Bab 4

1379 Kata
Dalam perjalanan dari bandara menuju rumah Siska. "Anak Mama, mobilnya keren bingit, serasi sama pemilik nya Cantik anggun mempesona... Ceriah." Belum selesai Mama bicara. "Tapi sayank gak laku-laku... !!!!". Saut Siska. Mama cuman tersenyum dan gak berani membahas masalah satu ini. "Mama merasa kasihan sama kamu nak, semenjak Papamu meninggal, kau jadi tulang punggung keluarga. Sehingga tak sempat memikirkan masa depanmu sendiri." Lamunan itu dibuyarkan dengan ocehan Siska. "Lho.. benerkan apa yang Siska katakan ?!.. makanya Mama jadi bengong." "Hmmm... Mobilmu keren bikin Mama ngantuk." Mama berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. "Ya sudah… ntar sampai di rumah, tak bamgunin… sekarang Mama bobo AjjjjjjjA.. lumayan masih jauh." Hening selama di perjalanan, menuju rumah Siska. Sebenarnya dia ingin mengajaknya ke restoran termahal di kota itu, sekaligus menu dan suasananya sangat nyamanan. Tapi nampaknya Mama perlu istirahat. Mama sendiri hanya pura-pura tidur, karena gak ingin Siska merasa bersalah dalam usia ini belum juga terbersit untuk membina rumahtangga. Tapi akhirnya ketiduran beneran. Sesampai di rumah, Siska gak berani membangunkan Mamanya,. Ditungguinya hingga Mama terbangun. Hari, hampir pagi, mentari mulai nampak cahayanya walau masih malu-malu. Dipandangi wajah mamanya, namun kecantikannya tak terkikis oleh usia. Dan tak tega untuk membangunkannya. Saat membuka mata, dia bertanya : "Sudah sampai mana ini?". "Sudah berada di rumah siska Ma." "Heeeeem benar-benar terlelap sampai tak terasa sudah sampai." Dibukakan pintu mobil, lalu Mama turun. Rumah Siska memang dirancang, begitu keluar garasi langsung masuk ruang santai. Mama Anna, terkagum-kagum melihat ruangan santai yang teramat mewah dalam pandanganya dan bersih serta wangi. "Ini rumah siapa sayank?". "Ya.. rumah anaknya Mama tho.. Berkat do'a Mama setiap hari yang tiada pernah lelah dan Siska irit cuman makan sama tahu dan sambal kecap, makanya Siska bisa punya rumah seperti ini." Kata Siska. Dalam Hati Mama Anna, berdo'a: "Tuhan, terimakasih Engkau memelihara Siska, lebih dari yang hamba kuatirkan... ampuni atas kekuatiran hamba terhadap Siska. terimakasih juga buat tuntunan-Mu terhadap dia, sehingga dia menjadi anak yang berbakti." "Mama hari ini kepingin apa..?!, soalnya Siska jarang masak. Jadi ya.. kalo pengen baru masak." "Sudah besok saja, kita belanja. Dan Mama yang masak buat Siska." "Ngomong-ngomong rumah semewah ini dibelikan calon menantu Mama tho..?! .. Kenalin Mama donk!!... kok kamu gak pernah cerita sama Mama..? .. pasti kamu mau bikin kejutan ya?" Mendengar Mama memberondong dengan pertanyaan- pertanyaan lucu. Siska jadi ketawa ngakak. "Aiiiiiis.... Mama ada-ada AjjjjjjjjjjjjjA deh!!". Dirangkul Nya Mama, dicium nya pipi , dicium juga tangan Mama, lalu Siska menjelaskan. "Maaaaaa maaaaaaa, .. Mama lupa ya.. bahwa anak Mama itu, Tipe orang yang jujur gak neko-neko.. terus pekerja keras... dan hanya mengeluarkan uang seperlunya saja. Jadi sekali lagi, berkat doa Mama, sehingga Siska dapat ngumpulin uang buat kredit rumah ini.... nah... mobil yang Siska pakai itu , milik boss yang sering Siska pakai kalau ada keperluan mendadak.. Nah Siska untuk sementara gak mikirin mobil.. Jadi cukup spd motor yang di garasi itu yang siska miliki. Sedangkan rumah ini, sebenarnya akhir tahun ini baru lunas, tapi si boss yang nalangi kekurangannya, biar Siska gak mikir hutang lagi. tapi cukup dipotong dari gaji yang Siska dapatkan... Begituuuuuuuu.. Jadi.. ini murni dari tabungan hasil salama Siska bekerja." Diciumnya Mama sampai kesakitan. "Aduuuuuuuuuuuuuuh.. sakit tauuuuuu.. nick pipi Mama yang keriput jadi tambah keriput kan?”. Malam ini, mereka memutuskan untuk tidak kemana-mana... temu kangennya cukup diatas spring bet yang empuk banget karena memang dipilihnya merk yang garansinya mencapai 10 thn. "Ma, Siska tak izin sama mereka berdua, biar Mama nemenin Siska beberapa bulan di sini. Lagian mereka kan sudah mulai dewasa jadi bisa menguris diri ua sendiri". Pintanya. "Terserah kamu, Mama juga kepengen nemenin kamu kok." "Makasih Ma." ………………. Siang panas mentari disiang bolong begitu terik menyengat. Debu dan dahan kering berterbangan di terpa angin jalang. Di salah satu pasar tempat si John menjual barang tilepan dari toko Mattia grosir dan eceran tempat dia bekerja. "Sekarang.. pengunjung sepi boss, gak kayak dulu. Untuk sementara gak nyari barang dulu bos". "Bayar separuh saja, sisanya gampang." Pinta si John sedikit memaksa. "Gak boss, yang kemaren saja belum tak bayar. Sorry !!. Tawarin ke yang lain saja dulu." Kata sang pedagang si penadah barang curian. "Ya sudah kalo gak mau!. Sudah tak kasih murah biso ngebon saja kamu ribet amat. Kalo gitu kasih kekurangan yang kemarin. Saya butuh uang banget. Anak saya sakit." Kata si John sedikit emosi. "Waduh si boss kok jadi galak begitu.?!". Kata sang penadah pasang muka memelas. "Habisnya.. kamu yang ribet duluan !!" Jawab si John makin ngegas. "Ya sudah tunggu tak cari pinjaman ke teman . tunggu sebentar." Pinta si penadah. Dengan rasa was-was sambil tengok kanan kiri si Jhon terlihat gelisah. Takut supir yang lain tau kalau dia lagi menjual barang majikannya. Beberapa kali menjual barang curian agak sulit dan makin murah lakunya. Sebenarnya pengunjung dan pedagang biasa saja pembeli juga gak berkurang. Tapi itulah cara mereka membeli barang curian agar bisa dapat lebih murah sedang menjualnya pada pembeli masih dengan harga normal. lagian mereka sudah pada tau, kalau si Jhon dapat barang tilepan alias cirian dari majikannya. karena saking seringnya jual ke pedagang sekitar pasar itu. Bahkan terkadang seminggu bisa 3 sampai 4 kali. "Ini tak pinjamkan uang ke temen-temen. Pake bunga. Sudah begini saja. Barang itu bawa sini tak bayar ini ada uang sama bayar utang. Jadi sudah lunas semua." Dihitungnya uang yang diterima dari Kacong sang penadah. "Sudah gak usah diitung. nanti saja.. ini ada orang mau cari barang." Bisik sang penadah barang curian. Si Jhon alias Sogol bergegas menuju mobil dan pergi. Setelah sampai di dagang es di bawah pohon rindang tempat biasa dia nongkrong, menghitung uang. "Kampret!!! .. makin murah saja lakunya." Gumamnya. lalu memasukkan kembali ke saku. . menutup muka dengan topi kemudian tidur. Bangun nanti kalau ada yang telpon, kalau nggak, matahari terbenam baru pulang. Begitulah keseharian si Jhon alias Sogol selama bekerja di tempat si Surti. Sebenarnya, karyawan yang lain sering memergokinya, mendapati terlebih, saat membawa barang dan bermaksud mau menjual, tapi dasar tukang tileb. Ada saja alasan saat ditanya untuk menutupi kebobrokannya. Dulu sering banget kepergok dan dilaporkan oleh karyawannya. Tapi mengingat perjuangan pak Tarman dari Papanya merintis usaha, berkembang pesat hingga hampir gulung tikar, bahkan untuk membayar karyawan pun tak mampu, tapi pak Tarman setia mendampingi, bahkan sampai usaha ini dipegang Surti dan Mat Sokran. Adapun alasan pak Tarman mengundurkan diri adalah disebabkan ulah anak yang direkomendasikannya itu berkali-kali menampar mukanya dengan melalui kecurangan si Jhon, bahkan sering ketahuan. Yang membuat pak Tarman gak tahan dari tingkah langkah si Jhon anak semata wayangnya bukan saja sering menjual dagangan saja. Tapi dari berbagai sisi dia merongrong usaha majikannya. Hal itulah yang membuat pak Tarman mengambil keputusan untuk mengundurkan diri. ________ Sementara itu di rumah Siska. "Ma... mau gak temenin Siska?" "Kemana?!" "Nyari Pangsit Mie Malang." Mendengar kata pangsit Mie Malang, mama Siska langsung teringat, masa kecil Siska, kala almarhum suaminya selalu mengajak Siska untuk mencari makanan kesukaan anak pertamanya Siska waktu itu. Dan si kecil Siska bisa menghabiskan tiga mangkuk sekali berkunjung ke restoran itu. Dengan tersenyum manis Mama, cuman manggut-manggut. Usai ganti pakaian mereka berdua berangkat, karena cuaca terasa dingin, dilepasnya jaket putih gading dikenakannya pada Mama tersayang. "Waah bulu-bulu halus dileher ini bikin terasa angeet.. jadi teringa film korea." "Cieeeee, yang suka drakor?!" Ledek siska ke Mamanya. "Semenjak di rumah kamu pasang wifi, waktunya Mama. jadi kebuang di depan hp. Mulai dari nonton drakor. dan nonton acara masak-memasak sampi sering ketiduran. Untung gak. kayak dulu kalau buka internet... nah kalau sudah ketiduran.. kuota sebulan gak sampai tiga hari." Jawab Mama. "Mama pesen apa?!" "Manut saja." "Yakiiiiiiiiin?.... manut Siska? .... Siska Persennya 5 porsi lho... emang Mama mampu ngabisin nya?" Canda Siska. "Ya enggak lha Wok... Menu sama tapi satu porsi saja." Sambil menikmati pangsit mie Malang yang mereka pesan, Mama tiada henti-hentinya memuji Siska atas kerja kerasnya serta tanggung jawabnya terhadap keluarga, sampai-sampai kedua adiknya berhasil meneruskan kuliah tanpa merasa kekurangan sedikitpun. Sesekali mama menatap buah hatinya yang tetap terlihat cantik lugu, polos dan tak tersirat sedikitpun ada beban berat karena menanggung semua kebutuhan keluarga. Tempat mereka berdua memesan hidangan yang di dinikmati saat ini, bikin mereka berdua betah. Memang restoran tempat mereka berdua memesan makanan bernuunsa pedesaan, dan musik yang disugukkan juga klasik, klenengan Jawa. Walau restoran itu bukan di jawa. Nampaknya, pemilik restoran juga ingin memanjakan pendatang dari Jawa yang rundu kampung halaman. _________________________
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN