22. Perlindungan Penuh

984 Kata
Nyatanya perlindungan yang diberikan oleh tetua adat benar-benar berfungsi dengan baik. Sampai Reyhan dinyatakan sembuh dan diperbolehkan untuk kembali ke vila. Mereka berempat melangkah beriringan dengan tanpa mengatakan masalah apa yang telah terjadi, termasuk menjawab keberadaan Reyhan di rumah kepala desa. Tentu saja semua itu telah diperingatkan oleh tetua adat agar tidak pernah mengungkit masalah yang lalu. Kini mereka semua telah kembali ke vila dengan beberapa murid SMA Catur Wulan terlihat tegang. Membuat Evelina merasa telah terjadi sesuatu, lalu menoleh ke arah The Handsome Guy yang mengangguk samar. Nyatanya bukan gadis itu saja. Reyhan yang bingung sekaligus tidak mengerti pun langsung bertanya pada salah satu gadis berdiri di depan pintu, “Apa yang terjadi, Hira?” Mendengar salah satu The Handsome Guy memperhatikannya, Hira pun langsung membenarkan penampilan secara kilat. Gadis centil itu tampak menempuk bedak padat yang selalu berada di tangannya sebelum menjawab pertanyaan dari Reyhan. Sedangkan Evelina yang melihat tindakan itu pun spontan mengembuskan napasnya panjang, kemudian memperhatikan sekitar. Gadis yang berada tepat di samping Zafran itu tampak menatap ke sembarang arah untuk mencari nonik belanda. “Anak-anak SMA Catur Wulan yang mencari Dara sama Mesya ikut menghilang, Rey. Gue enggak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi sampai hari ini mereka berdua belum ditemukan.” Setelah itu, Reyhan pun mengkode ke arah sahabatnya dan Evelina untuk melanjutkan langkah. Keempatnya terlihat sibuk dengan pikiran masing-masing. Bahkan bisa dikatakan mereka semua tengah memikirkan urusannya sendiri yang tertuju pada ingatan pagi di mana tetua adat menceritakan semuanya. Sesampainya di vila, Evelina langsung bergegas menuju kamar dan The Handsome Guy seperti biasa melakukan pertemuan darurat di kamar Jordan. Membuat lelaki itu spontan merasa kesal sekaligus tidak percaya, tetapi sebagai lelaki kalem yang tenang menghadapi banyak masalah pun menjadikan Jordan acuh tak acuh. Kini The Handsome Guy duduk melingkar di dekat tempat tidur Jordan yang terlihat rapi. Mereka semua saling berpandangan satu sama lain untuk membicarakan masalah terjadinya hilang murid SMA Catur Wulan yang bisa dikatakan misterius. “Jo, lo pernah banyak ngobrol sama Kakek, ‘kan?” tebak Zafran setengah benar. “Apa hubungannya?” tanya Jordan bingung. “Yang banyak ngomong Eve, bukan gue.” “Iya, sama aja!” jawab Zafran mendesis sinis. “Lagi pula kalian berdua yang berbincang bersama Kakek.” Jordan mengembuskan napasnya panjang. “Entahlah, semua ini masih menimbulkan tanda tanya, karena gue juga enggak sepeka Eve yang bisa tahu segala hal. Tapi, dari seluruh perbincangan kemarin benar-benar mengejutkan gue.” “Oke, mengejutkan lo. Tapi, apa itu?” Reyhan benar-benar gemas dengan sahabatnya yang menyebalkan. Kalau saja ia tidak pingsan kemarin, mungkin semua kejadian sudah terekam dengan jelas. “Gue sama Eve baru nebak, karena sekarang kita harus fokus pada kegiatan hiking yang benar-benar berantakan akibat Dara dan Mesya menghilang,” pungkas Jordan tegas membuat dua lelaki di hadapannya spontan menutup mulut dengan rapat. Sementara itu, di sisi lain Evelina terlihat merebahkan tubuhnya lelah. Sudah lama sekali rasanya ia tidak merasakan kasur hangat di dalam kamar. Setelah dirinya menghabiskan malam penuh kesengsaraan tidur bersama The Handsome Guy. Meskipun Jordan dan Zafran mengetahui batasan, tetapi tetap saja bagi Evelina tidur bersama seorang lelaki bukanlah hal yang mudah. Apalagi mereka semua sudah sama-sama remaja labil yang mustahil tidak memiliki ketertarikan tubuh. Walaupun Evelina percaya dengan ketiganya, kekhawatiran sering terjadi. Bahkan tidak dapat dipungkiri bahwa gadis itu jauh lebih baik tidur di dapur dengan suasana gelap dibandingkan bersama tiga lelaki cukup berbahaya. Selain tidak ingin mendapat masalah, Evelina jelas ingin menghindari The Handsome Guy saat dirinya bertingkah aneh akibat panggilan dari alam lain. Saat gadis itu asyik menatap langit-langit, pintu kamar diketuk oleh seseorang membuat Evelina mengembuskan napasnya panjang. Kali ini ia terlihat melirik ke arah sudut kamar yang menampakkan sesosok hantu dengan balutan kain putih menutup sekujur tubuhnya. Dari kepala hingga kaki yang membentuk ikatan pada puncak kepala, kedua tangan, dan telapak kakinya. “Astaga, lo bisa keluar sekarang? Ini kamar gue, jangan sembarangan masuk. Kalian tempatnya di luar dan biarin gue di sini sendiri. Gue butuh tempat privasi,” keluh Evelina yang menjadi lebih berani memperlihatkan kemampuannya. Sontak perkataan itu pun sukses membuat sesosok pocong yang mengira keberadaannya tidak terlihat oleh Evelina pun terkejut. Bahkan sudah dari awal pocong tersebut berada di sana, kemudian menteleportasi diri keluar dari kamar. Sedangkan Evelina tampak lega menerima kenyataannya yang menjadi gadis indigo. Bahkan tidak dapat dipungkiri gadis itu sedikit kurang percaya diri, walaupun pada kenyataannya Evelina sangat bahagia telah jujur pada dirinya sendiri. Sejenak gadis itu membuka pintu kamar yang memperlihatkan Zafran tersenyum lebar bersama Jordan. Kedua lelaki itu tidak menyadari pocong yang awalnya berada di kamar Evelina kini berpindah haluan tepat di belakang Jordan. Menatap lelaki tampan nan dingin itu dengan penasaran. “Ada apa?” tanya Evelina sesekali melirik penuh peringatan ke arah pocong yang terlihat santai, meskipun telah mengetahui kemampuan gadis itu. “Ve, lo enggak mau masak? Kita lapar,” keluh Zafran dengan mempoutkan bibirnya menggemaskan membuat pocong yang awalnya merasa terpesona dengan ketampanan Jordan pun langsung beralih menatap Zafran. Tentu saja Evelina yang melihatkan langsung memukul pocong tersebut dengan sedikit mantra dari tetua adat membuat Jordan dan Zafran kompak mengernyit bingung. Evelina menatap sesaat, lalu berkata, “Tadi ada pocong di belakang kalian berdua, tapi tenang aja udah gue usir.” Kenyataan yang menengangkan sekaligus tidak terduga itu pun membuat Zafran menatap sekitar dengan hati-hati. Ia tidak tahu bahwa Evelina benar-benar memiliki keampuan tersebut, walaupun sedikit menyusahkan ketika mereka berkumpul di tempat yang mungkin memiliki kepekaan tinggi. “Oh ya, tadi kalian minta makan, ‘kan? Di dapur ada sedikit lauk dari istrinya kepala adat. Kalau kalian lapar, makan saja,” ucap Evelina lagi dengan tersenyum ringan. “Yakin? Nanti gue makan semua lauknya lo panik,” sindir Zafran mendesis pelan sembari menatap ke arah Jordan yang tetap setia menjadi kalem tanpa suara. “Enggak! Gue akan tetap diet. Lagi pula tempat ini dipenuhi sesosok yang menyeramkan. Mau enggak mau gue harus tolak Evelina tetap teguh pada pendiriannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN