30. Menyembunyikan Perasaan Sebenarnya

1013 Kata
Bus kembali melanjutkan perjalanan menuju Jakarta tepat setelah Bu Liane melakukan usulan Reyhan dengan baik. Wanita itu benar-benar menaruh air di dalam botol tepat di bawah batu besar yang awalnya menjadi tempat persinggahan murid SMA Catur Wulan sesaat. Sepanjang perjalanan, mereka semua mulai berdoa dan berharap tidak ada kejadian yang mengejutkan lagi. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kejadian ini membuat rasa trauma tersendiri bagi mereka yang mengikuti kegiatan. Karena nyaris saja terjebak di dalam desa aneh yang benar-benar menyeramkan. Tidak ada yang bisa menampik bahwa kegiatan hiking memamng bisa menyenangkan maupun menyeramkan. Mereka sama sekali tidak dapat menduga bahwa akan ada hal-hal yang lebih mengejutkan lagi datang. Evelina menatap seluruh murid SMA Catur Wulan yang berada di dalam bus, mereka semua tampak sangat tenang dengan menyandarkan tubuh sembari memejamkan mata. Tatapan mata gadis itu pun beralih ke arah tiga lelaki tampan yang berada di sampingnya. Evelina mendapati Jordan, Reyhan dan Zafran tampak terlelap dengan tenang. Terlebih Zafran yang berada di sampingnya terlihat menggeleng ke sana-kemari akibat laju jalan tidak seimbang membuat Evelina tersenyum geli. Hal tersebut membuat Evelina langsung mengambil kepala Zafran secara perlahan, lalu meletakkan di pundak mungilnya. Hal tersebut membuat Zafran bergerak sesaat, dan kembali terlelap dengan tenang. Selesai memperhatikan The Handsome Guy, Evelina pun menatap keluar jendela bus yang mulai memperlihatkan banyak pemukiman warga. Bisa dikatakan bus sudah keluar dari desa menyeramkan tersebut. Namun, sampai di sini Evelina belum melihat hantu dalam jenis apa pun. Entah kemampuannya menghilang atau memang hantu di sini melarikan diri. Karena di perkotaan ramai jelas tidak mudah untuk melakukan kehidupan seperti mereka yang tidak terlihat. Selama memperhatikan jalanan, Evelina pun lama-kelamaan menjadi bosan. Gadis itu menyalakan ponselnya dan melihat baterai yang tersisa cukup banyak. Membuat Evelina langsung memutuskan untuk menyumpal telinganya menggunakan earphone dan mulai mendengarkan lagu-lagu yang menenangkan perasaannya. Tanpa sadar Evelina mulai mengikuti irama lagu yang tengah booming akibat lirik cantiknya sesuai dengan judul lagi tersebut. Tidak dapat dipungkiri gadis itu jatuh cinta dalam sekali dengar hingga membuatnya semakin ingin mendengarkan demi mencintai diri sendiri. Ketika mendengarkan lagu, Evelina menjadi teringat dulu saat masih menjadi pusat perisakan banyak siswi akibat persahabatannya dengan Zafran. Akan tetapi, lelaki itu dengan baik menjaga Evelina sampai tidak jarang membuat banyak siswi semakin iri. Hanya saja Evelina tidak bisa menjauhi Zafran. Hal tersebut yang membuat Evelina semakin mendapat banyak perlakuan tidak adil. Untungnya selama ini walaupun tidak ada Zafran, Evelina masih ditemani oleh Jordan yang ternyata sahabat lelaki itu juga. “You’re the most important person in your life, so be yourself. Be beautiful,” gumam Evelina mengikuti lirik lagu milik NCT 2021 yang diikuti oleh 21 member dengan dua di antaranya absen akibat hiatus dan memiliki kesibukan tersendiri sebagai aktor. Jujur saja, ketika Evelina baru pertama kali mendengarkan lagu cantik ini. Ia benar-benar seakan mencerminkan dirinya sendiri sampai rasanya Evelina ingin sekali menangis. Nyatanya mencintai diri sendiri itu lebih baik daripada membandingkan dengan orang lain. Di saat Evelina asyik mendengarkan musik, tanpa sadar perjalanan pun semakin singkat. Gadis itu merasakan sesuatu yang berada di bahunya bergerak pelan membuat Evelina menoleh. “Ve, lagi ngapain?” tanya Zafran mengusap wajahnya menahan kantuk. Ia tidak sadar sampai bersandar kepada sahabatnya yang begitu mungil. “Fangirl bentar,” jawab Evelina tanpa menoleh sama sekali. Zafran mengangguk singkat, lalu menegakkan tubuhnya kembali sembari mengambil botol air minum yang berada di sandaran kursi dan meneguknya hingga tandas. Setelah selesai, Zafran memperhatikan rute perjalanan yang ternyata sudah mulai memasuki wilayah tol penghubung antar pulau. Lelaki itu pun mengembusan napasnya lega. Setidaknya sudah keluar dari desa itu lebih baik dibandingkan tetap terjebak dalam situasi yang menyebalkan. “Ve, gimana sama penglihatan lo?” tanya Zafran menoleh sesaat. “Entahlah. Tiba-tiba gue enggak bisa ngelihat mereka lagi, Zaf,” jawab Evelina menggeleng bingung sekaligus tidak percaya. “Hah? Maksudnya?” “Dari tadi gue masih belum melihat mereka sama sekali. Padahal gue penasaran apa yang ada di sini, tapi mungkin mereka menyembunyikan diri.” Zafran mengangguk singkat. “Mungkin karena di kota, jadi mereka lebih memilih untuk tinggal di pedesaan. Karena ‘kan masih kental sama budaya leluhur yang menjadi daya tarik banyak makhluk halus singgah.” Tanpa menanggapi ucapan sahabatnya, Evelina hanya mengangguk singkat. “Oh ya, Ve, kalau di sekolah lo suka lihat yang begituan juga?” Zafran mendadak penasaran dengan tempat yang selama ini menjadi separuh dari kehidupannya. Evelina terdiam sesaat, lalu mengangguk pelan. “Gue pernah beberapa kali ngelihat hantu seragam sama seperti kita. Tapi, ada juga hantu pekerja kantoran. Biasanya mereka suka muncul di rooftop, lapangan indoor, perpus, sama halte depan sekolah.” Mendengar hal tersebut, Zafran tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Lelaki itu sama sekali tidak menyangka bahwa Evelina tampak sangat tenang, meskipun pernah bertemu dengan sesosok tersebut. “Ayo, Ve, cerita lagi! Gue penasaran sama lo yang nyembunyiin masalah ini dengan baik.” Zafran menatap penuh binar antusias. Evelina tertawa geli, lalu mengangguk pelan mengiakan permintaan sahabatnya yang begitu antusias. “Sebenarnya masalah ini udah gue alami sejak SD sih, Zaf. Lo ingat kita tamasya ke taman kota, ‘kan?” “Oh, itu!” balas Zafran mengangguk cepat. “Awalnya gue masih belum percaya apa yang gue lihat malah enggak kelihatan sama orang lain. Bahkan waktu gue tanya sama anak lain, malah mereka yang kaget sendiri. Sampai akhirnya gue kalau lihat apa-apa enggak mau bilang sama siapa pun. Karena gue mulai sadar kalau ternyata gue memiliki kemampuan khusus ini,” papar Evelina sekenanya. Zafran menatap penuh cemas. “Lantas, selama ini lo selalu melihat mereka walaupun diam, Ve?” “Yup. Gue lihat mereka kapan pun dan di mana pun. Tapi, enggak terlalu sering juga karena gue dulu masih belum nerima kemampuan ini. Jadi, kadang ngelihat kadang juga enggak. Mungkin kalau sekarang bakalan lebih sensitif,” jawab Evelina tersenyum geli melihat ekspresi Zafran yang tampak bingung sekaligus berusaha mencerna perkataannya. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa apa yang dikatakan Evelina cukup mengejutkan bagi Zafran. Apalagi gadis itu menyembunyikan dengan sangat rapi, sampai Zafran hampir tidak mempercayainya. “Kalau lo enggak bilang mungkin gue enggak akan tahu sampai kapan pun,” gumam Zafran penuh arti menatap Evelina sedikit berbeda.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN