51. Sebuah Pelukan

2122 Kata

“Udah, dong, meluknya.” Aku mulai sesak karena Jenna tak kunjung melepas dekapannya. Dia bahkan sampai menangis gara-gara aku harus pulang ke Jakarta dan tinggal lama di sana. Semalam dia juga minta tidur di kamarku yang kemudian aku turuti. Tak masalah aku tidur agak berimpitan karena memang ranjangnya di-design untuk satu orang. “Lain kali aku masih ke Jogja lagi, Jen. Jangan lebay.” “Ya iya, tapi kan masih lama. Apalagi kamu ikut wisuda periode berikutnya lagi. Yang periode besok aja masih dua bulanan, kalau besoknya lagi hampir setengah tahun, Des.” Jenna benar. Kalau wisudaku sesuai jadwal yang tertera di kalender akademik, itu masih lima bulan lebih. Kalau ada perubahan jadwal, biasanya dari pihak kampus akan mengabari. Sebenarnya, jadwal wisuda tak ada masalah sama sekali. Baik i

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN