Mancari petunjuk

1172 Kata
Tim perak berada di ruang otopsi, bersama dokter yang mengotopsi mayat Yuda dan mayat terbakar yang belum mereka kenali. Ketua dokter forensik bernama Abraham, dokter itu mulai menjelaskan tentang detail mayat Yuda. "Tidak ada tanda k*******n dengan benda tumpul" "Hmmm ada tusukan sebanyak 15, dengan luka acak seperti yang kalian lihat" ucap Abraham pada tim merak. Lisa memperhatikan luka tusukan yang tak terlalu dalam itu. Sedangkan Wisnu tak berani melihat ke arah pria yang sudah menjadi mayat itu, ia takut mimpi buruk. "Korban sudah di pastikan meninggal karena kehabisan darah, dan tubuhnya terkena shock" jelas dokter Abraham. "Tubuhnya sedikit membusuk karena sepertinya suhu ruangan terlalu panas" lanjut dokter itu. "Apa menurut pelaku dendam kepada korban dok ?" tanya Raka kepada dokter Abraham, karena setaunya Yuda sangat pendiam dan tidak mudah bersosialisasi. "Pelaku 100% amatir, dia tidak tau di mana organ vital korban" "Lihat ini, dia berulang- ulang menusuk acak bagian d**a dan perut namun tak terlalu dalam hingga tak mengenai organ vital" "Tangan kanannya juga kaku dan seakan menggengam sesuatu, apa kalian mendapatkan sesuatu itu?" tanya dokter Abraham. "Ya tentu, sudah kami amankan" jawab Raka. "Kematiannya dua hari yang lalu, ada sisa kopi di lambungnya" ucap dokter Abraham. "Ya dua hari yang lalu kami minum kopi" ujar Raka memberitahukan saat ia terakhir bertemu Yuda. Abraham memandang curiga ke arah Raka. "Bertiga dengan salah satu teman wanita kami, lalu aku mengantarnya pulang. Aku ada rekaman dashcam. Raka tak ingin di curigai oleh Abraham. 3 hari yang lalu ia sudah menjelaskan tentang kronologinya, saat ia bertemu dengan Yuda pada malam itu. Dia juga merupakan salah satu saksi, karena ia yang terakhir bertemu dengan Yuda sebelum Yuda tewas. "Nah untuk mayat yang terakhir saya belum bisa memastikannya lebih lanjut, mungkin satu minggu lagi. Kita bisa bertemu kembali" ucap Abraham. "Kenapa belum bisa dok ?" tanya Leon penasaran. "Kondisinya gak baik, organ vitalnya banyak yang terpanggang. Bahkan matanya telah meleleh" jawab dokter Abraham. Mungkin otak encernya pun masih belum paham, kenapa manusia setega itu dengan manusia lainnya. "Yang pasti mayat ini wanita" ucap dokter Abraham memberitahukan satu info penting untuk tim perak. Jantung Raka berdetak cepat mendengar info itu, ia takut perempuan itu Pipin. "Oh iya ini catatan mayat dari Yuda" dokter Abraham hampir lupa memberikan laporan otopsi dari Yuda. Laporan itu menyangkup semua hasil dari otopsi.Mulai dari nama, umur, jenis kelamin sampai penyebab kematian, jam, dan luka. "Baiklah dokter, terimakasih atas kerjasama dan kerja kerasnya. Kami akan kembali ke kantor" ucap Lisa segera pamit dari ruangan otopsi mayat itu. "Terima kasih dok" ucap Leon dan Wisnu bersamaan. Sedangkan Raka yang mematungpun segera sadar dan pamit pada dokter Abraham, pria itu segera pergi dari sana mengikuti Lisa yang berjalan paling depan. . . . "Terimakasih pak" ucap Wisnu pada cleaning service yang mengantar pesananan pada devisi kejahatan berat. Wisnu menaruh 4 minuman soda, 2 salad dan 2 burger extra daging. "Kenapa kalian mendadak jadi vegetarian ?" tanya Lisa pada kedua rekannya. "Gue lagi puasa daging" jawab Leon mendelik jijik pada burger Lisa. "Gue juga kak" Wisnu ikut menjawab pertanyaan Lisa, sebenarnya ia ingin juga memesan burger namun perutnya kembali mual jika mengingat daging dari mayat malam itu. "Lu juga kenapa ? melamun aja ?" tanya Lisa sembari mengigit besar burgernya. "Gue kepikiran sama temen gue yang waktu itu ngumpul sama gue sama Yuda, dia juga belum ada kabar kak s****h hari ini" jelas Raka. Ia khawatir dengan Pipin. "Gue takut mayat wanita yang kebakar itu mayat Pipin" lanjut Raka. "Pipin ?" tanya Leon seperti tak asing dengan nama itu. "Bukan Pipin anak bu Ndari kan ? Hahaha " tanya Wisnu bercanda. "Nah itu dia, Pipin anak bu Ndari. Itu temen Yuda sekaligus orang yang bakal jadi partner baru kita" jawab Raka yang terlihat masih khawatir. "Hah ?" Leon dan Wisnu bingung, kaget dan cengo disaat bersamaan. "Ah pantesan gue kaya kenal, gue pernah ketemu dia di kantor FBA. Dia mantan anggota FBA kan ?" tanya Lisa sembari menyuap bagian burger terakhir. "Kakak tau ? kenapa gak bilang ?" tanya Raka sedikit marah. "Yaaah gue kira dia juga lagi ada misi, mana gue tau kan. Siapa tau dia udah pindah di FBU atau FBE ? Orang pinter mah gampang aja kalo cari kerja. Kan ?" Jelas Lisa masuk akal. "Kalo gitu. Kenapa kita gak kerumah bu Ndari sekarang" Wisnu mencoba memberi ide pada tim perak. "Bener juga, saking sibuknya ngurus A.gung gue jadi lupa bahwa ada tugas lain yang harus juga kita selesaikan" ucap Raka. "Susah juga ya ? Kenapa kudu harus ada pembunuhan di saat kita ngurus kasus Ridwan" tambah Lisa. "Kalian ngerasa ini salah satu kesengajaan dari dalang pembunuh Ridwan gak sih ?" tanya Leon pada rekan- rekannya. "Bisa jadi iya bisa jadi tidak, makanya kita perlu bukti untuk menangkap pelaku" ucap Lisa. "Yaudah ayo kita ke tempat bu Ndari" ajak Wisnu semangat. Ia ingin segera membongkar dalang dari semua serangkaian peristiwa itu. . . . Lisa membuka paksa portal yang ditutup di depan perumahan yang dulu mereka tempati. Banyak rumah yang lampunya padam, mungkin penghuninya telah tidur di jam 8 malam ? Lisa mengamati keadaan perumahan yang sepi itu, masih terdapat noda darah tempat di mana ibu Aju terkena tembakan. Banyak juga kaca rumah yang pecah akibat terkena tembakan acak dari pelaku waktu itu. Bahkan jendela atad rumah kontrakan yang dulu mereka tempati masih terbuka sepenuhnya. Di jendela itulah Leon menembak pelaku memakai snipernya. "Gila suasana nya serem banget di sini" bisik Wisnu pada Leon. "Bener- bener kaya perumahan terbelangkai" Leon berbicara pelan, takut ada yang mendengar lalu tersinggung. Angin bertiup kencang, badan Wisnu merinding seketika. Segera ia menggandeng tangan lengan Leon. "Kak gue merinding nih" ucap Wisnu sedikit ketakutan. "Haduuh kayanya ijazah akademi lu, lu sogok kan ? Apa karena bapak lu jenderal jadi lu langsung di lulusin ?" tanya Lisa jengkel pada Wisnu. Pria itu terlalu penakut untuk seorang yang pernah berlatih militer. Wisnu tertohok mendengar perkataan Lisa, ia berjalan gontai di belakang Leon. "Lemes dah tuh" ucap Leon mengejek Wisnu yang berjalan di belakangnya. Sementara yang lain mengobrol Raka segera masuk ke dalam teras bu Ndari. Sosok yang bertubuh tambun namun baik hati itu telah tiada, membuat daun- daun kering terurus tak tersapu. Dan rumput liar tumbuh semakin memanjang. Lisa mengikuti jalan Raka, ia melihat lampu rumah yang masih menyala. Kemungkinan besar anak bu Ndari alias Pipin masih tinggal disana. Masih juga ia memikirkan kemungkinan yang ada, pintu rumah itu terbuka. Menampilkan sesosok perempuan, memakai pakaian serba putih melihat ke arah mereka. Wajah perempuan itu sangat pucat. "Ya tuhan belom juga ketemu, mama ku udah ketemu demit" teriak Leon ketakutan. "Ya allah aku masih ingin naik pangkat jadi jenderal 10 ! Ya allah tolong usir jin itu agar aku tak jantungan" kini Wisnu yang mulai berteriak tak karuan. "Allhamuma bariklama fima...." dan Raka malah membaca doa makan, yang tentu pria itu tak terlalu hapal. Lisa juga hampir kaget jika tak melihat kaki perempuan itu yang menampak lantai. Bagaimana setan bisa jalan, biasanya setan itu melayang. Tanpa basa- basi Lisa langsung memanggil nama sang perempuaan. "Fina Fanduwinata ?" ucap Lisa dengan lantang.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN