Sempat berseteru panjang, akhirnya kepulangan SMA Catur Wulan pun diundur hingga pagi tiba membuat sebagian anak perempuan langsung bergegas untuk tidur. Mereka semua kebanyakan melakukan istirahat lebih awal, agar ketika kembali pagi nanti tidak kelelahan.
Pagi pun tiba lebih cepat daripada biasanya, Evelina sudah terbangun pun mulai membereskan seluruh barang bawaannya. Gadis itu sudah membersihkan tubuh dengan berganti pakaian menggunakan jaket merah yang dipadukan kaus lengan pendek berwarna putih polos.
Evelina menggunakan celana bahan panjang dan sepasang sandal karet agar memudahkannya naik menuju jalan besar. Memang bisa dikatakan mereka akan menempuh perjalanan cukup lama. Sehingga harus benar-benar mencari jalan yang pas dibandingkan mementingkan penampilan agar dapat dinikmati dengan baik.
Setelah selesai Evelina pun turun sembari menyeret barang bawaannya berupa satu tas besar dengan koper berwarna hitam yang tidak terlalu berat, sebab sebagian isinya telah digunakan untuk bertahan hidup di desa tersebut.
Ketika Evelina turun, ia tidak melihat siapa pun di luar membuat gadis itu mengembuskan napasnya panjang. Tepat menaruh barang bawaannya bersama milik murid SMA Catur Wulan yang lain, Evelina melenggang santai ke arah dapur.
Sejenak gadis itu membuka tempat nasi yang masih tersisa lumayan banyak membuat Evelina tersenyum tipis. Nyatanya ia tidak perlu memasak nasi lagi, karena nasi goreng yang akan dibuat sudah cukup dimakan empat orang dengan porsi tidak terlalu banyak.
Dengan menggulung lengan jaketnya, Evelina mulai menyalakan tungku. Gadis itu begitu telaten membuat api agar tidak terlalu besar dan kecil. Kemudian, mulai memanaskan wajan yang sudah diberikan minyak wijen.
Sebenarnya salah satu alasan Evelina tidak menggunakan minyak goreng adalah Reyhan ternyata sedang melakukan pengobatan di bagian tenggorokannya. Sehingga lelaki itu perlu berhati-hati dalam memakan makanan mengandung minyak goreng.
Untung saja Evelina yang sudah siap dalam keadaan terburuk sekalipun tidak merasa khawatir. Gadis itu tampak dengan sabat mengipasi api yang secara perlahan membesar tidak beraturan sampai Evelina rasanya benar-benar kesal, tetapi ia tidak bisa marah begitu saja pada api.
Saat Evelina bergelut dengan api, tiba-tiba datang sesosok hantu bertubuh besar menatap mata menyalang yang membuat gadis tersebut mengalihkan pandangannya.
“Kenapa? Kalau datang ke sini hanya untuk mengganggu lebih baik pergi,” usir Evelina kesal.
Sesosok hantu bertubuh besar itu tampak tidak mempercayai kenyataan bahwa Evelina melihatnya pun langsung melayang menjauh, sebelum akhirnya melayang dengan kecepatan tinggi mendekati Evelina yang sibuk mengurus tungku.
Tentu saja pergerakan itu membuat Evelina spontan memukul sesosok tersebut dengan centong nasi yang ada di tangannya, lalu berteriak terkejut. Nyatanya sesosok besar itu benar-benar mencari perkara dengan Evelina sampai berani menggodanya seperti ini.
“Astaga, bisakah kau diam jangan mengejutkan seperti tadi!?” omel Evelina menatap penuh kesal sekaligus tidak percaya.
Jelas gadis itu terkejut bukan main melihat betapa jahilnya hantu yang ia temukan kali ini. Bahkan nyaris membuat jantungnya berhenti berdetak saking terkejutnya. Untung tidak ada yang mendengar teriakan terkejut Evelina akibat The Handsome Guy masih tertidur.
“Kau bisa melihatku?” tanya sesosok besar tersebut dengan terkejut, lalu mendekati Evelina.
Spontan Evelina memutar bola matanya malas. Mungkin memang tidak dapat dipungkiri bahwa sesosok tersebut terkejut, karena tepat hari pertama memunculkan diri Evelina tampak acuh tak acuh sampai mereka pergi dengan sendirinya.
“Jangan mengganggu lagi, tolong biarkan aku sendiri,” pinta Evelina menahan kekesalan dengan setengah menggeram.
Sesosok tersebut masih penasaran pun langsung menatap Evelina lekat-lekat. Wajah keduanya nyaris bersentuhan membuat Evelina menatap dengan mata setengah juling melihat betapa dekatnya sesosok tersebut.
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Evelina bingung.
“Kamu benar-benar bisa melihatku?” Sesosok besar itu masih tidak mempercayai bahwa gadis cantik di hadapannya bisa melihat dirnya dengan jelas.
Evelina mengangguk malas, lalu menjawab, “Iya aku bisa melihat dengan jelas. Memangnya kenapa?”
“Aku sedikit kesepian berada di sini sendirian,” keluh sesosok tersebut mendudukkan diri di pohon yang berada tepat di hadapan Evelina sembari memperhatikan kegiatan manusia di hadapannya.
Evelina mengernyit sesaat. “Bukankah di sini banyak sosok juga yang terjebak?Kamu bisa bermain dengan mereka agar tidak kesepian.”
“Tidak, aku takut dengan mereka. Meskipun tubuhku besar, tapi dibandingkan dengan usia mereka jelas aku masih sangat kecil.”
“Yakin? Tapi, mengapa kamu tidak takut denganku?”
“Entahlah. Aku merasa kamu orang baik dan tidak mungkin melakukan hal buruk.”
Evelina mengangguk beberapa kali, lalu mulai penasaran apa yang sebenarnya membuat sesosok tersebut bisa terjebak di dunia seperti ini. Padahal mereka bisa melakukan jalan ke tempatnya masing-masing.
“Lantas, apa yang membuatmu berada di sini? Apakah kamu telah melakukan kesalahan besar?”
“Sepertinya aku melupakan sesuatu ketika masih hidup, tapi sampai hari ini aku belum bisa mengingatnya. Alhasil aku terpaksa terjebak di sini dengan kesepian.”
“Setiap arwah yang masih berada di dunia nyata itu ternyata memiliki urusan belum terselesaikan ketika mereka meninggal?”
“Iya, benar. Apa kamu tahu orang yang kecelakaan dan langsung meninggal? Mereka rata-rata seperti aku yang masih dalam ambang kesadaran. Mereka sadar telah tiada, tapi hati mereka masih belum menerimanya. Jadi, begitulah mereka berada. Sampai di mana hari mereka menerima kenyataan itu dan kembali ke alam masing-masing.”
“Sampai kapan kamu bisa bertahan sendirian?”
“Kalau bisa menyerah, aku tidak akan berada di sini sampai hari ini,” jawab sesosok tersebut tersenyum miris.
Sontak hal tersebut membuat Evelina menatap dengan sendu. Gadis itu sama sekali tidak menyangka ternyata para arwah yang masih belum menemukan jalannya akan merasa sangat kesepian.
Namun, entah apa yang telah diperbuat ketika masih hidup, Evelina jelas belum bisa membantunya apa pun. Nyatanya Evelina pun masih perlu banyak belajar, termasuk berinteraksi dengan sesosok tersebut.
“Jangan bersedih, kamu juga akan mendapa giliran. Sekarang bertahanlah agar kamu tidak merasa rindu ketika sudah berada di alam nanti,” balas Evelina dengan bijak.
Setelah itu, Evelina pun langsung mengangkat sarapannya yang telah siap. Membuat sesosok bertubuh besar itu pun melayang turun dan mendekati Evelina yang terlihat mengambil empat piring membagi nasi sisa kemarin untuk sarapan.
“Wah, nasi goreng! Aku sangat suka nasi goreng,” ungkap sesosok tersebut dengan tersenyum senang.