“Farel.” Alisa terkejut melihat Farel yang tampak menghantamkan tangannya ke dinding kamar hotel berulang kali. Pria itu terlihat diselimuti oleh emosi, bahkan Alisa seolah tidak mengenali sosok Farel lagi. “Apa ini kepribadiannya yang lain?” gumam Alisa, merasa sedikit ngeri berhadapan dengan kepribadian Farel yang satu ini. Sebelum Alisa mendekati Farel, dia menutup pintu kamar hotel itu terlebih dulu, Alisa juga tak lupa menguncinya rapat agar tidak ada orang lain yang masuk ke dalam kamar tersebut. Karena bagaimanapun juga, saat ini Farel tengah berada dalam kondisi yang tidak baik, jika orang lain tahu tentang kondisi Farel saat ini, mungkin saja reputasi Farel bisa hancur, dan sebagai teman, Alisa tidak mau itu terjadi. “Farel, hentikan, jangan seperti ini, kamu melukai dirimu se