu, aku akan melakukannya, Re. Tidak ada lagi jalan lain.” Renata menatap Joa dengan perasaan yang kacau. Ia merasa tidak bisa berkata “tidak”, karena ia tahu betul jika ia menolaknya, Joa akan melakukannya sendirian. “Oke… oke, kalau begitu,” jawab Renata, mengalah. “Aku akan bantu kau cari klien.” Namun, di dalam hati Renata, ada kegelisahan yang semakin membesar. Ia merasa bahwa dengan langkah ini, mereka sedang menapaki jalan yang mungkin akan mereka sesali suatu hari nanti. ***

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN