36. Di Antara Dua Pilihan

2111 Kata

“Mbak Desya kok diam terus dari tadi?” tanya Dek Arun ketika kami sudah berada di tengah-tengah perjalanan pulang. Anak ini pasti mencium kejanggalan karena beberapa jam yang lalu aku masih sangat aktif bicara dan menanggapi kalimat-kalimatnya. “Masa, sih?” “Iya!” Dek Arun kini menatap depan. “Mas Dhika juga. Jangan-jangan kalian bertengkar.” “Kamu kira kami anak kecil, sampai harus bertengkar?” “Nah! Batul kata kakakmu. Kami enggak bertengkar, kok. Kami diam karena lelah aja.” Iya, lelah. Lelah dengan semua keadaan yang ada. Aku lelah dengan semua harapan yang kubangun sendiri. “Iya, sih. Aku juga lelah. Cuma jangan diem aja, dong.” “Jadi aku harus gimana, Dek?” Dek Arun meringis. “Ya enggak gimana-gimana, sih, Mbak. Cuma aku ngerasa sunyi aja.” “Mending tidur lagi aja, gimana?”

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN