DDM 4 – Sebuah Penyesalan

1044 Kata
***  Cara terbaik untuk memutus rantai penyesalan adalah dengan menerima dan memperbaiki apa yang memang sudah sepatutnya diperbaiki. Sebab, bagaimanapun kelamnya masa lalu seseorang, dia tetap berhak memiliki masa depan. IG: Upi1612 ***   Kini Angeline berada di atas pemakaman kedua orang tuanya. Semua orang sudah pergi. Hanya ada Angeline sendiri di pemakaman itu. Angeline kini benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Polisi menyelidiki kasus kecelakaan berantai yang mengakibatkan mobil orang tuanya mengalami kecelakaan   "Mama, Papa, kini Angeline harus bagaimana?" kata Angeline.   Angeline tidak bisa memungkiri kalau apa yang terjadi pada keluarganya memang sudah seperti takdir yang harus di jalaninya. Namun, bagaimana cara Angeline menjalani kehidupannya tanpa kedua orang tua dan menjadi anak yatim piatu membuat dirinya merasa ketakutan.   Semua orang pergi, semua keluarga dari kedua orang tua mereka sudah pulang terlebih dahulu.   "Ya Allah, apa ini semua adil untukku? Mengapa dari sekian banyak orang di dunia ini harus kedua orang tuaku yang Engkau panggil? Apa ini yang dinamakan kemurahhatian-Mu? Allah, apa Engkau benar-benar ada?" teriak Angeline sambil menatap langit.   Angeline menatap langit seakan dirinya mencari Tuhannya ditempat yang jauh, padahal tanpa Angeline sadari, bagi orang-orang yang beriman Allah sangatlah dekat dengan hambanya bahkan lebih dekat dari urat lehernya.   Persis ketika Angeline meneriakkan dua pertanyaan tersebut, petir langsung terlihat dan langit langsung menumpahkan air matanya. Angeline merasa takut, namun dia tidak beranjak ke manapun.   Petir itu seakan jawaban bagi pertanyaan Angeline. Angeline pun menangis, dia menyesal. Dia menyesal telah mengabaikan semua perintah yang Allah berikan kepada dirinya.   "Ya Allah, maafkan aku." kata Angeline.   Tak lama kemudian seseorang datang menghampiri Angeline sambil membawa payung. Angeline mendongak, dia pun mengenali siapa bapak-bapak yang kini sudah berdiri di depannya sambil memegangi payung agar mereka berdua tidak kebasahan.   "Non, lebih baik Non pulang, kalau Non di sini terus, Non bisa sakit." katanya.   Dia adalah Mang Jarot. Supir keluarga Angeline yang sudah sekitar 15 tahun bekerja pada keluarga Angeline. Angeline jadi tidak enak hati melihat Mang Jarot yang kini berdiri di depannya, pasalnya, selama orang tuanya masih hidup, Angeline tidak pernah sopan kepada supirnya tersebut, bahkan tidak pernah mau menyapa supirnya tersebut karena Angeline merasa kalau kasta mereka berbeda.   Dulu, Angeline menganggap semua pekerja yang ada di rumahnya adalah orang yang miskin dan hina. Namun, melihat salam satu karyawan orang tuanya yang mau memayunginya dan mendatanginya untuk mengajaknya pulang membuat Angeline merasa telah berdosa.   "Ayo, Non. Ini pegang payungnya. Hujannya semakin deras." kata Mang Jarwo.   Angeline yang tidak mengerti harus berbuat apapun langsung berdiri.   "Ini, Non. Payungnya.." kata Mang Jarwo menyodorkan payung itu pada Angeline.   Angeline pun mengambil payung tersebut.   "Saya tunggu di mobil ya, Non." kata Mang Jarwo yang langsung pergi membiarkan tubuhnya basah.   Angeline yang melihat Mang Jarwo yang rela basah terkena air hujan demi mengantarkan payung kepada dirinya langsung menangis. Air matanya kini mengalir. Angeline benar-benar merasa bersalah kepada supirnya tersebut.   Setelah punggung Mang Jarot pergi, Angeline pun langsung menatap nisan kedua orang tuanya bergantian, lalu dia mengusap batu nisan milik orang tuanya bergantian.   "Ma.. Pa.. Aku akan kembali lagi besok. Semoga Mama dan Papa bisa tetang di alam sana." kata Angeline sakan mengajak batu nisan itu berbicara.   Lalu Angeline pun kembali ke luar pemakaman dan masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Mang Jarot. Mang Jarot memandang Angeline dengan raut wajah kasihan, karena Angeline sebaya dengan anak pertamanya. Mang Jarot tentu tidak bisa membayangkan bila hal seperti yang dialami oleh Angeline menimpa anaknya.   "Non, saya turut berduka cita ya, Non. Orang tua non adalah orang baik, semoga kedua orang tua non ditempatkan di tempat terbaik pula ya, Non." kata Mang Jarot.   Angeline mengangguk, "Makasih, Mang." katanya.   "Dulu, saya pun pernah merasakan apa yang Non rasakan. Saya pernah ditinggal kedua orang tua saya saat masih sekolah. Rasanya sedih sekali." kata Mang Jarot.   Angeline terdiam. Matanya kini panas. Ini kali pertamanya dirinya mau mendengarkan ucapan seseorang. Biasanya dia tidak pernah menggubris. Angeline lebih suka berbicara ketimbang mendengarkan.   "Tapi, setelah itu saya bangkit, Non, karena saya sadar semua yang ada di dunia ini sebetulnya hanyalah milik Allah SWT jadi semuanya akan kembali kepada-Nya juga." kata Mang Jarot.   "Saran saya, Non, harus bangkit, Non. Agar orang tua Non tidak khawatir di sana. Dan percayalah, Non. Dibalik ini semua Allah STW telah memiliki rencana yang lebih baik dan indah untuk Non." kata Mang Jarot masih berbicara.   Mang Jarot melihat angeline yang terlihat mendengarkan apa yang diucapkannya, itu sebabnya dirinya berani mengatakan hal seperti ini. Terlebih rasa kasihan juga bersemayam dalam hati Mang Jarot. Lagi pula kedua orang tua Angeline sangat baik jadi Mang Jarot merasa ingin menghibur majikannya tersebut.   Kalau biasanya, Mang jarot tidak berani karena Angeline memang galak dan tidak pernah mau berinteraksi dengan supir seperti dirinya.   "Dan satu lagi, Non, Allah SWT tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuan hambanya tersebut." kata Mang Jarot lagi.   Angeline pun mengangguk, matanya benar-benar panas.   "Makasih, Mang." kata Angeline.   Apa yang dikatakan oleh Mang Jarot memang benar, semuanya milik Allah SWT dan akan kembali lagi kepada-Nya.   ***   Angeline masuk ke dalam rumah, dirinya tidak kaget melihat beberapa saudara yang dia kenal berada di ruang tamu seperti menunggu kedatangannya. Mereka semua sedang berduka. Itulah yang kini terlintas dalam benak Angeline.   "Angeline kamu sudah kembali, Nak?" tanya Tante Anna sambil menghampiri Angeline. Dia adalah Adik dari mama Angeline.   Angeline mengangguk karena bingung harus menjawab apa. Mata Angeline masih merah karena menangis.   Tante Anna langsung memeluk Angeline. Angeline diam saja.   Lalu seorang tantenya Angeline yang lain pun menghampiri mereka.   "Kamu pasti belum makan kan, Sayang? Aunty udah siapin makan siang yang enak lho buat kamu." kata Marry. Adik dari Papanya Angeline.   "Eh, Angeline, pasti lelah, sini, Nak, duduk dulu." kata Catrina sambil membawa Angeline duduk di sofa. Catrina adalah adik ipar Papanya Angeline.   Orang tua Angeline memang merupakan anak pertama di keluarga mereka masing-masing.   Angeline sebenarnya cukup heran mengapa ketiga pasangan suami istri itu terlihat sangat baik kepada dirinya. Namun, angeline mengabaikan perasaan aneh itu karena dirinya berpikir kalau hal tersebut memang lumrah saja terjadi mengingat Angeline yang baru saja ditinggal oleh kedua orang tuanya.   Angeline diam-diam bersyukur memiliki saudara yang sangat peduli kepada dirinya. Dirinya mulai sedikit merasa tenang sedikit setelah mendapatkan perlakuan baik dari semua orang yang ada di rumah tersebut.   Tiba-tiba ada dua orang berseragam polisi yang masuk ke dalam rumah Angeline. Angeline terkejut dan mulai bertanya-tanya mengenai apa yang sebenarnya terjadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN