DDM 15 – Kembali ke Jalan-Nya

1944 Kata
*** Ketika cinta kepada sang Illahi telah mendarat di hati kita, percayalah suatu ketenangan pasti akan kita dapatkan melalui berbagai scenario yang begitu mengagumkan.   IG: Upi1612 ***   Ketika laki-laki itu duduk di hadapan Angeline, Richie dan Velyn sambil bersila seseorang menegur beliau.   “Ustaz Ahmad, saya duluan,” kata seseorang tersebut.   “Iya, hati-hati.” kata Ustaz Ahmad, laki-laki peruh baya yang duduk di antara mereka bertiga.   “Assalamualaikum.” pamit seseorang tersebut.   “Waalaikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh.” jawab Ustaz Ahmad.   Angeline pun membelalakkan mata. Dia pun menoleh kea rah kedua sahaatnya. Yang ditatap juga balik menatap. Mereka jelas mengatahui kalau nama dan panggilan yang baru saja dilontarkan oleh orang berpamitan tersebut sama persis seperti nama seseorang yang disebut-sebut dalam surat tersebut. “Nah, anak-anak, perkenalkan, nama saya Ahmad. Saya biasa dipanggil saya..” kata Ustaz Ahmad.   “Ustaz Ahmad?” tanya Angeline yang tidak sabaran.   Ustad Ahmad awalnya bingung namun beliau langsung terkekeh dan mengangguk, “Iya, kamu bisa memanggil saya seperti itu sama seperti semua orang yang mengenal saya.” tutur beliau.   Kali ini dirinya seperti mendapatkan durian runtuh. Dirinya merasa semesta mulai berpihak kepada dirinya. Dalam hati, Angeline berdoa agar Ustaz Ahmad yang ada di hadapannya adalah Ustaz Ahmad yang ada di dalam surat wasiat kedua orang tuanya.   “Kasih suratnya, Bos.” kata Richie.   Angeline langsung mengangguk dan mengambil sepucuk surat ibunya dai dalan kantongnya dan langsung memberikan surat tersebut kepada Ustaz Ahmad.   Ustaz Ahmad mengambil surat itu lalu membuka dan membacanya.   Raut wajah Ustaz Ahmad terlihat terkejut sebentar. Angeline, Richie, dan Velyn terus menatap beliau dengan perasaan campur aduk: harap-harap cemas, takut, dan sebagainya.   Tak lama kemudian, Ustaz Ahmad terlihat selesai membaca surat itu. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana Ustaz Ahmad melipat surat tersebut.   “Apa, Ustaz Ahmad yang dimaksud oleh kedua orang tua saya adalah bapak?” tanya Angeline.   Ustaz Ahmad mengangguk, “Iya, betul.” kata Ustaz Ahmad tersebut.   Angeline, Richie, dan Velyn langsung bersorak senang seakan mendapatkan hadiah cuma-cuma.   “Ustaz, saya ingin menghadiahkan surga untuk orang tua saya.” kata Angeline.   Richie dan Velyn terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Angeline. Mereka memang baru kali ini melihat Angeline menyebut kata ‘Surga’ terlebih kalimat yang keluar dari bibir Angeline sangat mencengangkan.   “Alhamdulillahirabbil alamin.” kata Ustaz Ahmad. Beliau terlihat sangat bangga kepada Angeline.   “Saya ingin masuk Islam, Ustaz. Meski awalnya saya tidak tahu agama apa yang seharusnya saya anut, tapi saya yakin kalau saya memilih Islam sebagai agama saya.” kata Angeline. Angeline mengatakan hal tersebut dengan mantap. Richie dan Velyn tidak bisa berkata apa-apa. Ustaz Ahmad terlihat sangat senang dengan apa yang dikatakan oleh Angeline. Ustaz Ahmad pun melihat bagaimana penampilan Angeline dengan kedua temannya yang terlihat masih kotor. "Kalau begitu, lebih baik kalian ikut saya ke rumah saya untuk membersihkan diri terlebih dahulu." kata Ustaz Ahmad. "Baik, Ustaz." kata Angeline. Mereka bertiga pun mandi di rumah Ustaz Ahmad. Lalu Ustaz Ahmad menunggu mereka di Masjid. Mereka pun mandi bergantian. Tidak ada percakapan satupun yang keluar dari bibir Angeline, Richie, dan Velyn. Setelah selesai mandi dan berpakaian yang bersih mereka pun menghampiri Ustaz Ahamad di Masjid. Hingga akhirnya sampailah mereka pada saat yang ditunggu-tunggu. Ustaz Ahmad pun  mulai menyampaikan sesuatu kepada mereka. “Sebelumnya, saya ingin mengatakan bahwa ada tiga kaidah dasar dalam Al-Quran yang wajib disampaikan kepada sanak saudara atau kenalan kita yang ingin masuk islam. Nah, tujuan tiga hal ini disampaikan adalah untuk menguatkan keinginannya untuk masuk islam. Nah, sebelum sebelum kita mulai pembacaan 2 kalimat syahadat tersebut, izinkanlah saya untuk menyampailah ketiga hal tersebut. Kamu bersedia mendengarkan?” kata Ustaz Ahmad.   Angeline mengangguk mantap. “Apa tiga hal tersebut, Ustaz?” tanyanya.   “Hal pertama, ketika seseorang ingin masuk islam, tidak boleh dalam keadaan terpaksa, tidak karena iming-iming atau janji atau ancaman dan sebagainya. Sampai sini menegerti, Nak?” kata Ustaz Ahmad.   Angeline mengangguk, “Mengerti, Ustaz.” kata Angeline.   “Nah, jadi apa motivasi kamu untuk masuk islam?” tanya Ustaz Ahmad.   “Saya ingin menghadiahkan kedua orang tua saya Surga. Saya juga ingin menjadi pribadi yang lebih baik dalam koridor Islam. Saya ingin masuk Islam karena Allah.” kata Angeline.   Ustaz Ahmad tersenyum dan mengangguk.   “Poin kedua adalah kalau seorang islam tapi orang tuanya masih ada dan belum muslim, walaupun anaknya masuk islam karena Allah, tetap harus menjaga hubungan baik dengan kedua orang tuanya. Kalaupun dipaksa mengikuti kepercayaan orang tuanya, ia harus menolak dengan cara halus, tapi jangan putuskan hubungan keluarga selama masih hidup.” kata Ustaz Ahmad.   “Seperti yang Ustaz tahu, orang tua saya dan teman-teman saya sudah meninggal, Pak.” kata Angeline.   Ustaz Ahmad mengangguk lagi. Tidak ada pertanyaan untuk hal tersebut yang dilontarkan Ustaz Ahmad kepada Angeline.   “Dan poin ketiga, jika seseorang telah bersyahadat dan masuk islam, dia tidak boleh keluar dari islam dan harus menjalankan tuntutan islam semampu dia dengan sempurna.” kata Ustaz Ahmad.   Angeline mengangguk mengerti.   “Kamu sudah belajar salat?” tanya Ustaz Ahmad.   Angeline menggelengkan kepala, “Belum, Ustaz, tapi saya mau dan siap untuk belajar.” kata Angeline lagi.   “Tapi kamu tahu kalau kewajiban salat harus dilaksanakan 5x sehari dari subuh hingga isya?” tanya Ustaz Ahmad.   “Tahu, Ustaz.” jawab Angeline mantap.   “Apa kamu siap melaksanakannya? Bukan hanya kewajiban salat saja, ada kewajiban-kewajiban lainnya yang harus dilaksanakan.” tanya Ustaz Ahmad.   “Saya siap, Ustaz.” kata Angeline.   Lalu, Ustaz Ahmadpun membimbing Angeline untuk mengucap dua kalimat syahadat.   “Ashadu an laa ilaaha illallah,” Ustaz Ahmad membimbing Angeline.   “Ashadu an laa ilaaha illallah,” Angeline mengikuti.   “wa-asyhadu anna muhammadar rasulullah.” Ustaz Ahmad melanjutkan.   “wa-asyhadu anna muhammadar rasulullah.” Angeline kembali mengikuti.   Ntah mengapa pada saat ini air mata Angeline begitu deras membanjir, begitu pula dengan Richie dan Velyn yang tidak bisa menahan air mata mereka melihat keberanian Angeline mengambil langkah besar.   Selanjutnya Richie dan Velyn pun langsung mengikuti jejak Angeline. Setelah itu mereka pun melaksanakan salat subuh pertama mereka dengan dituntun oleh Ustaz Ahmad.   ***   Angeline, Richie, dan Velyn kini tinggal di rumah Ustaz Ahmad. Beliau tinggal bersama istri dan keempat anaknya. Meski Ustaz Ahmad hidup dalam kesederhanaan, namun beliau beserta keluarganya snagatlah baik kepada Angeline dan teman-temannya.   Hari ini Richie disunat. Ustaz Ahmadlah yang membiayai segalanya. Angeline dan Velyn hanya bia mengucapkan terima kasih kepada beliau sekeluarga.   Selama berada di dalam rumah Ustaz Ahmad, mereka diajarkan shalat dan membaca iqra terlebih dahulu. Karena mereka memang belum bisa membaca Al-Quran.   “Sakit ya, Chie?” tanya Angeline menatap temannya linu.   Richie kini tengah memegangi sarungnya dan menariknya ke depan agar tidak mengenai baikan yang telah dipotong.   “Ya begitulah, Bos. Nyeri-nyeri sedap.” kata Richie mencoba bercanda.   Richie sebenarnya ingin mengatakan kalau dirinya sangatlah kesakitan namun karena dirinya tidak ingin terlihat lemah di mata kedua sahabatnya sehingga Richie terus mencoba membuat rasa sakitnya seperti guyon.   “Hahaha pele!” kata Velyn sambil menoyor Richie.   “Beb, kok lo tega sih?” tanya Richie dengan tampang yang memelas.   Angeline hanya bisa tertawa melihat tingkah laku kedua temannya tersebut.   “Ini bakal sembuh dalam berapa hari ya?” tanya Angeline.   “Katanya dua minggu, Bos.” kata Richie dengan wajah yang sangat memelas.   “Sekarang baru 3 hari, berarti masih lama banget pakai sarung kayak gini ya?” tanya Velyn dengan polosnya.   Angeline hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.   Angeline melihat Ustazah Aisyah sedang menyapu halaman, sontak Angeline langsung pergi menghampiri beliau dan menawarkan bantuan. Ustzah Aisyah adalah istri dari Ustaz Ahmad, Ustazah Aisyah adalah guru mengaji di salah satu TPA atau Taman Pendidikan Al-Quran.   Baliaulah yang mengajarkan Angeline, Richie, dan Velyn mengaji ketika Ustaz Ahmad ada kegiatan di luar kota. Seperti saat ini, Ustaz Ahmad sedang berada di luar kota untuk memenuhi undangan dari salah satu pondok pesantren yang Angeline tidak tahu di mana lokasinya.   “Ustazah, biar aku bantu.” kata Angeline.   “Eh, ndak usah, Nak. Kamu istirahat saja.” kata Ustazah.   “Nggakpapa, Ustazah biar aku ada kegiatan.” kata Angeline.   Ustazah Aisyah tersenyum dan mengangguk, lalu beliau menyerahkan sapu tersebut kepada Angeline.   “Baiklah, kalau seperti itu, Ustazah menyiram bunga saja.” kata Ustazah sambil memengangi selang.   “Eh, Ustazah biar Velyn saja. Ustazah istirahat saja, Ustazah pasti lelah seharian mengerjakan ini dan itu.” kata Angeline. “Vel! Sini!” seru Angeline.   Velyn pun buru-buru menghampiri Angeline dan Ustazah.   “Vel, kamu yang siram tanaman ya?” tanya Angeline.   “Oke. Sini Ustazah sama aku aja.” kata Velyn.   Ustazahpun terkekeh, “Kalian kompak sekali.” kata beliau.   Angeline dan Velyn hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepala sopan.   “Yasudah, terima kasih ya, Ustazah ke dalam dulu.” kata Ustazah Aisyah.   Angeline dan Velyn mengangguk.   “Ustazah nyalakan keran airnya ya sekalian masuk ke dalam.” kata Ustazah Aisyah.   “Baik, terima kasih, Ustazah.” kata Velyn.   Rumah Ustaz Ahmad sebetulnya ada di samping Masjid. Sehingga keluarga Ustaz Ahmad juga ikut membantu menjaga kebersihan Masjid. Seperti saat ini, halaman yang kini tengah disapu Angeline adalah halaman Masjid, pun sama dengan tanaman yang disiram oleh Velyn.   Kini di tangan Velyn ada selang yang siap memberikan air kepada tanaman-tanaman.   “Ustazah Aisyah baik banget ya, Bos?” tanya Velyn.   “Iya, Vel. Kita nggak dibeda-bedain sama anak-anaknya ya?” tanya Angeline.   “Nah, makanya itu, kalian berdua kalau sudah dewasa jadi kayak Ustazah Aisyah aja, baik hati.” kata Richie yang tiba-tiba ada di depan Angeline dan Velyn.   Angeline dan Velyn seketika menatap Richie.   “Terutama lo, Vel. Kalo lo jadi kayak Ustazah Aisyah kan gue bakalan bangga banget punya istri kaya lo.” kata Richie.   Angeline dan velyn seketika ingin mual mendengar kata-kata dari Richie. Richie memang seperti ini, menyempatkan satu atau dua kali bahkan lebih dalam hari-harinya untuk menggombali Velyn.   “Heh! Siapa juga yang pengen punya suami kaya lo? Hih!” seru Velyn.   Richie tidak merasakan sakit hati sedikitpun pada setiap ucapan pedas yang dilontarkan oleh Velyn karena sudah terlalu biasa dan sudah terlalu sering mendengarnya.   “Udahlah, Beb. Nggak usah sok muna gitu, gue juga tahu sebenernya lo suka kan sama gue?” kata Richie sambil terkekeh.   Velin menghentak-hentakkan kakinya karena kesal, “Ih, nyebelin banget lo asli, gue siram baru tahu rasa lo!” kata Velyn.   Angeline yang melihat tingkah ajaib kedua temannya hanya bisa tertawa san menggeleng-geleng. Lumayan, dia bisa melihat drama secara langsung dan gratis.   “Gimana mau nyiram, orang selangnya juga gak ada airnya. Hahahaha.” kata Richie.   “Ih, Richie, lo nyebelin banget sih!” seru Velyn yang mengarahkan selang tersebut kepada Richie seakan ingin menyiram Richie.   “Percuma gak ada airnya!” kata Richie sambil tertawa.   Tepat ketika Richie tertawa di luar dugaan air keluar begitu saja dari selang yang dipegang oleh Velyn karena telah dinyalakan oleh Ustazah dari dalam rumah.   Angeline dan Velyn membelalakkan matanya terkejut dengan apa yang tengah terjadi.   “Aduh! Duh! Duh!” seru Richie.   Pasalnya selang tersebut mengarah pada bagian depan dirinya. Angeline buru-buru mengambil selang tersebut dan mengarahkannya ke pepohonan sambil meringis ngilu. Begitu juga dengan Velyn.   Kini melihat Richie yang terlihat kesakitan membuat hati Velyn merasa bersalah. Namun, dia benar-benar tidak sengaja melakukan hal tersebut. Tapi bagaimanapun Velyn berkelit, faktanya tetaplah dirinya yang menyiram sahabatnya yang baru sunat tersebut.   “Sor-sorry sorry sorry..” kata Velyn tidak enak hati.   “Aduh, Beb. Kalo ginimah sebulan juga gak kering-kering..” kata Richie sambil mengaduh.   Angeline dan Velyn melihatnya dengan sangat ngilu.   “Ya maaf..” kata Velyn.   “Lagian elo si, Chie, pake bercanda segala, jadi kesiram beneran kan.” kata Angeline.   “Eh, bener tuh kata Angeline. Ini kan gara-gara lo. Lo kena tula ini namanya.” kata Velyn.   “Ya ampun, Beb, Bos. Pada tega-tega banget sama gue..” kata Richie.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN