5 - Aurat Dan Jilbab

2091 Kata
Dunia memang banyak lucunya,sama seperti sekarang. Callisa sedang menatap perempuan dengan jilbab panjangnya mana penampilannya bertolak belakang dengan penampilannya lagi. Jadi Pak Aydan yang paling tampan itu menginginkan perempuan berpenampilan paling tertutup begini? “Karena sejak kemarin kamu terus galau dan pusing sendiri. Makanya kakak mengajak adik tingkat kakak pas kuliah dulu. Dia ini tau banyak tentang agama,bisa ajarin kamu apapun yang ingin kamu pelajari. Tapi kamu juga harus menerima setiap perkataannya,jangan menyangkal. Oke?” menyeret kakinya mendekat,mungkin orang itu merasa aneh saat menatapnya. Sekali lagi Callisa menatap penampilan perempuan itu, “Princess Calllisa,kamu mendengar apa yang kakak katakan kan?” “Hah?” “Ini adik tingkat kakak sewaktu kuliah,dipanggil Kak Cahya. Paham?” Mengangguk kaku,Rasya tersenyum barulah meninggalkan keduanya di ruang tamu. Memang pagi sekali tadi Callisa sudah ditelepon berulang kali oleh kakaknya. Padahalkan Callisa capek sehabis perjalanan Panjang Bersama Raymomd. Mana selama dua hari itu Callisa sangat jarang istirahat,selalu bertemu dengan klien untuk membahas pekerjaan. “Namanya beneran Princess Callisa? Bukan dibuat-buat?” “Iya dong kak Cahya,masa asalan aja. Itu Mami Papi yang kasi nama,katanya cuman aku yang princess dirumah ini makanya aku disematkan nama itu. Omong-omong kak,pake gituan engga pengap?” telunjuk Callisa menunjuk jilbab Cahya,lalu memperagakan pengap pada dirinya sendiri. Cahya menunduk memperhatikan penampilannya pagi ini,kakinya terbalut kaos kaki berwarna cream. Ditambah gamis polos dipadukan dengan jilbab yang panjangnya sampai lutut. Apa yang salah? Selama bertahun-tahun Cahya sudah terbiasa dengan penampilan seperti ini. Tersenyum menatap Callisa,”Sekarang saya yang bertanya sama kamu,kamu tidak masalah semua orang menatap aurat kamu dengan leluasa? Kamu tidak risih berpakaian seterbuka itu dan mempertontonkan aurat kamu pada kumpulan lelaki? Kalau saya,saya takut Callisa. Saya takut dengan dosa yang sangat banyak nanti.” Deg. Pertanyaannya kenapa mengerikan sekali ya? “Saya bukannya ingin memintamu untuk menutup aurat,palingan disini saya memberikan kamu sedikit gambaran. seandainya kamu berjalan di depan kumpulan laki-laki,kamu ikhlas mereka melihat tubuhmu berpakaian begitu? Kamu ikhlas mereka menatap rambutmu dengan leluasa? Jika saya menjadi kamu,saya takut. Kamu tau Callisa,apa yang kamu lakukan sekarang maka itu juga yang sekitarmu perlihatkan.” Dengan suara lembut dan tenang,Cahya mengatakan semua itu. “Perempuan dalam agama islam. Kamu tau jaman dulu? Pada jaman nabi,perempuan jarang keluar siang apalagi penampilannya seperti kamu ini. Jadi,apa yang ingin kamu ketahui lebih dulu?” “Apa jilbab sangat penting Kak? Pak Aydan bilang sama saya jangan mengenakannya jika berlandaskan orang lain. karena katanya saat saya terluka karenanya,bisa saja saya juga melepaskan jilbab itu. Apa menurut kakak,itu memang benar?” Cahya tertawa pelan,”Bisa jadi,jaman sekarang banyak orang yang melakukan hal seperti itu. Banyak mengenakan jilbab hanya sekedar memakainya tanpa tau adabnya dan juga aturan utamanya. Mereka menjadikannya ajang trending,kalau kamu membuka internet kamu pasti menemukan model-model jilbab yang beragam.” “Kamu mau mengenakan jilbab atas keinginan sendiri atau karena ingin dilirik oleh laki-laki pujaanmu?” “Pengen Pak Aydan lihat sih,tapi saya juga ingin melihat diri saya sendiri saat mengenakan jilbab.” “Allah tidak pernah memberatkan seorang hamba,ada banyak pilihan yang bisa kamu pilih atas semua hal yang ingin kamu pilih,Callisa. Bagaimana dengan shalat? Kamu melaksanakan shalat lima waktu kan?” Bergumam tak jelas,”Saya kayaknya shalat pas idul fitri dan idul adha aja.” Ya bagaimana mau melaksanakan shalat sedang orang rumahnya saja jarang melakukannya,hanya melaksanakan pas hari besar. Callisa sejak kecil mana paham soal agama,hanya tau agamanya islam selebihnya jarang melakukan semua diperintahkan. “Saya cuman heran aja kak,Pak Aydan apa-apa selalu bahas agama,agama dan agama. Katanya kalau ketemu yang bukan mahram harus menjaga jarak,jangan sapa seseorang jika bukan sesama perempuan. Banyak orang yang mengatakan,malahan semua orang sekitar selalu bilang sama saya,saya sempurna dan semua laki-laki akan terpikat sama saya,” Ia menatap nanar sepatu mahal yang ia beli kemarin saat Bersama kakaknya,”Katanya saya cantik,saya berprestasi. Lalu kenapa Pak Aydan tidak tertarik? Saya sudah wara-wiri disekitarnya tau,kak. Saya sudah berusaha,tapi memang susah sih. menurut Kakak gimana? Apa saya tidak pantas untuk Pak Aydan?” Sepatu ini dibelikan oleh kakaknya,sepatu dengan tinggi 5cm. harganya mahal,tentu saja. Callisa membelinya menggunakan kartu credit kakaknya,malahan kakaknya masih memintanya membeli yang lain namun Callisa mengatakan hanya itu saja. “Udahlah kak,saya juga sebenarnya bingung. Saya minta maaf karena saya,kak Rasya sampai meminta kakak kemari. Saya memang sering curhat dengan mereka perihal Pak Aydan yang sangat menjungjung tinggi agama itu,kakak ipar keduaku pasti memberitahu kak Rasya perihal kegalauan saya. Sekali lagi Maaf ya kak,” Cahya hanya mengangguk,memperhatikan penampilan Callisa yang sangat mewah. Tipikal anak konglomerat yang sangat manja,tapi baru mengenal Callisa selama beberapa menit ini. Menurutnya Callisa masih dalam mode mandiri,bukan benar-benar anak bungsu manja berlebihan. “Callisa,belajar agama sama dengan belajar membaca. Pertama-tama kamu harus tau tujuan kamu belajar agama karena apa,huruf-huruf dalam al-quran,aturan bacanya,aturan-aturan dasar agama islam. Mulianya seorang perempuan,apa itu mahram dan masih banyak lagi. Kakak tau kamu masih enggan menutup rambutmu itu,” Nah,ternyata Cahya juga tau maksudnya. “Tapi saat kamu paham kemana hati kamu nanti,kamu akan dengan senang hati melakukannya.” Perempuan anggun dengan jilbab panjangnya itu mengeluarkan selembar kertas dari dalam tasnya,menulis sesuatu. “Kamu bisa ke rumah saya kalau memang berniat mengetahui sesuatu tentang agama lebih mendalam,saya bukannya mau menggurui kamu,Callisa. Versi agama islam itu banyak,jangan sampai kamu salah mempelajarinya. Ikutilah sunnah dan kamu menemukan kebenarannya.” Menyerahkan selembar kertas pada Callisa, Nomor hp dan alamat? “Kamu termasuk orang beruntung,Callisa. Di dunia ini,hanya segilintir orang yang bisa mendapatkan hidayah oleh Allah. Saat kamu menanyakan soal agamamu didalam hatimu dan semakin tertarik dengan dunia agamamu,maka saat itulah Allah perlahan mengundangmu kedalam sunnah-Nya. Kamu bahagia dengan semuanya,Callisa? Pak Aydan mungkin tujuan utamamu,tapi tanpa kamu sadari kamu tertarik pada tempat lain,” Callisa tertegun,apa iya? Tapikan Callisa belajar agama demi Pak Aydan,agar Pak Aydan meliriknya dan memandangnya. “Kamu mempertanyakan jilbab itu pengap? Sedang pujaan hati kamu tidak pernah mengatakan kamu harus merasakannya dulu baru memakainya bukan? Kamu sudah tertarik pada agama sejak awal,Callisa. Kamu hanya ragu,apa siap meninggalkan semua kemewahan yang kamu miliki demi selembar kain?” Cahya berdiri dan menunduk menatap Callisa yang sedang mode terkejutnya. “Apa kamu siap melepaskan semua pakaian mewah dan mahalmu untuk sebuah pakaian tertutup yang terdiri satu warna dan hanya satu model saja? apa kamu bersedia melepaskan sepatu mahalmu dan menutupi kaki jenjangmu dengan pakaian setertutup ini? Apa kamu bersedia rambutmu yang kamu jaga,kamu rawat nantinya akan tertutup dan tidak di pertontonkan lagi? Dari semua pertanyaan saya,hanya satu jawabannya. Ya atau tidak,” Adik tingkat dari Rasya itu berdiri di hadapan Callisa,menyamakan tingginya dengan Callisa. Tersenyum dengan lembut,Callisa juga ikutan berdiri beberapa detik yang lalu. “Jilbab adalah selembar kain yang melindungi kaum perempuan dari semua dosa-dosa. Jilbab adalah selembar kain yang akan selalu memberikan ketenangan bagi mereka yang memakainya karena Allah,Jilbab adalah selembar kain Panjang yang hanya akan memperlihatkan bagian wajah dan telapak tanganmu saja,Callisa.” Tuturnya dengan sangat lembut,sangat tenang. “Hati kamu ingin mengenal jilbab bukan?” tanpa sadar,Callisa mengangguk kaku. “Temukan alasan yang lebih besar mengapa kamu ingin mengenalnya,Callisa. Allah tidak akan pernah memberikan pertanyaan jika tak ada jawaban yang menyertainya. Jilbab tidak akan menyusahkan jika sejak awal kamu melakukannya atas hatimu sendiri,saya permisi pulang dulu dan saya menunggumu,Callisa. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Menepuk punggung tangan halus Callisa beberapa kali,Cahya pamit pergi. Di lantai dua,Rei menatap bagaimana adiknya dan adik tingkat istrinya berbincang. Sengaja meliburkan diri bekerja demi melihat adiknya berbincang dengan orang lain. Rei memang sangat jarang bertemu dengan adik bungsunya itu,palingan Akaf dan Ray-lah yang selalu menemaninya. “Kenapa? Kamu masih meragukan Callisa hanya sekedar kagum pada rekan dosenku itu?” Rasya datang dari belakang,juga memperhatikan Callisa yang sedang merebahkan badannya di sofa,berkutat dengan ponselnya. “Selama dua hari tanpa Callisa di sekitar kampus,Pak Aydan selalu memperhatikan sekitar tanpa sadar dan aku tau dia sedang mencari Callisa. Selama berbulan-bulan,sejak Callisa mengatakan dia jatuh cinta. Callisa tak pernah absen mengunjungi kampus. Callisa kita sudah dewasa,berhenti meragukan perasaannya. Dia bukan anak kecil lagi,Rei.” Memang,selama Callisa pergi perjalanan dinas Bersama Ray. Saat Rasya masuk kedalam kantor meski sekilas ia menatap Aydan seolah mau menyapanya tapi agak ragu juga,sering menatap pintu masuk kantor dan Rasya selama sedetik. “Kamu setuju jika nantinya Callisa melepaskan semuanya dan memilih hidup Bersama Pak Aydan?” tanyanya pada suaminya “Kamu yakin Aydan itu juga mencintai Callisa-ku?” Rasya tertawa,semua kakak Callisa memang sangat posesif pada adiknya. “Rei,kamu pikir aku asal menyimpulkan?” Suara helaan napas Rei terdengar,”Aku selalu mempercayaimu,Rasya. Always.” Ujarnya sebelum turun kebawah bertemu dengan adiknya. “Princess,” panggilnya, “Kak Rei? Eh,kok dirumah bukannya kerja? Mentang-mentang bos makanya seenaknya.” “Akhir-akhir ini kita jarang ketemu,makanya kakak memilih meliburkan diri dan bersamamu.” Callisa bertepuk tangan heboh di tempatnya dan tertawa,memeluk kakak pertamanya dengan erat. “Jadi seharian ini kakak akan bersamaku kan? Menemaniku ke salon dan belanja pakaian? Aku sudah tiga hari tidak ke salon dan pengen di belanjain sama kak Rei. Bisa?” “Apapun untukmu,Princess.” Callisa tertawa girang,melepaskan pelukannya. Mendongak keatas melambaikan tangannya pada Rasya diatas sana. Apa kakak iparnya itu juga sengaja tidak pergi mengajar demi menemaninya seharian ini? “Jadi,kamu akan kemana dulu hari ini Callisa-ku?” Panggilan kakaknya memang selalu menyenangkan dan menenangkan. Callisa memang jarang diberikan perhatian oleh mami-papinya akan tetapi semua kakak-kakaknya selalu ada untuknya,memberikan banyak dukungan atas semua kegiatannya. “Hmm,pengen ke salon dulu deh.” “Oke,mari kita jalan-jalan hari ini Bersama Callisa paling cantic ini. Sayang! Panggil Ratu dan jalan-jalan!” Callisa tersenyum lebar,semuanya memang selalu menyenangkan. *** Kumpulan anak-anak yang sedang membaca iqra didepannya tak membuat pikiran Aydan tenang,suara-suara mereka teredam dengan pertanyaan-pertanyaan yang hadir didalam kepalanya. Kemana Callisa selama dua hari ini? Kenapa perempuan itu tak lagi ke kampus? Atau ada yang terjadi padanya makanya Callisa tidak mengunjunginya sama sekali,begitu? “Ustadz,Heikal sudah selesai.” Lamunan Aydan tersentak saat salah satu anak-anak mengampirinya dengan memegang iqra di tangannya,memperlihatkan letak bacanya dan melaporkan sudah selesai membacanya. Jika ada selingan waktu dan memungkinkan,maka sehabis maghrib Aydan akan mengajari anak-anak sekitar sini mengaji. Sesekali diberikan gaji oleh orangtua mereka,Aydan sudah menolaknya dengan alasan memang atas keinginannya sendiri tapi semua orangtua tetap kukuh,katanya mereka ikhlas. “Hapal surah sesuai hapalan terakhir ya,dan akan saya dengar besok lusa.” “Baik Ustadz.” Seru anak bernama Heikal itu dan berlari bergabung dengan teman yang lainnya. Karena tidak sepenuhnya mengajar rutin,Aydan hanya membacakan iqra kecil itu dan mereka akan membacanya,sesekali Aydan akan mendekat dan memeriksanya apakah sudah lancar atau belum. Jika belum maka akan diulang lagi di pertemuan selanjutnya,Aydan juga meminta mereka menghapal surah-surah pendek. “Sudah dulu ya,baca dirumah dan iqra-nya jangan hanya tinggal di lemari saja. karena sebentar lagi shalat isya,maka pertemuan hari ini sampai disini saja…” Aydan menutup pertemuannya diiringi salam pada semua anak didiknya,saling salim dan menunggu adzan isya. Selanjutnya mengerjakan shalat lalu pulang. Sepanjang jalan kaki,Aydan terus teringat dengan perkataannya pada Callisa sekitar 3 hari yang lalu. “Astagfirullah…” lirihnya Lihatlah,Aydan bahkan terus memikirkan perempuan yang bukan mahramnya sama sekali. Inilah sebabnya ia tak begitu ingin dekat dengan Callisa,hanya berbincang sebentar dengan perempuan kaya itu saja sudah membuat Aydan seperti ini. Memang ada baiknya Aydan menjaga jarak dengan Callisa,perempuan yang sangat mustahil untuk ia gapai. Allah akan memberinya rencana dan kejutan yang sangat luar biasa,Aydan hanya perlu mempercayakan Allah di segala urusannya dan tak ragu pada-Nya. “Dengan Aydan Athallah?” Aydan menoleh kebelakang,menatap laki-laki yang tingginya hampir sama dengannya. Sekilas,ada kemiripan dengan Callisa. “Katanya anda akan satu dinas dengan Bu Rasya nanti,kebetulan pulang dari sini saya diminta istri saya memberikan ini pada anda. Surat dinas ke samarinda lusa,anda terlalu cepat pulang kemarin dan hari ini istri saya tidak sempat masuk karena ada acara keluarga.” Dengan kebingungan Aydan menerima surat berlogo universitas Atmaja di depan,memang menandakan ini surat dari kampusnya. “Saya hanya ingin memberikan ini,saya permisi pulang Pak Aydan,adik saya sudah tidur di mobil soalnya.” Aydan mengikuti kemana pandangan orang asing didepannya pergi,matanya sempat terpaku pada sosok perempuan yang sedang tertidur di kursi depan berselimut jas. Dan saat sadar,Aydan segera menunduk menggumamkan istigfar beberapa kali,ia baru saja memandang perempuan yang bukan mahramnya sama sekali. “Sekali lagi maafkan keterlambatan bu Rasya dalam memberikan surat itu,Pak Aydan. Semoga berita dinasnya tidak terlalu mendadak,” masih di tempatnya,Aydan menatap punggung laki-laki itu menjauh dan masuk kedalam mobilnya. Melewati Aydan dan tak lupa membunyikan klaksonnya,Aydan masih terpaku di tempatnya. Tadi itu Callisa kan? Jadi orang tadi adalah suami dari Bu Rasya sekaligus kakak dari Callisa bukan? Entah kenapa,Aydan merasa lega melihat Callisa walaupun hanya beberapa detik saja. “Ya Allah,apa sebenarnya rencanamu dibalik pertemuanku dengan perempuan bernama Callisa itu,” gumamnya pelan,Aydan bingung dengan semuanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN