“Manusia terutama seorang wanita selalu lupa dengan kodratnya,seringkali berjalan menampakkan auratnya padahal itu sangatlah berharga. Mengatakan menutup aurat adalah tradisi kuno? Tidakkah kalian ingat dalam surah…”
Mataku terbuka lalu tertutup lagi,begitu terus padahal rencananya kan pagi ini mau mendengar ceramah yang selalu ada di Tv. Aduh Callisa,kenapa perempuan secantik dirimu lemah sekali mendengarkan ceramah? Sudah duduk sejam tapi tak ada yang sampai di otak.
Parah,kamu memang sangat parah Callisa.
Ku tepuk pipiku berulang kali,bagaimana caranya bisa paham tentang tipe perempuan kesukaan pak Aydan dengar ceramah saja sudah terkantuk-kantuk begini?
“Huaaa… pengen nyerah tapi Pak Aydan-nya terlalu ganteng mana hatiku maunya dia lagi. Hatiku,kenapa kamu harus suka sama orang yang terlalu sulit digapai sih? kan di sekitar kita juga cowok ganteng dan kece pastinya mau sama kamu. lemes bestie,ayang kita cuek banget.” Mengerucutkan bibir,kutinggalkan ruang Tv melihat sekitar.
“Kemana lagi kakak satu itu? KAK RAY! KAK RAY! Mana sih?” mengabaikan penampilan dimana rambut terikat asal juga memakai baju pendek,aku terus mengelilingi rumah mencari kakak laki-laki bujangku itu.
“Duh Princess capek,pengen belanja aja. Coba aja Mami izinin aku untuk beli mall aja,pasti nyaman banget.” Tidak menemukan kakak menyebalkan itu dimanapun,maka jangan keluarnya adalah kembali ke kamar untuk mandi.
Rencana hari ini adalah berkeliling di mall,eh salah. Seorang Callisa berniat membeli buku yang menjelaskan tentang perempuan yang dekat dengan agama,katanya. Sesuai dengan apa yang Pak Aydan katakan kemarin. Aku cukup mengikuti toturialnya dan akhirnya menikah dengannya kan?
Ayo Aamiinkan,berjuang mendapatkan cinta laki-laki itu tidak mudah sayangku. Aku bahkan melewatkan salon mingguanku demi berjuang,rela membatalkan pertemuan tersayang dengan teman-teman se-geng demi seorang Aydan Atthallah.
Tidak papa,Callisa. Cinta membutuhkan pengorbanan.
Menggunakan bathrobe,aku berdiri memandang dua gaun cantik di atas ranjang. Satunya warna pink terus satunya lagi warna orange. Karena mau ke toko agama gitu,maka Princess cantik ini akan menggunakan gaun sampai mata kaki,walaupun lengannya masih pendek sih,nope lah.
Tapi apa engga terlalu pengap? Inikan gaun loh,engga papalah.
Memakainya dengan cepat,make-up secantik mungkin dan tadaa. Aku berputar-putar didepan cermin mengagumi diriku yang sangat cantik paripurna ini. Bisa membius mata siapapun agar terpesona dengan seorang Callisa kecuali Aydan Athallah tentunya. Jangan katakan baju ini murah,walaupun modelnya sangatlah sederhana tapi aku mendapatkan omelan kak Rasya karena terlalu membuang uang.
Harganya cuman 3,4 juta loh,itupun aku menggunakan kartunya kak Ray.
Lupakan soal gaun yang membuat Kak Rasya enggan memasak untukku,aku harus segera bergegas menuju toko buku. Ehm,bagusnya beli buku apa? Tentang perempuan islam atau tentang menjadi seorang indah namun menyenangkan?
Duh,Callisa paling cantik bingung.
Oke,skip.
Mataku mengerjap menatap banyaknya jejeran buku tanpa gambar di lemari penjualan,tak ada gambar layaknya majalah yang selalu aku lihat di pagi hari. Hanya tulisan yang dibuat seunik mungkin juga hurufnya yang sangat besar.
Dayli dose of light karya A.fuadi.
“Assalamualaikum Kak,mau beli buku apa?”
Wih! Aku hampir membulatkan mulutku menatap penampilan pegawai toko buku ini,jilbab yang dipakainya sangatlah Panjang. Juga bajunya sangat besar,membayangkan aku memakai baju seperti itu pasti pengap sekali.
“Kak,kalau pake jilbab Panjang gitu pengap engga?” tanyaku padanya,
“Haha,kakak mau belajar tentang agama gitu? Awalnya memang rasanya begitu,semua yang baru memakai jilbab di usia dewasa merasa demikian. Tapi lama-kelamaan kakak akan merasa nyaman,merasa dekat dengan Allah dan terlindungi. Kakak mau beli buku apa? Biar saya coba kasi gambaran agar tak salah pilih,”
Jujur,aku tidak paham apa yang pegawai ini jelaskan. Tapi telunjukku menunjuk buku yang judulnya barusan k****a. Sampul buku itu ada gambarnya tapi wajahnya engga ada,hanya badannya aja.
“Didalam buku ini banyak ilustrasinya,kakak akan semakin senang karena banyak penggalan ayat-ayat al-quran didalamnya. Untuk orang awam seperti kakak,bagaimana kalau baca buku ini aja?”
33 kisah wanita superhebat di masa lalu karya Arum Faiza.
“Dengan buku ini kakak akan menemukan banyak kisah tentang perjuangan para perempuan di jaman dulu,kakak akan diperlihatkan bagaimana menjadi diri sendiri tanpa harus iri dengan orang lain. semisal secerdas Siti Aisyah atau setangguh Siti Khadijah?”
“Kak,aku baca al-quran aja belum tau.” Bisikku padanya takutnya pengunjung yang lain malah mendengarnya kan engga bagus.
Masa selebgram sekelas Callisa mengumumkan dirinya tak pandai membaca Al-Quran di khayalak ramai? Itu sama saja aku membiarkan mereka memberiku komentar negative di akun media sosialku.
“Kakak mau kemari aja sudah sangat alhamdulilah,jaman sekarang jarang ada orang yang mau belajar. Kadang sudah memakai jilbab tapi tidak punya dasar apapun terus kadang juga belum tau jilbab tapi ada ilmu,perempuan-perempuan islam itu sangat beragam kak. Jadi mau ambil buku yang mana?”
Aku kagum dengan perempuan ini,bicaranya lembut sekali dan sabar banget. “Kalau tutup aurat gini,bicaranya dan sikapnya harus sopan banget? Jadi aku engga cocok dong jadi perempuan islam?” bisikku lagi padanya,mengambil buku 33 wanita lalu berjalan berdampingan bersamanya.
“Allah tidak pernah membeda-bedakan hamba-Nya. Allah hanya memerintahkan kita untuk menutup aurat tanpa harus ini itu,langka pokoknya. Kakak jadi beli ini?”
Oh gitu ya.
Kuberikan kartu kreditku lalu meninggalkan toko buku itu,aku sangat tidak tau kalau menutup aurat ini banyak rintangannya. Sejenak aku berhenti berjalan,menatap pantulan diriku sendiri di kaca dan memikirkan apa yang akan ku lakukan selanjutnya.
Mencapai Pak Aydan sama saja dengan siap meninggalkan semua hal yang kusukai,rasa sukaku padanya bukan sekedar cinta belaka. Calon jodohku itu Namanya sudah tergiang-giang dalam otakku,wajah datarnya juga perkataannya yang katanya kasta kami sangatlah berbeda.
Siapkah seorang Callisa membuang semua baju jutaannya dan menggantinya dengan baju besar tanpa gaya? Siapkah seorang Princess Callisa menutup rambut cantiknya yang luar biasa ini dengan jilbab sepanjang tadi? Aku mencintai dosen ganteng itu,hanya saja aku ragu.
"Selama ini pakaian kamu itu mewah semua, sedang saya nantinya akan jadi kepala keluarga. Saya ingin istri saya menutup aurat, karena itu adalah tanggung jawab saya. Saya ingin istri saya pandai mendidik anak-anak saya, tidak perlu uang cukup kedewasaan perempuan itu saja. Kamu siap meninggalkan kemewahan itu untuk Hidup bersama saya?"
Setiap kali perkataan Pak Aydan yang itu kembali teringat maka aku akan merana sepanjang malam. Pandai mendidik anak-anak?
“Ayo Callisa,lupakan sejenak soal Pak Aydan ganteng itu dan mari kita membaca buku ini.” Semangatkan diri sendiri adalah yang terpenting,Callisa adalah perempuan yang akan selalu berpikiran positif,selalu percaya diri.
Menyimpan buku kesayangan tadi di bangku samping,ku kemudikan mobilku meninggalkan Kawasan mall yang sangat ramai.
“Dek,Kak Akaf sejak tadi nyariin kamu katanya engga ketemu. Dimana sih? anak cewek kok tukang jalan banget.” Hanya kulirik nama penelponnya tapi tak membalas pertanyaannya.
“Callisa!” aku sedikit tersentak mendengar nada tegas Kak Ray,memang selalu jahil tapi sekalinya tegas membuatku takut.
“Callisa habis dari mall beli buku,Kak Ray. Ini dalam perjalanan pulang kok,tadi mau izin sama kakak pas keluar cuman engga ketemu.” Lampu merah,momen paling menyebalkan pas keluar rumah dengan mengemudi adalah lampu merah juga macetnya.
“Telepon Kak Akaf dan beritahu kamu dimana.”
Tut tut.
Mengembuskan napas pelan,mempunyai tiga kakak laki-laki memang menyenangkan tapi ada menyusahkannya juga. aku masih dianggap anak kecil oleh mereka,dipantau kemanapun aku pergi dan harus izin setiap kali akan keluar.
Sesekali,aku ingin seperti teman-teman gengku yang lain. bebas belanja tanpa di telepon ribuan kali,bebas nyalon tanpa di terror untuk segera pulang kerumah. Dilarang keluar malam tanpa ada yang menemani dan yang paling penting stay dirumah sebelum pukul 10 malam.
Sangat menyebalkan kan? Ya sangat.
Callisa Sukanya kebebasan,sayangnya kakaknya Sukanya posesif.
“Callisa? Dek? Kakak cariin dirumah engga ada,kak Deva bawain kamu sarapan tapi katanya kamu engga ada. Ray bilang kamu ada dirumah,kamu engga papa kan Dek? Engga sakit atau gimana?” tepat sedetik setelah sambungan telepon tersambung suara khawatir kak Akaf langsng terdengar.
“Kebiasaan deh,Callisa kan udah gede bukan anak seumuran Exa apalagi Ratu. 24 tahun loh,24 tahun masih aja diawasin kayak bayi. Ratu aja selalu dibiarin main sedang aku? Aku cuman keluar ke toko buku aja kok,sekaligus cuci mata juga,hihihi. Di mall banyak cowok ganteng tapi lebih gantengan Pak Aydan sih,” terkikik sendiri,di mall tadi memang banyak cowok ganteng tapi tenang,Pak Aydan masih memuncaki urutan pertama.
“Dek,kamu anak perempuan dan mau umur berapapun dan mau sudah menikah sekalipun kami semua tetap menjagamu seperti biasa. Mami dan papi katanya sulit menghubungi kamu sejak semalam,”
Melirik ke spion,setelah merasa aman kubawa mobilku masuk ke Kawasan kompleks. Dari kejauhan aku bisa melihat kak Deva dan kakak keduaku,Kak Akaf.
“Callisa,kamu buat kakak lupa caranya bernapas.”
Kutatap Kak Deva dibalik Kak Akaf yang sedang memelukku erat,dia hanya tersenyum dan mengatakan sesuatu namun tak kupahami. Saat pelukan terlepas,kubuka pintu mobil kembali mengambil buku yang kubeli tadi.
Memasang wajah cemberut,”Lagi kesal sama mami papi,nyebelin. Masa baru menghubungi aku setelah seminggu? No!” larangku saat melihat Kak Akaf akan berbicara.
“Jangan bela mereka,Callisa engga suka. Mereka selalu sibuk dengan pekerjaan dan lupa dengan anak sendiri. Coba aja engga ada kak Deva dan kak Rasya yang perhatiin aku,mungkin aku bakal lupa dengan kasih sayang seorang ibu. Coba aja engga ada kalian yang perhatian sama aku,mungkin aku akan lupa dengan kasih sayang seorang ayah.”
Menyentakkan kaki beberapa kali pertanda kesal,memandang suami istri itu dengan pandangan permusuhan. Aku berlari masuk kedalam rumah meninggalkannya,langsung menuju kamar dan mengunci pintunya.
Apapun yang menyangkut Mami dan Papi,maka moodku akan memburuk.
Coba aja disini aja Pak Aydan ganteng,cukup berdiri disini semua kekesalanku akan menghilang. Tergantikan dengan senyum lebar karena bisa leluasa menatap wajah gantengnya,mingkem aja Pak Aydan ganteng apalagi kalau senyum ya?
Terkikik sendirian didalam kamar,calon jodohku kalau senyum gantengnya gimana ya? Orang-orang luar negeri aja beuh! Gantengnya bukan main.
Eits tenang,mau sepuluh oppa korea yang datang,maka Pak Aydan tetaplah pemilik hati. Kalau kata Callisa ya,Oppa korea cukup dijadikan idola aja sedang yang menjadi pendamping tetaplah yang bisa digapai. Pak Aydan itu lebih susahh didapat tau,parah kan?
Masa perempuan secantik aku masih ditolak sama dia? Padahal jelas-jelas hari itu dia tidak memperdulikan kecantikan seseorang. Duh Pak Aydan,Princess-mu ini butuh kepastian.
Tok tok.
“Dek! Callisa? Kamu belum makan nasi hari ini kan? Mba masakin kamu makanan enak,Mas Akaf sudah kembali kerumah Bersama Exa. Tidak mau berbincang dengan Mba? Mba penasaran tadi kamu beli buku apa?”
Kulirik buku yang ada di pinggir ranjang,Kak Deva adalah orang yang paling aku sukai. Pembawaannya lembut banget,mau sekesal apapun kalau dengar suaranya tuh langsung adem,hangat.
Ceklek,
“Beneran sudah pulang dianya,Mba?” tanyaku berbisik,takutnya Kak Akaf malah bersembunyi di balik tembok atau masih ada di lantai bawah sana.
Setelah merasa apa yang Mba Deva ucapkan memang benar,aku berjalan keluar kamar dan mengikuti Mba Deva turun kebawah menuju meja makan. Aku tidak membawa bukuku,hanya akan membahas garis besarnya saja bersamanya.
“Maaf ya Mba,soalnya tadi Kak Akaf langsung peluk aku.”
“Kok Minta maaf?”
“Mba pasti cemburu kan liat aku sama kak Akaf pelukan tadi? Mana kak Akaf khawatir banget tadi,duh! Kak Akaf memang selalu berlebihan deh,” ujarku dengan menggebu-gebu,Kakak ipar keduaku ini malah tertawa kecil sambil memberikan sepiring nasi padaku.
“Kenapa kamu bisa berpikiran kalau Mba cemburu?”
“Callisa liat di drama korea,ada kakak ipar yang cemburu sama adik perempuannya. Soalnya suaminya perhatian banget sama adiknya itu,tapi cuman bisa dia pendem. Aku pas nonton itu langsung ingat sama Mba sama Kak Rasya,jangan-jangan kalian juga gitu cuman engga bilang soalnya engga bisa apa-apa. Hayo ngaku? Iyakan?”
Mba Deva mendekat padaku,mengelus sisi kepalaku dengan tatapan sayangnya. Sudah kukatakan berulang kali bukan? Dia adalah perempuan yang sangat luar biasa,andaikan aku laki-laki mungkin aku akan merebut Mba Deva dari Kak Akaf.
“Princess Callisa yang paling cantik,jangan kebanyakan nonton drama begitu,oke? Mba engga pernah cemburu malah kesannya biasa aja. Liat sikap kamu yang kayak gini,engga heran sih mengapa ketiga kakak kamu itu posesif banget. Sini Mba bisikin,”
Aku agak mendekat,”Tadi Mas Akaf nangis,saking khawatirnya kamu kemana.” Aku tertegun mendengar bisikan itu.
“Tapikan aku cuman keluar sebentar,biasanya juga begitu kok.” Belaku cepat,kan bukan anak SD yang selalu di khawatirkan.
Aku kapan nikahnya coba,baru keluar seperti tadi tapi hebohnya berlebihan. Makin kesini apa yang Pak Aydan katakan makin terbuktikan. Aku makin ragu untuk mengejarnya tapi aku juga tidak ingin kehilangan lelaki yang berhasil membuatku jatuh cinta secepat ini.
“Habis makan,coba bicara sama Mas Akaf. Dia masih ada disini cuman di perpustakaan,jauh dari sini kok.” Mba Deva tersenyum hangat lalu meninggalkanku sendirian di dapur.
Hati Princess makin merana kalau begini caranya.
Makan sesuap,”Pak Aydan juga,kenapa pake ganteng segala kan aku jadi suka.”
Suapan kedua,”Mana mukanya datar banget,tapi jantungku berdetak banget.”
Suapan ketiga,”Ish! Callisa engga bisa diginin tauu.”
Makan sampai habis dan meminum air dengan cepat,sebagai penghuni rumah yang baik aku membawa piringku ke wastafel. Menuju perpustakaan,kakiku berhenti melangkah mendengar perbincangan suami istri didalam sana.
“Udah Mas,Callisa udah tenang kok. Kita kan tau dia kayak gini karena mau bebas bukan di kurung terus. Sayang boleh tapi dia perempuan Mas,dan satu-satunya diantara kalian. Callisa butuh teman,iya memang ada aku dan Kak Rasya tapikan tidak sama. Callisa tetap membutuhkan teman seumurannya,ingat Mas. Umurnya 24,bahkan sudah pantas menikah.”
Aku termasuk adik beruntung punya kakak ipar sebaik itu bukan?
“Mas cuman takut dia kesepian,sayang. Kamu yakin perasaan Callisa sama dosen itu nyata? Bukan sekedar kagum saja?”
“Haha,andaikan kagum Callisa tidak akan bertindak sejauh ini,Mas.”
Kuputar jalanku,mereka pikir perasaanku pada pujaan hati ajang permainan? Heran banget,astaga.
Callisa merasa pening dengan semua orang,baik Pak Aydan maupun keluargaku,kenapa mereka semua meragukan perasaanku pada jodohku itu? Tapi engga papa.
Pokoknya,mari perjuangkan Pak Aydan tersayang,hihi.