“Lorena Yeseo Kim,” gumam Zafran ketika melihat name tag di tangannya.
Sejenak nama lengkap dari gadis yang selama ini menjadi incaran Reyhan pun terungkap membuat Jordan ikut menoleh dan memperhatikan wajah sang gadis tersebut.
“Nama lo … keturunan Korea, ya?” tebak Zafran tepat sasaran, karena ia sempat beberapa kali melihat nama marga yang sering Evelina bicarakan ketika gadis itu memulai fangirl-nya.
“Iya,” jawab gadis tersebut mengangkat kepalanya dan menatap Zafran penuh, lalu tatapannya pun turun pada sebuah benda yang masih berada di tangan lelaki itu.
Sedangkan Zafran yang baru saja melakukan aksinya pun langsung menatap ke arah Lorena Yeoso Kim. Gadis yang tampak datar, tetapi wajahnya memancar ketakutan sekaligus kelegaan.
“Ini name tag lo,” ujar Zafran memberikan benda tersebut, lalu berbalik menatap ke arah Reyhan dan memberi kode pada lelaki itu untuk mendekat.
Seakan mengetahui kode tersebut, Reyhan pun melirik sang pelaku sesaat. Sebelum akhirnya melangkah menghampiri seorang gadis dengan sedikit gugup. Entah kenapa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.
“Uhm … Yeoso,” panggil Reyhan menetralkan detak jantungnya yang mendadak berdetak dua kali lebih cepat.
Mendengar nama aslinya dipanggil, gadis itu pun mengangkat kepala dan mendapati seorang lelaki yang tampak tidak asing diingatannya sekaligus aksi mengejutkan tadi membuat Yeoso benar-benar tidak percaya.
“Lo enggak apa-apa?” tanya Reyhan sedikit canggung sembari mengusap tekuknya sesaat.
“Makasih,” ucap Yeoso tersenyum tipis.
Mendapat senyuman dari seorang gebetan yang selama ini menjadi incaran, Reyhan tidak dapat menahan kegembiraannya. Lelaki itu tampak diam-diam bergerak kegirangan membuat Zafran dan Jordan yang tanpa sengaja melihatnya langsung memutar bola mata malas.
Namun, keduanya langsung mengurus empat pelaku tidak bermoral yang harus diamankan. Tentu saja mendapat masalah dengan The Handsome Guy membuat mereka tidak bisa meloloskan diri.
“Gue urus mereka dulu, Rey. Kalau lo minta bantuan langsung ke kelas Eve aja, mungkin dia lagi khawatir saja Jo yang bakal ikut-ikutan nakal,” celetuk Zafran setengah bercanda membuat Yeoso yang sempat mengenal Evelina hanya tersenyum tipis.
“Bukankah Eve lebih khawatir sama lo, Zaf?” sahut Yeoso tanpa diduga siapa pun.
“Lo bisa bicara juga?” tanya Jordan sedikit menusuk membuat Zafran langsung menyikut sahabatnya dan mengkode agar tetap diam, karena lelaki itu benar-benar keterlaluan kalau sampai berbicara kembali.
Namun, sayang sekali Yeoso yang mendengar perkataan itu hanya tersenyum tipis. Ia tampak memaklumi perkataan Jordan yang sedikit menyindir perasaannya.
“Maaf, tadi gue sedikit terkejut ada kalian,” sesal Yeoso akan sikapnya tadi.
“Udah, jangan dengerin Jo. Walaupun dia kasar, tapi sebenarnya baik kok,” bela Reyhan supaya gadis di hadapannya tidak menanggapi dalam hati.
Setelah itu, Jordan dan Zafran mengamankan empat siswa yang sering melakukan pelanggaran di sekolah. Meskipun begitu, hal seperti ini tidak ada yang bisa dibenarkan. Apalagi menyangkut dengan pelecehan seksual.
Sedangkan Reyhan dan Yeoso tampak terdiam satu sama lain. Keduanya memang sudah terlambat memasuki kelas untuk memulai pelajaran. Membuat lelaki itu langsung berpikiran untuk membawanya bersama Evelina.
“Lo … mau ke kelas atau nurutin kata Zafran?” tanya Reyhan sebelum membawa gadis gebetannya hengkang dari belakang sekolah, karena kalau ketahuan mereka akan terkena hukuman.
“Gue udah telat kalau ke kelas juga,” jawab Yeoso mengembuskan napasnya panjang, lalu menoleh ke arah lelaki tampan di sampingya. “Lo … Reyhan yang sering lewa di kelas gue, ‘kan?”
“Kok lo tahu?” tanya Reyhan sedikit terkejut.
Yeoso mengangguk singkat. “Sebenarnya gue udah tahu lama kalau masalah itu, tapi gue pikir lo cuma kebetulan lewat aja. Jadi, gue tebak, lo suka sama gue, ‘kan?”
“Hah?” Reyhan mendadak mematung mendengar pertanyaan mengejutkan tersebut.
Tanpa menjawab apa pun, Yeoso melenggang lebih dulu. Meninggalkan Reyhan yang masih menatap tidak percaya dengan perkataan baru saja lelaki itu dengar.
Memang dari sikap Reyhan saja sudah dapat ditebak dengan jelas. Walaupun lelaki itu tidak menyadari sikapnya sendiri yang begitu terlihat. Karena selama ini Reyhan memang tidak pernah memperlihatkan sikapnya pada siapa pun.
Langkah kaki keduanya tampak mengarah pada kelas IPA yang terdengar sunyi. Seperti biasa, kumpulan siswa ambisius yang selalu mengedepankan nilai akademik.
“Lo kenal sama Eve dari mana?” tanya Reyhan membuka percakapan.
Yeoso menoleh sesaat, lalu kembali menatap lurus dengan tanpa sadar menyamakan langkah kakinya dengan lelaki yang berada di samping. “Sebenarnya dulu gue pernah satu kelompok pas praktikum sama dia. Waktu itu kalau enggak salah Jo lagi ikut olimpiade matematika, jadi Eve enggak ada kelompoknya. Karena mayoritas seluruh murid dari kelas dia itu seperti ngejauhin. Alhasil gue yang kekurangan kelompok pun senang. Gue enggak munafik kalau Eve itu aslinya pintar.”
Mendengar penuturan itu membuat Reyhan tersenyum tipis, lalu menatap gadis tersebut dengan tatapan penuh kekaguman. “Terima kasih udah jagain Eve pas Jo enggak ada.”
“Kalian bertiga sayang banget ya sama Eve?” tebak Yeoso tepat sasaran.
Reyhan mengembuskan napasnya panjang, lalu mengangguk pelan. “Eve itu udah kita anggap sebagai adik sendiri. Karena selama ini lo tahu ‘kan gosip Zafran yang sahabatan sama Eve dari kecil. Mereka emang udah lama banget bersama. Ibaratnya mirip saudara kandung, karena dari kecil sampai sekarang mereka selalu bersama, walaupun Eve sering ikut orang tuanya ke luar negeri. Tapi, baru-baru ini Eve tegas pada pendiriannya yang pengen menetap di Indo sampai pendidikannya selesai.”
“Oh, jadi kalian bertiga itu dekat sama Eve karena Zafran?” Yeoso mengangguk mengerti. “Pantas aja, gue sering lihat banyak kakak kelas yang berusaha ganggu Eve, tapi keesokkannya mereka malah jadi pendiam.”
“Itu karena Zafran udah tanganin duluan. Dia selalu bergerak cepat buat ngelindungin Eve,” timpal Reyhan tersenyum geli, lalu menghentikan sesaat langkah kakinya. “Kita udah sampai di kelas Eve.”