Jebakan di Club Malam
Jedag….
Jedug….
Musik terdengar cukup keras di dalam sebuah club malam dimana sekelompok wanita-wanita muda sedang bersenang-senang menikmati pesta disana. Gabriella Morel, sang ratu pesta tampak mengangkat gelas minumannya di tengah-tengah geng sosialitanya.
“Hari ini kita party!!!” teriak sang ratu pesta beriringan dengan suara musik yang dimainkan oleh DJ di club malam itu. Semuanya pun turut bersorak gembira sembari membalas dengan mengangkat masing-masing gelas minuman mereka.
Wanita yang akrab disapa Gaby itu hampir setiap hari berpesta dan berfoya-foya bersama teman-teman sosialitanya. Terlahir dari keluarga yang kaya raya, berpenampilan anggun dengan barang-barang branded ditubuhnya serta memiliki paras wajah yang cantik membuatnya diangkat sebagai ketua dalam geng sosialitanya. Meskipun sejatinya Gaby sudah bersuami, namun kebiasaan itu tidak pernah lepas dari gaya hidupnya.
Gaby tak menikmati pesta hanya dengan teman-teman sosialitanya, namun ia juga mengajak Lizzie, adik iparnya. Saat Gaby sedang menari Lizzie hanya duduk di sofa sembari menikmati segelas minuman miliknya. Sedari tadi Lizzie memperhatikan Gaby yang tampak asyik menikmati musik di club malam itu. Matanya terus tertuju kepada Gaby, namun tangannya sibuk mengambil sesuatu dari dalam tas kecilnya.
Plung!
Disaat semua orang sedang asyik menikmati suasana pesta diam-diam Lizzie menyemplungkan sesuatu ke dalam gelas minuman milik Gaby dan berpura-pura tenang sembari memainkan ponselnya tanpa menyadari bahwa perbuatannya tersebut berhasil direkam oleh Henry, seorang mafia besar yang sudah lama tertarik kepada Gaby.
“Langkah pertama sudah kulakukan.” Lizzie mengirim sebuah chat kepada Matthew yang tak lain adalah suami Gaby. Tatapan Lizzie kembali kepada Gaby yang tidak menyadari apapun dan terus menari disana.
Ting!
Satu balasan pesan masuk ke ponsel Lizzie. “Si tua bangka itu sudah menunggu di hotel.”
“Baiklah, aku akan membawa Gaby kesana.” sebuah kalimat singkat dari Lizzie mengakhiri chat itu.
Tak lama kemudian Gaby yang berhenti sejenak menari kembali duduk di sofa tepat di samping Lizzie yang tampak tersenyum ceria kepadanya. Tanpa firasat apapun Gaby meraih gelas minumannya dan langsung menenggak minuman tersebut sampai habis.
“Wow, kau benar-benar jago minum!” seru Lizzie yang selalu menyanjung Gaby dengan ucapan manisnya.
“Ini sudah gelas yang keempat dan aku belum mabuk, hehehe.” sahut Gaby sembari tertawa kecil.
“Kalau begitu satu lagi!” Lizzie segera menuangkan minuman ke dalam gelas yang ada di tangan Gaby dan Gaby pun langsung menelan habis minuman itu.
“Ini yang ke lima, hahaha!” seru Gaby sembari tertawa senang dan Lizzie pun turut tertawa bersamanya.
“Ayo kita turun!” Gaby mengajak adik iparnya itu untuk menari bersamanya.
“Tidak, aku sedang malas!” Lizzie menolak ajakan Gaby.
“Ya sudah kalau begitu.” Gaby tidak memaksa Lizzie, ia kembali bergabung bersama teman-temannya yang masih menari menikmati musik yang dimainkan oleh DJ terkenal di club malam itu.
Hanya dalam hitungan menit saja setelah Gaby menenggak minuman yang telah dicampurkan sesuatu oleh Lizzie pandangan Gaby terasa sedikit kabur dan tubuhnya tampak sempoyongan.
“Aku kenapa?” tanya Gaby dalam benaknya sembari merasakan sesuatu yang aneh sedang terjadi pada tubuhnya.
Suasana di club malam itu mulai terasa pengap bagi Gaby hingga dirinya ingin keluar sejenak untuk menghirup udara segar, namun saat baru beberapa langkah kakinya berjalan dua tangan menyergap tubuhnya. Gaby sontak berbalik melihat wajah Lizzie dengan samar-samar.
“Gaby, ada apa denganmu? Apa kau sakit?” tanya Lizzie yang suaranya pun tak terlalu jelas terdengar.
“Aku ingin keluar sebentar,” ucap Gaby kembali melangkahkan kakinya dan ingin segera keluar dari club malam itu lataran dadanya terasa sedikit sesak.
Lizzie segera membawa Gaby keluar dari club malam itu dan mendudukkannya di kursi belakang mobil. Gaby yang merasa tubuhnya semakin tak karuan hanya bisa pasrah dan bersandar pada sisi kursi mobil sembari sesekali memijat kepalanya yang terasa berat. Melihat kondisi Gaby yang nyaris tak sadarkan diri dengan cepat Lizzie menyalakan mesin mobil, lalu pergi membawa Gaby bersamanya.
“Ikuti mobil itu!” Henry yang sejak tadi mengawasi semua tindakan Lizzie terhadap Gaby di club malam itu segera memerintahkan para pengawalnya untuk mengikuti mobil yang membawa Gaby pergi.
Brruukk!!!
Lizzie menjatuhkan tubuh Gaby di sebuah ranjang hotel yang sudah ditentukan oleh Matthew. Lizzie menyunggingkan senyuman di sudut bibirnya ketika melirik raut wajah pria tua yang sudah tidak sabar ingin melampiaskan nafsu bejatnya kepada Gaby.
“Dimana aku?” pandangan Gaby tampak samar-samar melihat ruang kamar yang cukup asing baginya.
“Aku sudah membawamu pulang!” bisik Lizzie di telinga Gaby.
“Matthew….” Di dalam pikiran Gaby saat itu hanyalah sosok suaminya lantaran mengira kalau Lizzie benar-benar membawanya pulang kerumah.
Lizzie sudah menanggalkan pakaian Gaby hingga tubuh indah Gaby terpampang jelas di depan mata pria tua yang semakin b*******h.
“Aku sudah tidak sabar ingin-”
“Tunggu!” Lizzie segera mematahkan ucapan gila dari pria tua yang b***t itu.
“Sebelum kau menikmatinya kau harus melakukan apa yang kuinginkan!” sambung Lizzie.
“Baiklah, ayo cepat katakan apa yang harus kulakukan!” pria tua itu semakin tidak sabar ingin melampiaskan nafsu bejatnya kepada Gaby.
Lizzie segera menyuruh pria tua itu mendekat pada Gaby serta menyentuh tubuhnya dengan liar, lalu ia mengambil ponsel dan memotret Gaby bersama pria tua itu diatas ranjang.
“Baiklah, sepanjang malam ini wanita bodoh itu akan menjadi milikmu, jadi terserah kau ingin melakukan apa saja dengannya.” ucap Lizzie sembari menyeringai kepada pria tua yang memeluk tubuh Gaby diatas ranjang.
“Menjijikkan!” ucap Lizzie dalam hatinya ketika melihat bagaimana ekspresi wajah pria tua itu yang telah dipenuhi oleh nafsu bejatnya kemudian segera melangkah menghampiri pintu kamar hendak pergi meninggalkan Gaby bersama pria tua itu di hotel.
Gedubrraaakkk!!!
Tiba-tiba saja pintu kamar hotel itu di dobrak cukup kencang dari luar sehingga daun pintu itu menghantam wajah Lizzie bahkan membuat Lizzie jatuh terlentang di lantai. Beberapa pria bertubuh kekar melangkah masuk dengan terburu-buru membuat pria tua yang semula mendekap tubuh Gaby diatas ranjang lantas melompat turun dari ranjang itu.
“Si-siapa kalian?” pria tua yang juga tidak mengenakan pakaian ditubuhnya tampak gemetar ketakutan ketika melihat semua pria bertubuh kekar berdiri dihadapannya.
Lizzie yang masih meringis kesakitan karena tulang hidungnya patah akibat dihantam oleh daun pintu tampak mengarahkan kedua bola matanya kepada sesosok pria berperawakan tinggi dan berwajah tegang yang berlalu dihadapannya untuk menghampiri Gaby diatas ranjang. Raut wajah Henry yang begitu asing dimata Lizzie itu tampak sangat geram ketika melihat kondisi Gaby yang tak berdaya dan tak mengenakan sehelai benangpun diatas ranjang. Sejenak lirikan tajam tertuju kepada Lizzie yang tersentak ketakutan.
“Beri mereka pelajaran!” titah Henry pada semua pengawalnya.
“Baik Tuan!” seru semua pria bertubuh kekar langsung melaksanakan perintahkan dari majikan mereka.
“Aaaaaaa!!!” Lizzie sempat menjerit ketakutan ketika tubuhnya diseret paksa oleh salah satu pria bertubuh kekar yang akan memberinya pelajaran lantaran telah melakukan tindakan buruk terhadap Gaby begitupula dengan pria tua tersebut.
Tubuh Gaby di selimuti dan segera dibawa keluar dari kamar hotel itu sementara Lizzie dan pria tua yang sengaja dibuat tak sadarkan diri lantas dibaringkan diatas ranjang dengan kondisi tanpa busana. Salah satu pria kekar meraih ponsel milik Lizzie dan segera mengambil beberapa foto Lizzie bersama pria tua itu, lalu menyebarkannya ke media sosial milik Lizzie sendiri. Sebelum itu semua foto Gaby yang sempat diambil oleh Lizzie di hapus bahkan ponsel tersebut sengaja dihancurkan, lalu dibuang ke laut beserta dengan ponsel Gaby juga. Hal itu dilakukan Henry dengan tujuan agar tidak ada satupun orang dapat menemukan Gaby termasuk Matthew.